Perang Dagang Buka Peluang RI Genjot Ekspor Barang Konsumsi
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
21 September 2018 12:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi saling berbalas tarif impor antara Amerika Serikat (AS) dan China telah mengganggu rantai pasokan global. Perselisihan antara kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini pun diprediksi akan berlangsung selama bertahun-tahun.
Pemerintah AS pada hari Senin mengumumkan akan mengenakan bea impor 10% terhadap produk China senilai US$200 miliar yang akan naik menjadi 25% di akhir tahun. China membalas langkah itu hari Selasa dengan mengenakan tarif impor terhadap 5.000 lebih barang AS senilai US$60 miliar.
Sebab, perang dagang yang tengah berkecamuk membuat bisnis-bisnis di China mulai mengincar lokasi baru untuk menanamkan modal, membuka pabrik ataupun mencari sumber pasokan barang. Keputusan untuk memanfaatkan peluang yang bisa menarik lebih banyak Penanaman Modal Asing (PMA) ini pun ada di tangan Indonesia.
"Banyak perusahaan di China yang mencari lokasi baru untuk berinvestasi, memindahkan kapasitas manufaktur, dan mereka juga mencari pasokan dari sumber-sumber lain. Keputusan ada di tangan Indonesia, apakah ingin memposisikan diri sebagai salah satu kompetitor sukses di perselisihan dagang yang sebenarnya bisa meningkatkan PMA di bidang ekspor," kata Rodrigo A. Chaves, Kepala Perwakilan WB Indonesia, dalam konferensi pers seusai peluncuran laporan Indonesia Economic Quarterly (IEQ) di Jakarta hari Kamis (20/9/2018).
Selain itu, terdapat peningkatan permintaan barang-barang konsumen seperti sepatu dan mebel buatan Indonesia, seiring dengan pesatnya pertumbuhan kalangan menengah di negara-negara berkembang.
"Ada peluang besar meski [berada] di tengah ketidakpastian ini," kata Frederico Gil Sander, Kepala Ekonom WB Indonesia, di kesempatan yang sama.
Lebih lanjut Rodrigo menyampaikan Indonesia memiliki "semua elemen untuk menjadi salah satu negara paling makmur dan terkaya di dunia" dan bisa mengejar pertumbuhan ekonomi lewat produktivitas serta pemanfaatan faktor-faktor produksi.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah meningkatkan angka partisipasi perempuan di tempat kerja, serta mengisi celah defisit infrastruktur dan modal manusia untuk meningkatkan produktivitas.
(prm) Next Article Berat... Pemulihan Ekonomi RI Tak akan Merata di 2021
Pemerintah AS pada hari Senin mengumumkan akan mengenakan bea impor 10% terhadap produk China senilai US$200 miliar yang akan naik menjadi 25% di akhir tahun. China membalas langkah itu hari Selasa dengan mengenakan tarif impor terhadap 5.000 lebih barang AS senilai US$60 miliar.
Meski perang dagang memunculkan ketidakpastian dan mengancam pertumbuhan dunia, Bank Dunia (World Bank/WB) menilai Indonesia bisa memanfaatkan momentum ini untuk menggenjot ekspor barang konsumen.
Sebab, perang dagang yang tengah berkecamuk membuat bisnis-bisnis di China mulai mengincar lokasi baru untuk menanamkan modal, membuka pabrik ataupun mencari sumber pasokan barang. Keputusan untuk memanfaatkan peluang yang bisa menarik lebih banyak Penanaman Modal Asing (PMA) ini pun ada di tangan Indonesia.
"Banyak perusahaan di China yang mencari lokasi baru untuk berinvestasi, memindahkan kapasitas manufaktur, dan mereka juga mencari pasokan dari sumber-sumber lain. Keputusan ada di tangan Indonesia, apakah ingin memposisikan diri sebagai salah satu kompetitor sukses di perselisihan dagang yang sebenarnya bisa meningkatkan PMA di bidang ekspor," kata Rodrigo A. Chaves, Kepala Perwakilan WB Indonesia, dalam konferensi pers seusai peluncuran laporan Indonesia Economic Quarterly (IEQ) di Jakarta hari Kamis (20/9/2018).
![]() |
"Ada peluang besar meski [berada] di tengah ketidakpastian ini," kata Frederico Gil Sander, Kepala Ekonom WB Indonesia, di kesempatan yang sama.
Lebih lanjut Rodrigo menyampaikan Indonesia memiliki "semua elemen untuk menjadi salah satu negara paling makmur dan terkaya di dunia" dan bisa mengejar pertumbuhan ekonomi lewat produktivitas serta pemanfaatan faktor-faktor produksi.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah meningkatkan angka partisipasi perempuan di tempat kerja, serta mengisi celah defisit infrastruktur dan modal manusia untuk meningkatkan produktivitas.
(prm) Next Article Berat... Pemulihan Ekonomi RI Tak akan Merata di 2021
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular