
Damai Dagang Kian Terasa, IHSG Malah Terjebak di Zona Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 March 2019 13:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Membuka hari dengan penguatan sebesar 0,46%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru harus mengakhiri perdagangan sesi 1 pada Selasa ini (12/3/2019) dengan pelemahan tipis 0,05% ke level 6.363,23.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG di antaranya PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (-4,15%), PT United Tractors Tbk/UNTR (-1,96%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,1%), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (-4,13%), dan PT Adaro Energy Tbk/ADRO (-2,08%).
IHSG melemah kala seluruh bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,93%, indeks Shanghai naik 1,61%, indeks Hang Seng naik 1,46%, indeks Straits Times naik 0,97%, dan indeks Kospi naik 0,84%.
Damai dagang AS-China yang kian terasa membuat instrumen berisiko seperti saham menjadi incaran investor.
Xinhua News Agency melaporkan, Wakil Perdana Menteri China Liu He berbincang melalui sambungan telepon dengan perwakilan AS pada hari ini guna mendiskusikan negosiasi dagang lanjutan kedua negara, seperti dilansir dari Bloomberg.
Dalam perbincangannya dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, Liu membahas penulisan kesepakatan dagang kedua negara.
Pemberitaan tersebut lantas mengonfirmasi bahwa kedua negara terus melakukan perbincangan secara intens untuk mencoba mengakhiri perang dagang yang sudah berbulan-bulan terjadi.
Sebelumnya, pemerintah China di Beijing menegaskan pihaknya bekerja siang dan malam demi terciptanya kesepakatan dagang dengan AS. Bahkan, China sudah mulai bicara soal menghapus pengenaan bea masuk.
"Bea masuk menurunkan kepercayaan investor dan membuat korporasi menunda investasinya. Sekarang, kedua pihak bekerja keras untuk mencapai kesepakatan. Semua itu bertujuan untuk menghapus bea masuk sehingga perdagangan AS-China menjadi normal kembali," jelas Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen, mengutip Reuters.
Sejauh ini, perang dagang yang berkecamuk antar keduanya terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing.
Di China misalnya, pada Jumat (8/3/2019) ekspor periode Februari 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 20,7% secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 4,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.
Impor China juga turun hingga 5,2%, juga lebih dalam dari ekspektasi yakni penurunan sebesar 1,4%.
Jika kesepakatan dagang benar bisa dicapai nantinya, tentu perekonomian kedua negara, berikut perekonomian dunia, bisa dipacu untuk melaju lebih kencang.
Lebih lanjut, kepercayaan diri investor untuk masuk ke bursa saham Benua Kuning datang dari anggapan bahwa perekonomian AS sejatinya cukup oke.
Kemarin (11/3/2019), penjualan barang-barang ritel periode Februari 2019 diumumkan tumbuh sebesar 0,2% MoM, mengalahkan konsensus yang memperkirakan tidak ada perubahan, seperti dilansir dari Forex Factory.
Sebelumnya, ada kekhawatiran bahwa perekonomian AS akan mengalami hard landing pada tahun ini. Kekhawatiran ini muncul pasca penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian periode Februari diumumkan sebanyak 20.000 saja, sangat jauh di bawah konsensus yang sebanyak 180.000, seperti dilansir dari Forex Factory.
Penciptaan lapangan kerja pada bulan lalu menjadi yang terendah sejak September 2017.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG di antaranya PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (-4,15%), PT United Tractors Tbk/UNTR (-1,96%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,1%), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (-4,13%), dan PT Adaro Energy Tbk/ADRO (-2,08%).
IHSG melemah kala seluruh bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,93%, indeks Shanghai naik 1,61%, indeks Hang Seng naik 1,46%, indeks Straits Times naik 0,97%, dan indeks Kospi naik 0,84%.
Xinhua News Agency melaporkan, Wakil Perdana Menteri China Liu He berbincang melalui sambungan telepon dengan perwakilan AS pada hari ini guna mendiskusikan negosiasi dagang lanjutan kedua negara, seperti dilansir dari Bloomberg.
Dalam perbincangannya dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, Liu membahas penulisan kesepakatan dagang kedua negara.
Pemberitaan tersebut lantas mengonfirmasi bahwa kedua negara terus melakukan perbincangan secara intens untuk mencoba mengakhiri perang dagang yang sudah berbulan-bulan terjadi.
Sebelumnya, pemerintah China di Beijing menegaskan pihaknya bekerja siang dan malam demi terciptanya kesepakatan dagang dengan AS. Bahkan, China sudah mulai bicara soal menghapus pengenaan bea masuk.
"Bea masuk menurunkan kepercayaan investor dan membuat korporasi menunda investasinya. Sekarang, kedua pihak bekerja keras untuk mencapai kesepakatan. Semua itu bertujuan untuk menghapus bea masuk sehingga perdagangan AS-China menjadi normal kembali," jelas Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen, mengutip Reuters.
Sejauh ini, perang dagang yang berkecamuk antar keduanya terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing.
Di China misalnya, pada Jumat (8/3/2019) ekspor periode Februari 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 20,7% secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 4,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.
Impor China juga turun hingga 5,2%, juga lebih dalam dari ekspektasi yakni penurunan sebesar 1,4%.
Jika kesepakatan dagang benar bisa dicapai nantinya, tentu perekonomian kedua negara, berikut perekonomian dunia, bisa dipacu untuk melaju lebih kencang.
Lebih lanjut, kepercayaan diri investor untuk masuk ke bursa saham Benua Kuning datang dari anggapan bahwa perekonomian AS sejatinya cukup oke.
Kemarin (11/3/2019), penjualan barang-barang ritel periode Februari 2019 diumumkan tumbuh sebesar 0,2% MoM, mengalahkan konsensus yang memperkirakan tidak ada perubahan, seperti dilansir dari Forex Factory.
Sebelumnya, ada kekhawatiran bahwa perekonomian AS akan mengalami hard landing pada tahun ini. Kekhawatiran ini muncul pasca penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian periode Februari diumumkan sebanyak 20.000 saja, sangat jauh di bawah konsensus yang sebanyak 180.000, seperti dilansir dari Forex Factory.
Penciptaan lapangan kerja pada bulan lalu menjadi yang terendah sejak September 2017.
Next Page
Lagi-Lagi Investor Asing
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular