Andai Investor Asing Tak Kabur, Niscaya IHSG Lebih Oke

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 April 2019 12:28
Andai Investor Asing Tak Kabur, Niscaya IHSG Lebih Oke
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah 0,24% ke level 6.395,07, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya berhasil membalikkan keadaan. Per akhir sesi 1, IHSG menguat 0,08% ke level 6.415,08.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi kenaikan IHSG di antaranya: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+0,93%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,36%), PT XL Axiata Tbk/EXCL (+6,74%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (+2,83%), dan PT Bank Mega Tbk/MEGA (+3,06%).

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang ditransaksikan di zona merah: indeks Shanghai turun 0,44%, indeks Hang Seng turun 0,36%, dan indeks Straits Times turun 0,16%.

Pelaku pasar memasang mode defensif sembari menantikan rilis data ekspor-impor China periode Maret 2019 pada pukul 13:30 WIB. Wajar jika pelaku pasar memasang mode defensif. Pasalnya pada bulan Februari, ekspor China terkontraksi hingga 20,7% secara tahunan, sementara impor melemah 5,2%.

Perang dagang yang berkecamuk dengan AS sudah begitu signifikan menekan aktivitas ekspor-impor Negeri Panda. Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

Rilis data ekspor-impor periode Maret lantas akan memberikan petunjuk lebih lanjut kepada investor terkait sejauh mana perang dagang dengan AS sudah menyakiti perekonomian China.

Melansir konsensus dari Trading Economics, ekspor China diperkirakan tumbuh 7,3% secara tahunan pada bulan Maret, sementara impor diprediksi terkontraksi 1,3%.

Kalau sampai datanya kembali mengecewakan, maka akan timbul keyakinan yang kian besar bahwa perekonomian China akan mengalami hard landing pada tahun ini.

Ketika perekonomian China mengalami hard landing, dipastikan bahwa perekonomian dunia akan ikut tertekan, mengingat posisi China yang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia.

Sebagai informasi, pemerintah China belum lama ini resmi memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 menjadi 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%. Pada tahun 2018, perekonomian China tumbuh hingga 6,6%.

Lebih lanjut, rilis data ekonomi lainnya yang mengecewakan ikut memantik aksi jual di bursa saham regional. Pada hari ini, pembacaan awal atas pertumbuhan ekonomi Singapura periode kuartal-I 2019 diumumkan sebesar 1,3% YoY, di bawah konsensus yang sebesar 1,5% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.

Sementara itu, IHSG mampu menguat seiring dengan koreksi yang sudah begitu dalam pada perdagangan kemarin, yakni mencapai 1,05%. Koreksi yang sebesar 1,05% tersebut lantas membuat IHSG menjadi indeks saham dengan kinerja terburuk kedua di kawasan Asia.

Kini, ruang untuk melakukan aksi beli menjadi terbuka dan dimanfaatkan oleh investor.
Sejatinya, penguatan IHSG bisa lebih tinggi lagi jika investor asing tak kabur dari pasar saham tanah air. Pasca membukukan beli bersih selama 7 hari beruntun, akhirnya beli bersih investor asing di pasar saham tanah air terputus. Per akhir sesi 1, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 739,95 miliar.

Pelemahan rupiah melandasi aksi jual yang dilakukan investor asing. Hingga siang hari, rupiah melemah 0,11% di pasar spot ke level Rp 14.145/dolar AS.

Data ekonomi AS yang kinclong terbukti menjadi petaka bagi rupiah. Kemarin (11/4/2019), angka klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada tanggal 6 April diumumkan turun sebanyak 8.000 menjadi 196.000, menandai capaian terendah sejak Oktober 1969.

Lantas, ekspektasi bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memotong tingkat suku bunga acuan menjadi mereda dan praktis dolar AS mendapatkan suntikan energi.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 11 April 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini turun menjadi 37,1%, dari yang sebelumnya 39,5% pada tanggal 10 April. Untuk pemotongan sebesar 50 bps, probabilitasnya juga turun menjadi 9,7%, dari yang sebelumnya 13%.

Saham-saham yang banyak dilego investor asing adalah: PT Map Aktif Adiperkasa Tbk/MAPA (Rp 560,9 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 68,1 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 37,2 miliar), PT Sarana Menara Nusantara Tbk/TOWR (Rp 27 miliar), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 25,3 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular