Internasional
Trump di PBB: AS Tak Toleransi Perlakuan Kejam Perdagangan
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
26 September 2018 07:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada hari Selasa (25/9/2018) membela perseteruan dagang yang dialami pemerintahannya. Ia juga menegaskan di hadapan para pemimpin dunia bahwa AS akan bertindak berdasarka kepentingan nasionalnya bila merasa dicurangi.
Pernyataan Trump di hadapan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu terjadi setelah ia meluncurkan serangan terbarunya terhadap China, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia setelah AS.
Pemerintahannya mengenakan bea masuk 10% terhadap berbagai impor dari China senilai US$200 miliar (Rp 2.987 triliun). Trump pada hari Selasa mengatakan pengenaan bea impor itu diperlukan demi melindungi para pekerja Amerika.
"Kami tidak lagi menoleransi tindakan kejam seperti itu. Kami tidak akan mengizinkan para pekerja kami menjadi korban, perusahaan kami dicurangi, dan kesejahteraan kami dijarah dan dialihkan," kata Trump dalam pidatonya di markas PBB di New York, CNBC International melaporkan.
Dalam pidatonya yang membahas berbagai hal, Trump juga menyampaikan hal-hal yang ia sebut sebagai kesuksesan pemerintahannya di panggung internasional, termasuk penarikan diri AS dari kesepakatan nuklir Iran dan kerja samanya dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk menghentikan program nuklirnya.
Ia juga menyebut upaya-upaya negosiasi ulang dari apa yang ia sebut sebagai "kesepakatan dagang yang buruk dan rusak" dengan negara-negara yang ia katakan mendapat keuntungan yang tidak adil dari AS di masa lalu.
Sang presiden mengatakan pengenaan tarif adalah alat untuk mencapai penyelesaian yang produktif. Ia juga menunjukkan kemarahannya kepada beberapa negara yang ia sebut telah memperlakukan para pekerja AS dengan kejam selama bertahun-tahun.
Trump mengkritisi negara-negara Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang melanggar semua prinsip-prinsip yang menjadi dasar organisasi internasional itu.
Namun, Trump secara spesifik menyerang China. Ia mengritik tindakan dumping, kemungkinan manipulasi mata uang, dan dugaan pencurian hak kekayaan intelektual, semua tuduhan yang pemerintahannya sampaikan ke China.
Ia menekankan perlunya menutup defisit perdagangan AS dengan China dan mengatakan "ketidakseimbangan perdagangan kami tidak dapat diterima." Ia menambahkan bahwa semua upaya yang dilakukan China untuk mendistorsi pasar "tidak dapat ditoleransi."
Retorika dan kebijakan bea impor sang presiden sejauh ini gagal mencapai kesepakatan dagang baru dengan China. AS dan Kanada juga masih kesulitan mencapai konsensus untuk mengubah Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).
Namun, pada hari Selasa Trump menggarisbawahi kesuksesannya menegosiasikan ulang NAFTA dengan Meksiko dan perjanjian dagang dengan Korea Selatan.
"Ini hanyalah sebuah awal," ujarnya, merujuk pada upaya merevisi perjanjian dagang.
(prm) Next Article AS: Tak Ada Kesepakatan Dagang dengan China dalam Waktu Dekat
Pernyataan Trump di hadapan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu terjadi setelah ia meluncurkan serangan terbarunya terhadap China, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia setelah AS.
Pemerintahannya mengenakan bea masuk 10% terhadap berbagai impor dari China senilai US$200 miliar (Rp 2.987 triliun). Trump pada hari Selasa mengatakan pengenaan bea impor itu diperlukan demi melindungi para pekerja Amerika.
Dalam pidatonya yang membahas berbagai hal, Trump juga menyampaikan hal-hal yang ia sebut sebagai kesuksesan pemerintahannya di panggung internasional, termasuk penarikan diri AS dari kesepakatan nuklir Iran dan kerja samanya dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk menghentikan program nuklirnya.
Ia juga menyebut upaya-upaya negosiasi ulang dari apa yang ia sebut sebagai "kesepakatan dagang yang buruk dan rusak" dengan negara-negara yang ia katakan mendapat keuntungan yang tidak adil dari AS di masa lalu.
![]() |
Trump mengkritisi negara-negara Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang melanggar semua prinsip-prinsip yang menjadi dasar organisasi internasional itu.
Namun, Trump secara spesifik menyerang China. Ia mengritik tindakan dumping, kemungkinan manipulasi mata uang, dan dugaan pencurian hak kekayaan intelektual, semua tuduhan yang pemerintahannya sampaikan ke China.
Ia menekankan perlunya menutup defisit perdagangan AS dengan China dan mengatakan "ketidakseimbangan perdagangan kami tidak dapat diterima." Ia menambahkan bahwa semua upaya yang dilakukan China untuk mendistorsi pasar "tidak dapat ditoleransi."
Retorika dan kebijakan bea impor sang presiden sejauh ini gagal mencapai kesepakatan dagang baru dengan China. AS dan Kanada juga masih kesulitan mencapai konsensus untuk mengubah Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).
Namun, pada hari Selasa Trump menggarisbawahi kesuksesannya menegosiasikan ulang NAFTA dengan Meksiko dan perjanjian dagang dengan Korea Selatan.
"Ini hanyalah sebuah awal," ujarnya, merujuk pada upaya merevisi perjanjian dagang.
(prm) Next Article AS: Tak Ada Kesepakatan Dagang dengan China dalam Waktu Dekat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular