
Internasional
Rusia: Sanksi AS ke Iran 'Tidak Produktif' dan 'Salah'
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
17 September 2018 17:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap industri perminyakan Iran tidaklah produktif dan akan ada konsekuensi atas tindakan semacam itu, kata Menteri Energi Rusia Alexander Novak kepada CNBC International.
"Posisi kami tetap [menyatakan] bahwa ini tidak produktif, ini salah," kata Novak ketika ditanya tentang kemungkinan dampak sanksi AS terhadap industri perminyakan Iran.
"Lebih baik meneruskan pekerjaan di pasar, Iran hanya menjadi satu eksportir yang menyediakan pasokan stabil ke pasar," kata Novak di sela-sela acara Eastern Economic Forum (EEF) pekan lalu di Vladivostok, Rusia.
"Ini adalah salah satu sumber kekayaan dan memiliki kedudukan kuat dalam hal kemampuan energinya, baik di OPEC dan pasar energi secara keseluruhan. Jadi, menurut saya akan ada konsekuensi, saya yakin, tetapi kita hanya bisa berkomentar ketika sudah terjadi," katanya.
Untuk diketahui, OPEC adalah singkatan untuk Organization of the Petroleum Exporting Countries atau Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak.
Menurut jadwal, sanksi akan kembali dikenakan ke industri perminyakan Iran pada tanggal 4 November. Tindakan itu dilakukan setelah Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menarik negaranya keluar dari kesepakatan nuklir internasional di bulan Mei.
AS sudah mengatakan semua negara atau perusahaan yang bertransaksi dengan Iran akan menghadapi sanksi kedua.
Tidak perlu diragukan lagi, langkah ini diprediksi akan memberi dampak sangat negatif terhadap industri dan ekspor minyak Iran. Produksi minyak diprediksi akan turun lebih dari 1 juta barel per hari, dan kemungkinan akan menekan harga minyak, kata para analis.
Novak mengatakan kepada CNBC International sulit berkomentar tentang konsekuensi sanksi Iran karena dia masih menunggu untuk "mempelajari hal-hal hukum yang khusus" dan dampak dari sanksi.
"Kami tidak tahu bagaimana perusahaan-perusahaan akan bereaksi, bagaimana negara yang berinteraksi dengan Iran akan bereaksi. Kami harus melihat sanksi atau dokumen sebenarnya yang diadopsi," katanya.
AS ingin negara-negara penghasil minyak seperti Arab Saudi dan Rusia meningkatkan produksi minyak mereka guna memastikan kekurangan akibat sanksi terhadap Iran tidak mengerek harga minyak global terlalu tinggi.
Menteri Energi AS Rick Perry bertemu Novak di Moskow pada hari Kamis (13/9/2018), tetapi tidak mengungkapkan apakah mereka mendiskusikan sanksi Iran dan cara pencegahan dampak negatif keputusan tersebut ke pasar.
Departemen Energi AS justru mengeluarkan sebuah pernyataan tentang rincian pertemuan itu minggu lalu. Dalam pernyataan itu disebut bahwa Menteri telah "mendiskusikan cara-cara di mana Amerika dan Rusia, dua penghasil gas dalam dan minyak papan atas di dunia bisa bekerjasama guna memastikan stabilitas, transparansi dan keberlanjutan pasar."
AS dan Rusia memasuki era persaingan untuk memasok energi ke Eropa. AS menentang proyek jalur pipa bernama Nord Stream 2 untuk memasok gas Rusia ke Jerman. Negara Paman Sam mengisyaratkan bahwa itu adalah sumber energi alternatif di kawasan.
"Menteri [Energi Rick] Perry menegaskan bahwa sementara Amerika Serikat menyambut kompetisi dengan Rusia di pasar energi di seluruh Eropa, Asia dan tempat lainnya, Moscow tidak bisa lagi menggunakan energi sebagai sebuah senjata ekonomi," tulis Departemen Energi AS dalam pernyataannya.
"Amerika Serikat sekarang ada di posisi untuk menawarkan pasokan sebuah sumber "energi" alternatif ke negara-negara ini."
(prm) Next Article Perang Dagang & Sanksi Iran Kerek Naik Harga Minyak
"Posisi kami tetap [menyatakan] bahwa ini tidak produktif, ini salah," kata Novak ketika ditanya tentang kemungkinan dampak sanksi AS terhadap industri perminyakan Iran.
"Lebih baik meneruskan pekerjaan di pasar, Iran hanya menjadi satu eksportir yang menyediakan pasokan stabil ke pasar," kata Novak di sela-sela acara Eastern Economic Forum (EEF) pekan lalu di Vladivostok, Rusia.
Untuk diketahui, OPEC adalah singkatan untuk Organization of the Petroleum Exporting Countries atau Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak.
Menurut jadwal, sanksi akan kembali dikenakan ke industri perminyakan Iran pada tanggal 4 November. Tindakan itu dilakukan setelah Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menarik negaranya keluar dari kesepakatan nuklir internasional di bulan Mei.
![]() Logo OPEC |
Tidak perlu diragukan lagi, langkah ini diprediksi akan memberi dampak sangat negatif terhadap industri dan ekspor minyak Iran. Produksi minyak diprediksi akan turun lebih dari 1 juta barel per hari, dan kemungkinan akan menekan harga minyak, kata para analis.
Novak mengatakan kepada CNBC International sulit berkomentar tentang konsekuensi sanksi Iran karena dia masih menunggu untuk "mempelajari hal-hal hukum yang khusus" dan dampak dari sanksi.
"Kami tidak tahu bagaimana perusahaan-perusahaan akan bereaksi, bagaimana negara yang berinteraksi dengan Iran akan bereaksi. Kami harus melihat sanksi atau dokumen sebenarnya yang diadopsi," katanya.
AS ingin negara-negara penghasil minyak seperti Arab Saudi dan Rusia meningkatkan produksi minyak mereka guna memastikan kekurangan akibat sanksi terhadap Iran tidak mengerek harga minyak global terlalu tinggi.
Menteri Energi AS Rick Perry bertemu Novak di Moskow pada hari Kamis (13/9/2018), tetapi tidak mengungkapkan apakah mereka mendiskusikan sanksi Iran dan cara pencegahan dampak negatif keputusan tersebut ke pasar.
Departemen Energi AS justru mengeluarkan sebuah pernyataan tentang rincian pertemuan itu minggu lalu. Dalam pernyataan itu disebut bahwa Menteri telah "mendiskusikan cara-cara di mana Amerika dan Rusia, dua penghasil gas dalam dan minyak papan atas di dunia bisa bekerjasama guna memastikan stabilitas, transparansi dan keberlanjutan pasar."
AS dan Rusia memasuki era persaingan untuk memasok energi ke Eropa. AS menentang proyek jalur pipa bernama Nord Stream 2 untuk memasok gas Rusia ke Jerman. Negara Paman Sam mengisyaratkan bahwa itu adalah sumber energi alternatif di kawasan.
"Menteri [Energi Rick] Perry menegaskan bahwa sementara Amerika Serikat menyambut kompetisi dengan Rusia di pasar energi di seluruh Eropa, Asia dan tempat lainnya, Moscow tidak bisa lagi menggunakan energi sebagai sebuah senjata ekonomi," tulis Departemen Energi AS dalam pernyataannya.
"Amerika Serikat sekarang ada di posisi untuk menawarkan pasokan sebuah sumber "energi" alternatif ke negara-negara ini."
(prm) Next Article Perang Dagang & Sanksi Iran Kerek Naik Harga Minyak
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular