Wow! IHSG Berhasil Tembus Level Psikologis 6.500

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
21 March 2019 17:36
Wow! IHSG Berhasil Tembus Level Psikologis 6.500
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali berhasil menembus level psikologis dan mengakhiri perdagangan Kamis ini, (21/3/2019), dengan penguatan cukup besar yaitu 0,29% ke level 6.501,78.

Kinerja IHSG senada dengan kinerja mayoritas bursa saham utama Benua Kuning yang juga bergerak ke arah utara (menguat). Indeks Shanghai naik 0,35%, indeks Straits Times naik 0,27%, indeks Kospi juga naik 0,36%, sedangkan indeks Hang Seng turun 0,85%. Indeks Nikkei tidak diperdagangkan hari ini karena tanggal merah.

Pelaku pasar bergembira atas keputusan bank sentral AS, The Fed, yang mempertahankan suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) di kisaran 2,25-2,5% tadi pagi. Artinya ini menjadi tahun pertama sejak 2015 bagi The Fed untuk tidak menaikkan FFR.

Gubernur The Fed Jerome Powell dan rekan sejawatnya mengambil sikap netral dan cenderung bersabar alias dovish setelah mempertimbangkan adanya skenario perlambatan ekonomi dunia.


Powell memperkirakan ekonomi AS tumbuh hanya 2,1% di 2019, jauh lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2018 sekitar 3%.

"Saya dan rekan saya menganggap bahwa skenario ini sesuai dengan kondisi perekonomian saat ini, dan kami percaya bahwa kami harus bersabar untuk melihat jika ada kebutuhan untuk mengubah kebijakan. Sabar berarti kami tidak perlu terburu-buru untuk mengambil keputusan", ujar Powell dalam keterangan resminya.

The Fed juga mengindikasikan akan mengakhiri normalisasi neracanya pada September mendatang. Ini berarti The Fed akan berhenti menyedot likuiditas dari pasar.

Sikap The Fed yang tidak menekan dan menstimulus pasar AS menjadikan arus modal investor tidak lagi fokus pada dolar AS, sehingga peluang arus modal masuk ke Indonesia lebih tinggi.

"Dengan sinyal dari the Fed yang semakin jelas, akan membuka jalan bagi rupiah untuk lebih stabil di tahun ini," kata Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia.

Pada Kamis (21/3/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.135 kala penutupan pasar spot. Nilai tukar rupiah menguat 0,32% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya terhadap dolar AS.

Emiten yang menyokong pertumbuhan IHSG adalah PT Cahaputra Asa Keramik Tbk/CAKK (naik 25%); PT Star Petrochem Tbk/STAR (naik 20,45%); PT Gading Development Tbk/GAMA (naik 19,23%); PT Bank Capital Indonesia Tbk/BACA (naik14,29%); dan PT Indonesian Paradise Property Tbk/INPP (naik 14,29%).

LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>

Setelah The Fed resmi memutuskan menahan FFR di kisaran 2,25-2,5%, pelaku pasar tanah air berekspektasi BI akan menunjukkan sikap yang sama. Bahkan nampaknya investor justru berharap bahwa BI akan menurunkan suku bunga acuannya.

Ternyata dalam Rapat Dewan Gubernur Kamis ini, Gubernur BI Perry Warijyo memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate di angka 6%. BI juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di kisaran 5-5,4%.

Wow! IHSG Berhasil Tembus Level Psikologisnya 6.500Foto: Rapat Dewan Gubernur BI (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

"Rapat Dewan Gubernur BI 20-21 Maret memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 6%," papar Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis (21/3/2019).

"Keputusan tersebut konsisten dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal khususnya mengendalikan defisit transaksi berjalan ke batas aman dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik," katanya lagi.

Kendati keputusan BI sesuai dengan prediksi pasar, tapi masih ada beberapa kebijakan BI yang berpotensi memberi stimulus positif dan patut untuk dipantau. 


BI akan memastikan kecukupan likuiditas bank untuk menyalurkan kredit, terutama Bank BUKU (Bank Umum Kelompok Usaha) I dan 2. “Caranya dengan memperbanyak dan memperluas lelang (reverse) term repo, swap valas, dan sebagainya”, ujar Perry.

Lebih lanjut, BI juga berencana menaikkan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) menjadi 84-94% untuk memperkuat sisi makroprudensial. Kebijakan ini akan efektif per Juli 2019.

RM adalah perluasan dari Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan memasukkan surat-surat berharga.

Di tempat yang sama, Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto mengatakan dengan penaikan RIM maka diharapkan bank-bank mampu meningkatkan penyaluran kredit secara efektif.

"Kita mendorong bank-bank yang intermediasinya rendah," kata Erwin.

Jika kebijakan ini dapat terlaksana dengan baik, tentunya akan mendorong pertumbuhan kredit dan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia.

Sektor yang berdampak dari keputusan ini tentunya sektor keuangan dan sektor konsumsi.


Akan tetapi pelaku pasar tampaknya belum memberikan respons langsung atas keputusan BI karena indeks saham sektor perbankan (JKFINA) dan indeks saham sektor konsumen (JKCONS) di BEI masih relatif tak banyak bergerak saat perdagangan saham ditutup hari ini.

Pada penutupan bursa, JKFINA tumbuh 0,23% ke level 1.250,88, sedangkan JKCONS turun 0,32% ke level 2.659,06.


Walaupun begitu, investor asing tetap membukukan aksi beli bersih hingga Rp 72,26 miliar di pasar reguler.

Emiten yang dibeli investor asing di pasar reguler adalah PT Ciputra Development Tbk/CTRA (Rp 56,77 miliar); PT Gudang Daram Tbk/GGRM (Rp 39,29 miliar); PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 39,06 miliar); PT Bank Mandiri 
Tbk/BMRI (Rp 27,85 miliar); PT Holcim Indonesia Tbk/SMCB (Rp 27,08 miliar).


LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>

Uni Eropa, pada Kamis ini akan mengadakan pertemuan di Brussels, Belgia, untuk membahas kelanjutan Brexit dan memutuskan apakah Brexit akan ditunda atau tetap dilakukan pada 29 Maret.

Dilansir Reuters, Sekretaris Urusan Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mengatakan bahwa pemerintah Inggris masih belum tahu apakah proposal Perdana Menteri Inggris Theresa May akan mampu untuk diajukan kembali minggu depan.


"Apakah kita akan menyelesaikan ini atau malah tidak mampu berbuat apa-apa untuk Brexit? Hingga detik ini, keputusan hukum yang pasti tanggal keluarnya Inggris pada 29 Maret", ujar Hunt.

Pada akhirnya, menurut Hunt jika proposal May berikutnya tidak dapat diajukan, Parlemen Inggris masih punya pilihan lainnya, yaitu berpisah tanpa kesepakatan, atau tidak jadi berpisah dengan Inggris. Walau hal ini menurutnya kecil kemungkinan akan terjadi.

Di sisi lain, Uni Eropa menyatakan bahwa jika May gagal mendapat persetujuan dari parlemen sebelum 29 Maret, Uni Eropa mungkin akan melaksanakan emergency summit (konferensi darurat) akhir minggu depan, dikutip Reuters.

Jika isu perceraian ini kemudian terekskalasi tentunya perekonomian Inggris akan mendapatkan tekanan yang lebih besar. Hal ini patut diwaspadai oleh pelaku pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular