
AS Ikut Campur di Hong Kong, Pasar Obligasi Memerah
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
16 August 2019 10:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Sentimen negatif campur tangan Amerika Serikat (AS) terhadap permasalahan Hong Kong menekan pasar obligasi sehingga membuat harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi tipis pada perdagangan hari ini, Jumat (16/8/2019).
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 2,4 basis poin (bps) menjadi 7,82%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: Refinitiv
Yield atau imbal hasil US Treasury 10 tahun naik hingga 1,53% dari posisi kemarin 1,52%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, 3 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun, yang ramai terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun dan 2 tahun-10 tahun yang sempat terjadi kemarin malam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.005,76 triliun SBN, atau 38,7% dari total beredar Rp 2.598 triliun berdasarkan data per 14 Agustus.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 112,51 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak seperti penguatan yang terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik 0,26% menjadi 62.74 dan 0,11% menjadi Rp 14.245 per dolar AS.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi secara luas yaitu di Brasil, China, Malaysia, Rusia, dan Afsel. Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bunds Jerman, OATs Prancis, dan JGBs Jepang. Hal tersebut mencerminkan investor sedang menghindari risiko dan mengalihkan investasinya dari pasar saham yang lebih berisiko ke pasar obligasi pemerintah.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 2,4 basis poin (bps) menjadi 7,82%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 16 Aug'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 15 Aug'19 (%) | Yield 16 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 14 Aug'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.842 | 6.85 | 0.80 | 6.8013 |
FR0078 | 10 tahun | 7.46 | 7.467 | 0.70 | 7.4328 |
FR0068 | 15 tahun | 7.799 | 7.823 | 2.40 | 7.7907 |
FR0079 | 20 tahun | 7.909 | 7.887 | -2.20 | 7.8789 |
Avg movement | 0.42 |
Yield atau imbal hasil US Treasury 10 tahun naik hingga 1,53% dari posisi kemarin 1,52%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, 3 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun, yang ramai terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun dan 2 tahun-10 tahun yang sempat terjadi kemarin malam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 16 Aug'19 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 15 Aug'19 (%) | Yield 16 Aug'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.905 | 1.902 | 3 bulan-5 tahun | 48 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.506 | 1.496 | 2 tahun-5 tahun | 7.4 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.449 | 1.447 | 3 tahun-5 tahun | 2.5 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.424 | 1.422 | 3 bulan-10 tahun | 37.5 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.537 | 1.527 | 2 tahun-10 tahun | -3.1 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.005,76 triliun SBN, atau 38,7% dari total beredar Rp 2.598 triliun berdasarkan data per 14 Agustus.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 112,51 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak seperti penguatan yang terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik 0,26% menjadi 62.74 dan 0,11% menjadi Rp 14.245 per dolar AS.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi secara luas yaitu di Brasil, China, Malaysia, Rusia, dan Afsel. Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bunds Jerman, OATs Prancis, dan JGBs Jepang. Hal tersebut mencerminkan investor sedang menghindari risiko dan mengalihkan investasinya dari pasar saham yang lebih berisiko ke pasar obligasi pemerintah.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 15 Aug'19 (%) | Yield 16 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.255 | 7.245 | -1.00 |
China | 3.027 | 3.022 | -0.50 |
Jerman | -0.701 | -0.718 | -1.70 |
Prancis | -0.426 | -0.446 | -2.00 |
Inggris | 0.407 | 0.409 | 0.20 |
India | 6.518 | 6.62 | 10.20 |
Jepang | -0.238 | -0.247 | -0.90 |
Malaysia | 3.336 | 3.224 | -11.20 |
Filipina | 4.351 | 4.363 | 1.20 |
Rusia | 7.38 | 7.37 | -1.00 |
Singapura | 1.647 | 1.666 | 1.90 |
Thailand | 1.435 | 1.44 | 0.50 |
Amerika Serikat | 1.527 | 1.537 | 1.00 |
Afrika Selatan | 8.47 | 8.44 | -3.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular