
Duh! Investor Asing Terus Profit Taking, IHSG Balik Melemah
Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 March 2019 11:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan dengan penguatan sebesar 0,46%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru kini harus berkutat di zona merah. Pada pukul 10:54 WIB, IHSG melemah 0,09% ke level 6.360,83.
IHSG melemah kala seluruh bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,88%, indeks Shanghai naik 1,53%, indeks Hang Seng naik 1,4%, indeks Straits Times naik 0,97%, dan indeks Kospi naik 0,89%.
Sama seperti pada perdagangan kemarin (11/3/2019), aksi ambil untung yang dilakukan investor asing membuat IHSG tak bisa memanfaatkan momentum yang ada. Hingga berita ini diturunkan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 70,2 miliar di pasar saham tanah air. Kemarin, jual bersih investor asing mencapai Rp 558,6 miliar.
5 besar saham yang dilepas investor asing pada perdagangan hari ini adalah: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 35,4 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 34,8 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 23,1 miliar), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (Rp 21 miliar), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 16 miliar).
Memang, ruang bagi investor asing untuk melakukan aksi ambil untung terbilang besar. Sepanjang tahun ini (hingga akhir perdagangan kemarin), investor asing telah membukukan beli bersih senilai Rp 11,2 triliun di pasar saham tanah air dan IHSG telah menguat 2,78% dalam periode tersebut.
Di sisi lain, sejatinya sentimen yang ada terbilang mendukung untuk melakukan aksi beli di bursa saham tanah air. Ada kelegaan yang dirasakan pelaku pasar terkait dengan perekonomian AS. Nampaknya, perekonomian Negeri Paman Sam tak akan mengalami hard landing pada tahun ini.
Kemarin (11/3/2019), penjualan barang-barang ritel periode Februari 2019 diumumkan tumbuh sebesar 0,2% MoM, mengalahkan konsensus yang memperkirakan tidak ada perubahan, seperti dilansir dari Forex Factory.
Sebelumnya, kekhawatiran mengenai hard landing pada perekonomian AS timbul pasca penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian periode Februari diumumkan sebanyak 20.000 saja, sangat jauh di bawah konsensus yang sebanyak 180.000, seperti dilansir dari Forex Factory. Penciptaan lapangan kerja pada bulan lalu menjadi yang terendah sejak September 2017.
Dari dalam negeri, kabar gembira datang dari rilis Survei Penjualan Eceran periode Januari 2019 oleh Bank Indonesia (BI). Sepanjang bulan Januari, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 9,4% YoY, jauh di atas capaian periode yang sama tahun lalu yakni pertumbuhan sebesar 3,7% YoY saja.
Lebih lanjut, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Februari 2019 berada di level 15,8% YoY, juga mengalahkan capaian periode yang sama tahun lalu yang sebesar 9,5% YoY.
Data tersebut menunjukkan kuatnya daya beli masyarakat Indonesia. Namun, indeks sektor barang konsumsi justru terkoreksi 0,02%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank) Next Article Andai Investor Asing Tak Kabur, Niscaya IHSG Lebih Oke
IHSG melemah kala seluruh bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,88%, indeks Shanghai naik 1,53%, indeks Hang Seng naik 1,4%, indeks Straits Times naik 0,97%, dan indeks Kospi naik 0,89%.
Sama seperti pada perdagangan kemarin (11/3/2019), aksi ambil untung yang dilakukan investor asing membuat IHSG tak bisa memanfaatkan momentum yang ada. Hingga berita ini diturunkan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 70,2 miliar di pasar saham tanah air. Kemarin, jual bersih investor asing mencapai Rp 558,6 miliar.
Memang, ruang bagi investor asing untuk melakukan aksi ambil untung terbilang besar. Sepanjang tahun ini (hingga akhir perdagangan kemarin), investor asing telah membukukan beli bersih senilai Rp 11,2 triliun di pasar saham tanah air dan IHSG telah menguat 2,78% dalam periode tersebut.
Di sisi lain, sejatinya sentimen yang ada terbilang mendukung untuk melakukan aksi beli di bursa saham tanah air. Ada kelegaan yang dirasakan pelaku pasar terkait dengan perekonomian AS. Nampaknya, perekonomian Negeri Paman Sam tak akan mengalami hard landing pada tahun ini.
Kemarin (11/3/2019), penjualan barang-barang ritel periode Februari 2019 diumumkan tumbuh sebesar 0,2% MoM, mengalahkan konsensus yang memperkirakan tidak ada perubahan, seperti dilansir dari Forex Factory.
Sebelumnya, kekhawatiran mengenai hard landing pada perekonomian AS timbul pasca penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian periode Februari diumumkan sebanyak 20.000 saja, sangat jauh di bawah konsensus yang sebanyak 180.000, seperti dilansir dari Forex Factory. Penciptaan lapangan kerja pada bulan lalu menjadi yang terendah sejak September 2017.
Dari dalam negeri, kabar gembira datang dari rilis Survei Penjualan Eceran periode Januari 2019 oleh Bank Indonesia (BI). Sepanjang bulan Januari, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 9,4% YoY, jauh di atas capaian periode yang sama tahun lalu yakni pertumbuhan sebesar 3,7% YoY saja.
Lebih lanjut, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Februari 2019 berada di level 15,8% YoY, juga mengalahkan capaian periode yang sama tahun lalu yang sebesar 9,5% YoY.
Data tersebut menunjukkan kuatnya daya beli masyarakat Indonesia. Namun, indeks sektor barang konsumsi justru terkoreksi 0,02%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank) Next Article Andai Investor Asing Tak Kabur, Niscaya IHSG Lebih Oke
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular