
Angin Panas Datang di Pertemuan PBB, Harga Minyak Setop Reli
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
26 September 2018 12:03

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman November 2018 terkoreksi tipis 0,05% ke level US$81,83/barel hingga pukul 11.19 WIB, pada perdagangan hari Rabu (26/9/2018). Di waktu yang sama, harga minyak jenis light sweet kontrak November 2018 juga turun 0,15% ke level US$72,17/barel.
Dengan pergerakan tersebut, harga minyak menjauh dari level tertingginya dalam 4 tahun. Pada penutupan perdagangan kemarin harga minyak brent yang menjadi acuan di Eropa menguat 0,82% ke US$81,87/barel, menyentuh rekor tertinggi sejak November 2014.
Faktor yang mendorong pelemahan harga minyak hari ini datang dari sikap Amerika Serikat (AS) yang siap menambal kekurangan pasokan dari Iran, serta Presiden AS Donald Trump yang kembali mengulangi kritik bagi Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC), pada pertemuan United Nations (UN).
Selain itu, meningkatnya cadangan minyak AS secara tidak terduga juga turut membebani harga minyak dunia pada hari ini.
Dua hari terakhir, harga minyak mendapatkan energi positif dari kekhawatiran investor terhadap sanksi AS kepada Iran. Sanksi ini akan menyasar sektor perminyakan pada awal November mendatang. JP Morgan mengekspektasikan sanksi bagi Teheran dapat mengakibatkan hilangnya pasokan minyak global sebesar 1,5 juta barel/hari.
BACA: Rusia-OPEC Tahan Kenaikan Produksi, Reli Harga Minyak Lanjut!
Di sisi lain, para anggota OPEC dan Rusia bertemu di Aljazair pada akhir pekan lalu. Dalam rapat tersebut, tidak ada kesepakatan formal untuk menambah suplai minyak.
Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih menyatakan bahwa negaranya masih punya kapasitas untuk menambah produksi, tetapi belum dibutuhkan saat ini bahkan sampai tahun depan. Pasalnya, kenaikan produksi di negara-negara non-OPEC dinilai sudah memadai untuk memasok kebutuhan dunia.
(RHG/gus) Next Article Tak Bisa Tahan, Harga Minyak Turun karena Perlambatan Global
Dengan pergerakan tersebut, harga minyak menjauh dari level tertingginya dalam 4 tahun. Pada penutupan perdagangan kemarin harga minyak brent yang menjadi acuan di Eropa menguat 0,82% ke US$81,87/barel, menyentuh rekor tertinggi sejak November 2014.
Faktor yang mendorong pelemahan harga minyak hari ini datang dari sikap Amerika Serikat (AS) yang siap menambal kekurangan pasokan dari Iran, serta Presiden AS Donald Trump yang kembali mengulangi kritik bagi Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC), pada pertemuan United Nations (UN).
Dua hari terakhir, harga minyak mendapatkan energi positif dari kekhawatiran investor terhadap sanksi AS kepada Iran. Sanksi ini akan menyasar sektor perminyakan pada awal November mendatang. JP Morgan mengekspektasikan sanksi bagi Teheran dapat mengakibatkan hilangnya pasokan minyak global sebesar 1,5 juta barel/hari.
BACA: Rusia-OPEC Tahan Kenaikan Produksi, Reli Harga Minyak Lanjut!
Di sisi lain, para anggota OPEC dan Rusia bertemu di Aljazair pada akhir pekan lalu. Dalam rapat tersebut, tidak ada kesepakatan formal untuk menambah suplai minyak.
Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih menyatakan bahwa negaranya masih punya kapasitas untuk menambah produksi, tetapi belum dibutuhkan saat ini bahkan sampai tahun depan. Pasalnya, kenaikan produksi di negara-negara non-OPEC dinilai sudah memadai untuk memasok kebutuhan dunia.
Hal senada juga diutarakan oleh Menteri Energi Rusia Alaxander Novak. Novak berpendapat bahwa kenaikan produksi secara tiba-tiba belum diperlukan, meskipun dia percaya bahwa perang dagang AS-China sekaligus sanksi AS pada Iran merupakan tantangan baru bagi pasar minyak global.
Merespon sikap OPEC-Rusia, pelaku pasar lantas membaca bahwa ada potensi kekurangan pasokan karena tidak ada kenaikan produksi. Berkurangnya pasokan tentu membuat harga minyak terkerek ke atas.
Meski demikian, hari ini reli harga minyak berakhir. Penyebabnya adalah kesiapan AS untuk menambal hilangnya pasokan dari Iran. Hal itu disampaikan oleh Brian Hook, utusan khusus pemerintah AS untuk Iran.
"Kami akan memastikan sebelum penetapan sanksi kami (terhadap Iran) bahwa kita akan mempunyai pasokan yang cukup di pasar minyak," ucap Hook pada konferensi pers di United Nations General Assembly, seperti dikutip dari CNBC International.
Kemudian, sentimen negatif lainnya datang dari pidato Trump sebelum pertemuan UN tersebut. Mantan taipan properti itu kembali mengulang kritik kerasnya pada OPEC, hanya selang sehari dari keputusan OPEC dan mitra non-OPEC untuk menahan kenaikan produksi. Trump bahkan kali ini menuduh OPEC merusak dunia, sembari mendorong kartel minyak tersebut untuk menghentikan kenaikan harga minyak.
"Negara OPEC dan (produsen minyak) non-OPEC seperti biasa merusak dunia, dan saya tidak suka itu. Tidak akan ada yang suka," tegas Trump. "Kita melindungi banyak negara (OPEC) tersebut hanya untuk kesia-siaan, dan mereka mengambil untung dari kita dengan memberikan harga minyak yang tinggi," tambahnya.
Sebagai tambahan, orang no.1 di AS itu juga menuduh Iran telah menuai keributan dan menjanjikan sanksi yang lebih jauh pada Teheran setelah pembatasan ekspor minyak berlaku pada November mendatang.
Terakhir, harga minyak juga terbebani oleh meningkatnya cadangan minyak mentah AS sebesar 2,9 juta ke 400 juta barel, dalam sepekan yang berakhir tanggal 21 September 2018, seperti dilaporkan oleh American Petroleum Institute (API). Jumlah itu jauh lebih besar dari ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan sebesar 1,3 juta barel.
Sebagai informasi, data cadangan minyak mentah resmi dari pemerintah AS (US Energy Information Administration/EIA) akan dirilis pada malam ini pukul 21.30 WIB.
Merespon sikap OPEC-Rusia, pelaku pasar lantas membaca bahwa ada potensi kekurangan pasokan karena tidak ada kenaikan produksi. Berkurangnya pasokan tentu membuat harga minyak terkerek ke atas.
Meski demikian, hari ini reli harga minyak berakhir. Penyebabnya adalah kesiapan AS untuk menambal hilangnya pasokan dari Iran. Hal itu disampaikan oleh Brian Hook, utusan khusus pemerintah AS untuk Iran.
"Kami akan memastikan sebelum penetapan sanksi kami (terhadap Iran) bahwa kita akan mempunyai pasokan yang cukup di pasar minyak," ucap Hook pada konferensi pers di United Nations General Assembly, seperti dikutip dari CNBC International.
Kemudian, sentimen negatif lainnya datang dari pidato Trump sebelum pertemuan UN tersebut. Mantan taipan properti itu kembali mengulang kritik kerasnya pada OPEC, hanya selang sehari dari keputusan OPEC dan mitra non-OPEC untuk menahan kenaikan produksi. Trump bahkan kali ini menuduh OPEC merusak dunia, sembari mendorong kartel minyak tersebut untuk menghentikan kenaikan harga minyak.
"Negara OPEC dan (produsen minyak) non-OPEC seperti biasa merusak dunia, dan saya tidak suka itu. Tidak akan ada yang suka," tegas Trump. "Kita melindungi banyak negara (OPEC) tersebut hanya untuk kesia-siaan, dan mereka mengambil untung dari kita dengan memberikan harga minyak yang tinggi," tambahnya.
Sebagai tambahan, orang no.1 di AS itu juga menuduh Iran telah menuai keributan dan menjanjikan sanksi yang lebih jauh pada Teheran setelah pembatasan ekspor minyak berlaku pada November mendatang.
Terakhir, harga minyak juga terbebani oleh meningkatnya cadangan minyak mentah AS sebesar 2,9 juta ke 400 juta barel, dalam sepekan yang berakhir tanggal 21 September 2018, seperti dilaporkan oleh American Petroleum Institute (API). Jumlah itu jauh lebih besar dari ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan sebesar 1,3 juta barel.
Sebagai informasi, data cadangan minyak mentah resmi dari pemerintah AS (US Energy Information Administration/EIA) akan dirilis pada malam ini pukul 21.30 WIB.
(RHG/gus) Next Article Tak Bisa Tahan, Harga Minyak Turun karena Perlambatan Global
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular