
Ekspor China Meluber, Bursa Asia Sukses Menghijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 August 2019 17:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengakhiri perdagangan pada Kamis ini (8/8/2019) di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,37%, indeks Shanghai melejit 0,93%, indeks Hang Seng menguat 0,48%, dan indeks Kospi menguat 0,57%.
Asa damai dagang AS-China yang masih ada sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Dalam wawancara dengan CNBC International, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump masih terbuka untuk menandatangani kesepakatan dagang dengan China.
"Beliau (Presiden Trump) ingin membuat kesepakatan dan melanjutkan negosiasi. Harus ada dua orang untuk menari tango," kata Kudlow.
Bahkan, Kudlow mengungkapkan AS siap untuk mengkaji ulang kebijakan bea masuk jika dialog dagang dengan China membuahkan hasil yang memuaskan.
"Situasi bisa berubah mengenai kebijakan bea masuk. Bapak Presiden terbuka terhadap perubahan jika pembicaraan dengan China berlangsung positif," paparnya.
Seperti yang diketahui, pada hari Kamis (1/8/2019) Trump mengumumkan bahwa AS akan mengenakan bea masuk baru senilai 10% bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang hingga kini belum terdampak perang dagang. Kebijakan ini akan mulai berlaku pada tanggal 1 September. Kacaunya lagi, Trump menyebut bahwa bea masuk baru tersebut bisa dinaikkan hingga menjadi di atas 25%.
"AS akan mulai, pada tanggal 1 September, mengenakan bea masuk tambahan dengan besaran yang kecil yakni 10% terhadap sisa produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang masuk ke negara kita," cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump.
China kemudian mengumumkan balasan terkait dengan bea masuk baru yang akan dieksekusi oleh AS pada awal September mendatang dengan mengonfirmasi pemberitaan bahwa perusahaan-perusahaan asal China akan berhenti membeli produk agrikultur asal AS.
Melansir CNBC International, seorang juru bicara untuk Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan asal Negeri Panda telah berhenti membeli produk agrikultur asal AS sebagai respons dari rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan bea masuk baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 300 miliar.
Lebih lanjut, aksi beli di bursa saham Asia juga dipicu oleh rilis data perdagangan internasional China yang menggembirakan. Pada hari ini, ekspor periode Juli 2019 diumumkan menguat 3,3% secara tahunan, mengalahkan konsensus yang memperkirakan adanya kontraksi sebesar 2%, seperti dilansir dari Trading Economics.
Sementara itu, impor diumumkan turun sebesar 5,6% saja secara tahunan, lebih baik dari konsensus yang memperkirakan kontraksi sebesar 8,3%.
Terlepas dari adanya perang dagang dengan AS, aktivitas perdagangan internasional China masih relatif kuat. Kala perekonomian China berada dalam posisi yang relatif kuat, maka perekonomian global juga bisa dipacu untuk melaju di level yang relatif tinggi. Pasalnya, China merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Asa damai dagang AS-China yang masih ada sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Dalam wawancara dengan CNBC International, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump masih terbuka untuk menandatangani kesepakatan dagang dengan China.
"Beliau (Presiden Trump) ingin membuat kesepakatan dan melanjutkan negosiasi. Harus ada dua orang untuk menari tango," kata Kudlow.
![]() |
"Situasi bisa berubah mengenai kebijakan bea masuk. Bapak Presiden terbuka terhadap perubahan jika pembicaraan dengan China berlangsung positif," paparnya.
Seperti yang diketahui, pada hari Kamis (1/8/2019) Trump mengumumkan bahwa AS akan mengenakan bea masuk baru senilai 10% bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang hingga kini belum terdampak perang dagang. Kebijakan ini akan mulai berlaku pada tanggal 1 September. Kacaunya lagi, Trump menyebut bahwa bea masuk baru tersebut bisa dinaikkan hingga menjadi di atas 25%.
"AS akan mulai, pada tanggal 1 September, mengenakan bea masuk tambahan dengan besaran yang kecil yakni 10% terhadap sisa produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang masuk ke negara kita," cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump.
China kemudian mengumumkan balasan terkait dengan bea masuk baru yang akan dieksekusi oleh AS pada awal September mendatang dengan mengonfirmasi pemberitaan bahwa perusahaan-perusahaan asal China akan berhenti membeli produk agrikultur asal AS.
Melansir CNBC International, seorang juru bicara untuk Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan asal Negeri Panda telah berhenti membeli produk agrikultur asal AS sebagai respons dari rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan bea masuk baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 300 miliar.
Lebih lanjut, aksi beli di bursa saham Asia juga dipicu oleh rilis data perdagangan internasional China yang menggembirakan. Pada hari ini, ekspor periode Juli 2019 diumumkan menguat 3,3% secara tahunan, mengalahkan konsensus yang memperkirakan adanya kontraksi sebesar 2%, seperti dilansir dari Trading Economics.
Sementara itu, impor diumumkan turun sebesar 5,6% saja secara tahunan, lebih baik dari konsensus yang memperkirakan kontraksi sebesar 8,3%.
Terlepas dari adanya perang dagang dengan AS, aktivitas perdagangan internasional China masih relatif kuat. Kala perekonomian China berada dalam posisi yang relatif kuat, maka perekonomian global juga bisa dipacu untuk melaju di level yang relatif tinggi. Pasalnya, China merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular