Kisah Krakatau Steel: Rugi 7 Tahun Beruntun & Utang Segunung

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
13 April 2019 08:33
Kisah Krakatau Steel: Rugi 7 Tahun Beruntun & Utang Segunung
Foto: krakatau steel
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) menghadapi masalah yang pelik. Perusahaan baja plat merah ini mencatatkan kerugian selama tujuh tahun berturut-turut dan banyak utang jangka pendek.

Berdasarkan laporan keuangan KRAS 2018, tercatat utang mencapai US$ 2,49 miliar, naik 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar. Utang jangka pendek yang harus dibayarkan oleh perusahaan mencapai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan utang jangka panjang sebesar US$ 899,43 juta.


Beban keuangan yang dicatatkan KRAS pada 2018 adalah sebesar US$ 112,33 juta atau setara dengan Rp 1,57 triliun (asumsi kurs Rp 14.000) tumbuh lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan 2011 yang hanya US$ 40,62 juta.

Akibatnya KRAS masih harus menelan kerugian sepanjang tahun lalu, meski pendapatan naik 20% dari 2017 sebesar US$ 1,44 miliar, menjadi US$ 1,73 miliar pada 2018. Rugi bersih perusahaan tercatat US$ 74,82 juta atau Rp 1,05 triliun (kurs R 14.000), meski angka ini turun dibandingkan kerugian 2017 senilai US$ 81,74 juta.

Selain itu, 71% utang jangka pendek merupakan pinjaman yang diperoleh dari pihak bank, baik atas nama perusahaan atau entitas anak. Pinjaman diberikan oleh 13 bank yang berbeda pada KRAS dan anak usahanya.

Utang jangka pendek bank tersebut mayoritas dalam bentuk Letter of Credit impor (LoC), dan kredit modal kerja, baik yang berbasis rupiah maupun dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data yang dihimpun CNBC pinjaman terbesar diberikan oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan total nilai US$ 359,6 juta atau setara Rp 5,03 triliun.

Jumlah itu terdiri dari LoC impor US$ 161,2 juta, fasilitas bank overdraft (dana cerukan) sebesar US$ 131,01 juta, dan kredit modal kerja sebesar US$ 67,32 juta. 

Selanjutnya pinjaman terbesar kepada KRAS selanjutnya diberikan oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) senilai US$ 238,36 juta dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) sebesar US$ 199,25 juta.

Simak video Krakatau Steel terlilit utang di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]

Sebagai bagian dari BUMN, dalam upayanya menyelesaikan utang-utangnya, Kementerian BUMN pun ikut turun tangan. Saat ini KRAS tengah melakukan upaya restrukturisasi utang setelah pada 22 Maret lalu, bank-bank BUMN anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) menyetujui proposal restrukturisasi utang.

Langkah ini tidak lepas dari Menteri BUMN Rini Sumarno yang turun tangan langsung, untuk memuluskan upaya restrukturisasi. Rini menegaskan untuk "menyembuhkan" KRAS, jalan yang paling tepat adalah dengan restrukturisasi. Menurutnya permasalahan yang dihadapi produsen ini sudah berlangsung lama.

"Tapi kami yakin bisa turn arround dengan sinergi BUMN, sekarang kelihatannya sudah semakin membaik," kata Rini.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo pun menyatakan langkah restrukturisasi utang KRAS dilakukan karena beban utang sudah melampaui kemampuan bayar perusahaan.


"Jadi memang harus direstrukturisasi. Wajar kan di perbankan bahwa kalau beban utangnya di atas kemampuan bayar ya pasti kita restrukturisasi kalau tidak (maka) tidak mungkin bisa membayar," ujar Kartika.

Menurut Kartika, utang KRAS akan direstrukturisasi menjadi obligasi wajib konversi dengan tenor yang cukup panjang. Selain itu, dia menyampaikan bahwa KRAS juga memiliki rencana untuk melepas sebagian aset untuk pembayaran utang.

"Harapannya dengan perubahan ini maka Krakatau Steel bisa sehat lagi dan bisa berkompetisi dengan baja impor juga," tuturnya.

Skema obligasi wajib konversi yang umum di pasar modal Indonesia adalah surat utang yang bisa dikonversi dengan kepemilikan saham di perusahaan debitur bila telah jatuh tempo. Dengan skema ini maka para kreditur berpeluang menjadi pemegang saham KRAS bila jatuh tempo.

Meski demikian, Kartika menyatakan skema restrukturisasi ini harus mendapatkan persetujuan dari seluruh kreditur termasuk bank swasta. 

"Jadi Himbara sudah sepakat dulu sekarang kreditur swastanya sedang didekati oleh manajemen," ujar pria yang akrab dipanggil Tiko ini.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular