
ADB: Entah Sampai Kapan Rupiah Akan Melemah
Bernhart Farras & Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
26 September 2018 14:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) karena dipicu oleh kuatnya sinyal kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS). Meski Bank Indonesia (BI) sudah melakukan berbagai upaya untuk menahan pelemahan rupiah, nyatanya pelemahan ini terus berlangsung.
"[Sampai kapan pelemahan rupiah terjadi] adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab, dan kemungkinan [jadi] salah satu risiko terhadap proyeksi [pertumbuhan]," kata Emma Allen, Ekonom Asian Development Bank (ADB), seusai rilis laporan Asian Development Outlook (ADO) ADB di Jakarta hari Rabu (26/9/2018).
Lebih lanjut, Allen menyampaikan sulit untuk memprediksi pelemahan karena pemicunya berasal dari luar. Pun, Indonesia bukan satu-satunya negara di kawasan yang mengalami situasi ini. Solusi yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah memanfaatkan depresiasi nilai tukar guna mendorong ekspor, serta melanjutkan langkah proaktif yang sudah dilakukan untuk menopang rupiah.
"BI sudah sangat proaktif dalam mengelola nilai tukar, dan kami berharap mereka bisa terus membiarkan depresiasi nilai tukar sesuai pergerakan pasar namun juga menggunakan berbagai alat kebijakan yang tersedia untuk membantu menahan laju pelemahan," tutur Allen.
Pada pukul 13:00 hari Rabu, rupiah masih bertahan pada level 14.930 di pasar spot terhadap dolar AS, atau melemah 0,1% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Pelemahan rupiah sempat mencetak rekor terlemah sejak krisis moneter di tahun 1998, yaitu tembus ke level Rp 14.940 per dolar AS.
Untuk diketahui, nilai tukar rupiah mencapai level Rp 15.250 terhadap dolar AS di tahun 1998.
Sejak awal tahun, rupiah telah terdepresiasi hingga 10%. Memang, mata uang garuda tidak sendirian menghadapi situasi ini. Pasalnya, mayoritas mata uang di negara kawasan ASEAN juga mengalami nasib yang tidak jauh berbeda. Namun sialnya, pelemahan rupiah merupakan yang terdalam kedua setelah kyat Myanmar.
Rata-rata depresiasi mata uang negara ASEAN berada di level 1-3%. Depresiasi terendah dialami oleh riel Kamboja dengan nilai pelemahan sekitar 1,04%. Sementara, baht yang merupakan mata uang Thailand memiliki kinerja paling beda karena mampu menguat meski hanya 0,31%.
(prm) Next Article ADB Sebut 3 Hal yang Bisa Dorong Pertumbuhan RI Tembus 6%
"[Sampai kapan pelemahan rupiah terjadi] adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab, dan kemungkinan [jadi] salah satu risiko terhadap proyeksi [pertumbuhan]," kata Emma Allen, Ekonom Asian Development Bank (ADB), seusai rilis laporan Asian Development Outlook (ADO) ADB di Jakarta hari Rabu (26/9/2018).
![]() |
Pada pukul 13:00 hari Rabu, rupiah masih bertahan pada level 14.930 di pasar spot terhadap dolar AS, atau melemah 0,1% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Pelemahan rupiah sempat mencetak rekor terlemah sejak krisis moneter di tahun 1998, yaitu tembus ke level Rp 14.940 per dolar AS.
Untuk diketahui, nilai tukar rupiah mencapai level Rp 15.250 terhadap dolar AS di tahun 1998.
Sejak awal tahun, rupiah telah terdepresiasi hingga 10%. Memang, mata uang garuda tidak sendirian menghadapi situasi ini. Pasalnya, mayoritas mata uang di negara kawasan ASEAN juga mengalami nasib yang tidak jauh berbeda. Namun sialnya, pelemahan rupiah merupakan yang terdalam kedua setelah kyat Myanmar.
Rata-rata depresiasi mata uang negara ASEAN berada di level 1-3%. Depresiasi terendah dialami oleh riel Kamboja dengan nilai pelemahan sekitar 1,04%. Sementara, baht yang merupakan mata uang Thailand memiliki kinerja paling beda karena mampu menguat meski hanya 0,31%.
(prm) Next Article ADB Sebut 3 Hal yang Bisa Dorong Pertumbuhan RI Tembus 6%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular