
Asing Pegang Rp 991 T, Harga Obligasi Negara Sepekan Menguat!
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
06 July 2019 15:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepekan, harga obligasi rupiah pemerintah melanjutkan penguatan hingga menekan tingkat imbal hasil (yield) seri acuan 10 tahun kembali ke 7,21%, level terendah sejak awal Juni tahun lalu.
Penguatan harga surat utang negara (SUN) dalam sepekan (1-5 Juli) itu disebabkan semakin meningkatnya sentimen positif dari potensi penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) dan Indonesia.
Semakin terbukanya opsi penurunan suku bunga, maka dapat mendorong harga SUN yang beredar di pasar. Naiknya harga SUN itu seiring dengan penguatan yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Untuk
seri acuan 10 tahun yang sering diperhatikan dan ditransaksikan di pasar, kenaikan harga sekaligus penurunan yield terjadi 15,2 basis poin (bps) menjadi 7,21% dari pekan sebelumnya 7,36%.
Selain acuan 10 tahu, penguatan juga terjadi pada tiga seri lain yang menjadi acuan yaitu FR0077 bertenor 5 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 525 bps, menyempit dari posisi pekan sebelumnya 536 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 1,96% dari posisi pekan lalu 2%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Bahkan, selisih kedua seri acuan itu sudah sudah mencapai kepala dua atau di atas 20 bps lagi sejak 3 Juli-5 Juli, sebelumnya pernah terjadi pada rentang 31 Mei-5 Juni.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 991,06 triliun SBN, atau 38,9% dari total beredar Rp 2.547 triliun berdasarkan data per 4 Juli.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 97,81 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang pada perdagangan Jumat kemarin juga terjadi di pasar ekuitas yang menguat 0,23%.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Penguatan harga surat utang negara (SUN) dalam sepekan (1-5 Juli) itu disebabkan semakin meningkatnya sentimen positif dari potensi penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) dan Indonesia.
Semakin terbukanya opsi penurunan suku bunga, maka dapat mendorong harga SUN yang beredar di pasar. Naiknya harga SUN itu seiring dengan penguatan yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Untuk
seri acuan 10 tahun yang sering diperhatikan dan ditransaksikan di pasar, kenaikan harga sekaligus penurunan yield terjadi 15,2 basis poin (bps) menjadi 7,21% dari pekan sebelumnya 7,36%.
Selain acuan 10 tahu, penguatan juga terjadi pada tiga seri lain yang menjadi acuan yaitu FR0077 bertenor 5 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan Sepekan 28 Jun'19-5 Jul'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 28 Jun'19 (%) | Yield 5 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 5 Jul'19 |
FR0077 | 5 tahun | 6.871 | 6.773 | -9.80 | 6.7158 |
FR0078 | 10 tahun | 7.369 | 7.217 | -15.20 | 7.1831 |
FR0068 | 15 tahun | 7.681 | 7.584 | -9.70 | 7.5175 |
FR0079 | 20 tahun | 7.94 | 7.75 | -19.00 | 7.688 |
Avg movement | -13.43 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 525 bps, menyempit dari posisi pekan sebelumnya 536 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 1,96% dari posisi pekan lalu 2%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Bahkan, selisih kedua seri acuan itu sudah sudah mencapai kepala dua atau di atas 20 bps lagi sejak 3 Juli-5 Juli, sebelumnya pernah terjadi pada rentang 31 Mei-5 Juni.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 5 Jul'19 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 28 Jun'19 (%) | Yield 5 Jul'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.1 | 2.21 | 3 bulan-5 tahun | 46 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.741 | 1.776 | 2 tahun-5 tahun | 2.6 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.698 | 1.725 | 3 tahun-5 tahun | -2.5 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.757 | 1.75 | 3 bulan-10 tahun | 24.8 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2 | 1.962 | 2 tahun-10 tahun | -18.6 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 991,06 triliun SBN, atau 38,9% dari total beredar Rp 2.547 triliun berdasarkan data per 4 Juli.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 97,81 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang pada perdagangan Jumat kemarin juga terjadi di pasar ekuitas yang menguat 0,23%.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 28 Jun'19 (%) | Yield 5 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.47 | 7.3 | -17.00 |
China | 3.279 | 3.188 | -9.10 |
Jerman | -0.326 | -0.386 | -6.00 |
Perancis | -0.004 | -0.112 | -10.80 |
Inggris | 0.832 | 0.685 | -14.70 |
India | 6.898 | 6.699 | -19.90 |
Jepang | -0.159 | -0.163 | -0.40 |
Malaysia | 3.629 | 3.626 | -0.30 |
Filipina | 5.076 | 5.028 | -4.80 |
Rusia | 7.4 | 7.34 | -6.00 |
Singapura | 2 | 1.903 | -9.70 |
Thailand | 2.15 | 2.01 | -14.00 |
Amerika Serikat | 2 | 1.962 | -3.80 |
Afrika Selatan | 8.115 | 8.08 | -3.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular