Kian Merana, Harga Batu Bara Terus Jatuh di Bawah US$ 50/ton

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 August 2020 10:47
FILE PHOTO: A worker speaks as he loads coal on a truck at a depot near a coal mine from the state-owned Longmay Group on the outskirts of Jixi, in Heilongjiang province, China, October 24, 2015. REUTERS/Jason Lee/File Photo
Foto: Batu Bara (REUTERS/Jason Lee)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal Newcastle masih terus melanjutkan tren penurunannya. Kini harga batu bara berada di level terendahnya dalam lebih dari empat tahun terakhir. 

Pada penutupan perdagangan Senin (24/8/2020), harga batu bara termal Newcastle untuk kontrak yang aktif ditransaksikan melemah 1,41% ke US$ 48,9/ton. Harga batu bara sudah berada di bawah US$ 50/ton dalam dua hari perdagangan terakhir.

Faktor pemicu ambrolnya harga batu bara adalah fundamental pasar yang lemah. Permintaan terhadap batu bara masih belum pulih benar, malahan terancam anjlok untuk tahun ini.

Mengacu pada data Eurostat, Uni Eropa (UE) mengimpor total 3,3 juta ton batu bara termal secara neto di bulan Juni, secara umum sejalan dengan bulan Mei dan turun 2,3 juta ton pada tahun sebelumnya.

Argus Media melaporkan total impor paruh pertama ke UE dan Inggris menjadi 23.1juta, yang mana lebih rendah 51% pada tahun sebelumnya dan menjadi level terendah sejak Januari-Juni sejak 1988.

Permintaan impor UE telah ditekan oleh penurunan berkelanjutan dalam pembangkit listrik tenaga batu bara di tengah meningkatnya pangsa pasar konsumsi listrik dari sumber energi terbarukan dan persaingan dari gas selama dua tahun terakhir.

Impor bersih batu bara UE-27 turun pada tahun ini dengan rata-rata 3,9 juta ton/ bulan di Januari-Juli di 3,7 juta ton/ bulan. Tahun lalu, penerimaan Agustus-Desember rata-rata di 5,9 juta ton/ bulan.

Penurunan keseluruhan impor UE-27 tahun ini didorong oleh Jerman, yang menyumbang sepertiga dari total pengurangan 23,1 juta ton. Spanyol, Portugal dan Polandia masing-masing menyumbang 4,1 juta ton, 1,9 juta ton dan 1 juta ton penurunan.

Sementara itu di kawasan Asia Pasifik, permintaan impor duo konsumen terbesar batu bara yaitu China dan India juga masih lemah. Apalagi dengan adanya kuota impor untuk mendorong konsumsi batu bara domestik di tengah pandemi Covid-19.

Ditambah lagi hubungan Australia-China yang memburuk juga menjadi sentimen negatif untuk harga batu bara mengingat sumber energi primer ini merupakan salah satu komoditas unggulan Negeri Kanguru.

Setelah menarget barley, kini China dikabarkan mulai menarget produk minuman beralkohol asal Australia. Hubungan dagang keduanya yang memburuk membuat pasar semakin cemas terutama terhadap nasib impor batu bara lintas laut (seaborne) di kawasan Asia Pasifik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Rata-Rata Batu Bara Diproyeksi Lebih Rendah Pada 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular