Tambang Shaanxi Kembali Beroperasi, Harga Batu Bara Jadi Loyo

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
12 March 2019 11:39
Harga batu bara Newcastle di bursa ICE pada penutupan perdagangan Senin kemarin (11/3/2019) terus terkoreksi sebesar 1% ke posisi US$ 94,55/metrik ton.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle kontrak Maret di bursa ICE pada penutupan perdagangan Senin kemarin (11/3/2019) terus terkoreksi sebesar 1% ke posisi US$ 94,55/metrik ton. Pelemahan harga kembali terjadi setelah pada akhir pekan lalu (8/3/2019) juga terpangkas 2,2%.

Sejak awal tahun, harga batu bara sudah menyusut hingga 7,35%.



Perlambatan ekonomi dunia masih terus memberi tekanan pada pergerakan harga batu bara hingga saat ini.

Teranyar, penjualan mobil di China periode Februari ternyata turun sebesar 14% secara bulanan (MtM). Hal ini semakin mengonfirmasi bahwa aktifitas industri manufaktur di Negeri Panda masih lesu.

Di sisi lain, impor batu bara China pada bulan Februari turun hingga 47% dibanding bulan Januari, berdasarkan data dari Bea Cukai China . Salah satu penyebabnya adalah adanya libur Hari Raya Imlek yang berlangsung selama satu minggu penuh, yang juga turut membuat aktivitas industri terhenti.

Meskipun demikian, jumlah impor tersebut jauh dibawah ekspektasi pelaku pasar. Pasalnya jika dibandingkan dengan Februari tahun 2018 juga tercatat turun 15,6%.

"Impor Februari lebih rendah dari ekspektasi saya," ujar George Huang, analis batu bara dari Falcon Info yang berbasis di Guangzhou, seperti yang dilansir dari Reuters.

Selain itu, waktu pemeriksaan batu bara impor di pelabuhan utara dan selatan China yang ditingkatkan menjadi 40 hari (dari yang semula 20 hari) juga turut membuat impor menjadi terhambat.

Sebagai informasi, sejak awal Januari, Bea Cukai China telah menerapkan proses pemeriksaan yang lebih ketat bagi bagi batu bara asal Australia yang akan masuk. Hingga saat ini belum ada pemberitahuan kapan kebijakan tersebut akan berakhir.

Di sisi lain, produksi batu bara China juga diprediksi akan meningkat dalam waktu dekat. Sebab, tambang yang berada di provinsi Shaanxi telah kembali beroperasi pada bulan ini, setelah dilakukan pemeriksaan keamanan oleh otoritas setempat.

Seperti yang telah diketahui, pasca kecelakaan yang terjadi di salah satu tambang di wilayah Shaanxi, pemerintah China menutup sementara aktivitas penggalian untuk melakukan pemeriksaan keamanan.

Hal tersebut membuat produksi batu bara domestik China berkurang sepanjang Februari. Apalagi diketahui bahwa provinsi Shaanxi merupakan wilayah produksi batu bara terbesar ke-3 di dataran Negeri Panda.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular