ADB Sebut Perang Dagang Mengancam Ekonomi Asia Pasifik

Bernhart Farras & Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
26 September 2018 15:24
Pertumbuhan ekonomi Asia dan Pasifik akan tetap kuat walau dihantui risiko pelambatan pertumbuhan akibat konflik dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Foto: REUTERS/Jason Lee/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik akan tetap kuat walaupun dihantui risiko pelambatan pertumbuhan akibat konflik dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Asian Development Bank (ADB) mempertahankan proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Asia di posisi 6% di tahun 2018. Namun, pertumbuhan diprediksi akan turun 0,1 poin persentase ke 5,8% pada tahun 2019 karena gangguan rantai produksi internasional akibat perang dagang.



Proyeksi tersebut diungkap dalam siaran pers laporan Asian Development Outlook (ADO) ADB di Jakarta hari Rabu (26/9/2018).

Pertumbuhan ekonomi kawasan diprediksi akan mampu bertahan menghadapi tekanan eksternal karena ditopang oleh kuatnya permintaan domestik di negara-negara dengan perekonomian terbesar di kawasan, misalnya China dan India. Selain itu, tingginya harga minyak dan gas juga memicu pertumbuhan di negara-negara pengekspor gas seperti Kazakhstan.

"Pertumbuhan Asia seharusnya akan tetap tangguh menghadapi pengaruh langsung dari langkah-langkah perdagangan yang sudah diambil hingga saat ini," jelas Yasuyuki Sawada, Kepala Ekonom ADB, dalam siaran pers.

Jurus RI Hadapi Perang DagangFoto: Aristya Rahadian Krisabella
Jurus RI Hadapi Perang Dagang
Sementara itu, ekonomi kawasan Asia Tenggara diprediksi akan tumbuh 5,1% di tahun 2018, kemudian menguat menjadi 5,2% di tahun 2019. ADB memprediksi ekspor bersih nantinya bisa menopang angka pertumbuhan di Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam seiring dengan kenaikan impor untuk mendukung investasi infrastruktur pemerintah.

Meningkatnya harga minyak dan gas alam yang sejalan dengan kenaikan ekspor dan investasi akan mendorong sedikit pertumbuhan di kawasan Asia Tengah menjadi 4,1% di tahun ini, menurut ADB. Sementara ekonomi kawasan Pasifik diperkirakan akan tumbuh hanya 1,1% akibat gangguan gempa bumi di Papua Nugini dan rendahnya belanja pemerintah di Timor-Leste.

Terdapat beberapa risiko yang membayangi pertumbuhan kawasan ini. Di antaranya adalah guncangan keuangan jika bank sentral AS Federal Reserve/The Fed menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan demi mencegah inflasi, dampak perang dagang terhadap jaringan produksi lintas batas yang memutuskan hubungan bisnis dan membatalkan rencana investasi.



"Meskipun sejumlah perekonomian, termasuk Asia Tenggara, dapat memperoleh manfaat jangka menengah melalui perdagangan yang dialihkan ke Asia Tenggara, akibat tak langsung dari konflik perdagangan adalah menurunnya keyakinan dan investasi di seluruh Asia dan Pasifik," jelas ADB.

Terkait hal ini, ADB menyarankan negara-negara di kawasan Asia-Pasifik untuk mengadakan perjanjian perdagangan baik di dalam maupun di luar kawasan guna menanggulangi peningkatan proteksionisme dagang.
(prm) Next Article Menilik Akselerasi EKonomi RI dari Kacamata ADB

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular