
RI Mau Tekan CAD? Ini Saran dari Bank Dunia
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
20 September 2018 19:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang masih tinggi di Indonesia memang dimotori oleh impor barang modal. Hal itu cukup positif, karena impor tersebut diperlukan untuk meningkatkan produktivitas Indonesia sendiri dalam jangka panjang,
Bank Dunia (World Bank/WB) mengungkapkan melebarnya CAD di tahun 2018 jauh berbeda dengan tahun 2013. Bahkan di tahun 1997-1998. CAD yang melebar kali ini tidak disebabkan oleh ekonomi yang overheated ataupun konsumsi yang terlalu tinggi.
"Ini bukan CAD yang disebabkan oleh overheated atau konsumsi yang sangat tinggi, ini adalah CAD yang didorong oleh investasi dan infrastruktur yang sangat diperlukan Indonesia," kata Frederico Gil Sander, Ekonom Utama WB Indonesia, dalam presentasi peluncuran laporan Indonesia Economic Quarterly (IEQ) di Jakarta hari Kamis (20/9/2018).
"CAD, khususnya yang didorong oleh investasi, bukanlah hal yang buruk," tambahnya.
CAD melampaui batas atas posisi aman 3% pada bulan Juli 2018. Data Bank Indonesia (BI) memperlihatkan CAD mencapai 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau tertinggi sejak kuartal II-2014. Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan mencatat defisit yang cukup dalam yaitu 3,04% dari PDB. Neraca perdagangan Juli-Agustus yang defisit lumayan dalam memunculkan kemungkinan transaksi berjalan pada kuartal III-2018 akan bernasib serupa.
Pemerintah memproyeksikan CAD sepanjang 2018 akan mencapai 2,6% dari PDB, sementara WB memprediksi sepanjang tahun ini CAD akan melebar menjadi 2,4%.
Impor barang modal diprediksi akan tetap tinggi sepanjang tahun ini karena diperlukan untuk investasi. Misalnya, perusahaan tambang yang membeli truk baru untuk mengirim hasil tambangnya atau membeli peralatan pembangunan untuk proyek-proyeknya.
"Mereka memerlukan alat-alat mesin untuk memanfaatkan naiknya harga komoditas. Investasi impor barang modal meningkatkan kapasitas ekonomi untuk terus tumbuh," kata Rodrigo A. Chaves, Kepala WB Indonesia, dalam kesempatan yang sama.
WB memprediksi CAD akan stabil pada 2,3% di tahun 2019 karena arus keluar pendapatan utama yang lebih rendah, diimbangi oleh nilai tukar perdagangan (terms-of-trade/TOT) yang lebih lemah, permintaan investasi yang terus berlanjut untuk impor barang modal dan menurunnya pertumbuhan para mitra dagang utama.
Guna mengimbangi pelebaran CAD, WB menilai pemerintah perlu menarik lebih banyak investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) yang lebih baik dibanding arus portfolio.
"Perlu juga mendanai CAD lewat aliran dana jangka panjang, baik dalam pendanaan jangka panjang atau modal jangka panjang seperti FDI. Itu lebih stabil dibanding bergantung pada aliran portfolio untuk mendanai CAD," pungkas Frederico.
(dru) Next Article Bank Dunia: Ekonomi Global Diprediksi Tumbuh 2,5% 2020
Bank Dunia (World Bank/WB) mengungkapkan melebarnya CAD di tahun 2018 jauh berbeda dengan tahun 2013. Bahkan di tahun 1997-1998. CAD yang melebar kali ini tidak disebabkan oleh ekonomi yang overheated ataupun konsumsi yang terlalu tinggi.
"Ini bukan CAD yang disebabkan oleh overheated atau konsumsi yang sangat tinggi, ini adalah CAD yang didorong oleh investasi dan infrastruktur yang sangat diperlukan Indonesia," kata Frederico Gil Sander, Ekonom Utama WB Indonesia, dalam presentasi peluncuran laporan Indonesia Economic Quarterly (IEQ) di Jakarta hari Kamis (20/9/2018).
![]() |
"CAD, khususnya yang didorong oleh investasi, bukanlah hal yang buruk," tambahnya.
Pemerintah memproyeksikan CAD sepanjang 2018 akan mencapai 2,6% dari PDB, sementara WB memprediksi sepanjang tahun ini CAD akan melebar menjadi 2,4%.
Impor barang modal diprediksi akan tetap tinggi sepanjang tahun ini karena diperlukan untuk investasi. Misalnya, perusahaan tambang yang membeli truk baru untuk mengirim hasil tambangnya atau membeli peralatan pembangunan untuk proyek-proyeknya.
"Mereka memerlukan alat-alat mesin untuk memanfaatkan naiknya harga komoditas. Investasi impor barang modal meningkatkan kapasitas ekonomi untuk terus tumbuh," kata Rodrigo A. Chaves, Kepala WB Indonesia, dalam kesempatan yang sama.
![]() |
WB memprediksi CAD akan stabil pada 2,3% di tahun 2019 karena arus keluar pendapatan utama yang lebih rendah, diimbangi oleh nilai tukar perdagangan (terms-of-trade/TOT) yang lebih lemah, permintaan investasi yang terus berlanjut untuk impor barang modal dan menurunnya pertumbuhan para mitra dagang utama.
Guna mengimbangi pelebaran CAD, WB menilai pemerintah perlu menarik lebih banyak investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) yang lebih baik dibanding arus portfolio.
"Perlu juga mendanai CAD lewat aliran dana jangka panjang, baik dalam pendanaan jangka panjang atau modal jangka panjang seperti FDI. Itu lebih stabil dibanding bergantung pada aliran portfolio untuk mendanai CAD," pungkas Frederico.
(dru) Next Article Bank Dunia: Ekonomi Global Diprediksi Tumbuh 2,5% 2020
Most Popular