
Internasional
Putin Kembali Serang Kebijakan Protektif, Sindir Trump?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
12 September 2018 17:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan pernyataan yang tampaknya menyindir kebijakan ekonomi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada hari Rabu (12/9/2018). Hal itu ia sampaikan sehari setelah Rusia dan China sepakat untuk bekerja sama memerangi proteksionisme.
"Dunia dan ekonomi global menentang segala bentuk-bentuk baru dari proteksionisme saat ini, dengan berbagai jenis hambatannnya yang meningkat," kata Putin pada sidang paripurna di Forum Ekonomi Timur (EEF) di Vladivostok, Rusia.
"Prinsip dasar perdagangan - persaingan dan keuntungan ekonomi bersama - dikesampingkan dan bahkan dirusak, mereka menjadi sandera situasi politik dan ideologis, di situ kita melihat tantangan serius bagi semua ekonomi global, terutama untuk pertumbuhan Asia-Pasifik yang dinamis dan kepemimpinannya," tambahnya.
Komentar Putin dibuat setelah pada hari Selasa (11/9/2018) para pemimpin China dan Rusia mengatakan bekerja sama dan berjanji untuk bersama-sama memerangi proteksionisme.
Pernyataan Putin dianggap sebagai sindiran bagi Trump yang telah menerapkan tarif tinggi pada impor China dan juga mengancam akan menerapkan sanksi tambahan pada Moskow.
Bersatunya China dan Rusia nampaknya karena kedua negara memiliki masalah yang sama, yaitu dijatuhi sanksi oleh AS. China telah ditekan dengan tarif impor, sementara Rusia dijatuhi sanksi pada tahun 2014 akibat aneksasi Krimea, dan bahkan sanksi itu ditingkatkan karena Rusia diduga ikut campur dalam pemilihan presiden AS 2016.
Putin pada hari Rabu mengatakan Rusia dan mitra ekonomi timurnya harus bekerja sama untuk menjaga perdagangan bebas dari berbagai hambatan.
"Kami yakin bahwa agar kawasan kami dapat terus mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi, dan untuk tetap menjadi peserta utama dalam ekonomi dan perdagangan global, maka harus mempertahankan semangat kebebasan ekonomi, menjadi ruang inisiatif bisnis tanpa sanksi, larangan, dan bias politik," kata Putin kepada para delegasi, seperti dilansir dari CNBC international.
Pada hari Selasa, Putin dan Presiden Cina Xi Jinping bertemu dalam forum diskusi yang fokus pada kerja sama antarnegara. Xi juga tampak tertarik untuk membina hubungan yang lebih dekat dengan Rusia, dengan mengatakan:
"Bersama dengan rekan-rekan Rusia kami, kami akan meningkatkan kerja sama yang bermanfaat dalam urusan internasional dan mengintensifkan koordinasi ... untuk menentang kebijakan tindakan sepihak dan proteksionisme perdagangan," kata Presiden Xi, seperti dilaporkan Reuters.
Putin mengatakan kedua negara itu ingin menggunakan mata uang nasional dalam transaksi mereka dan beralih dari dolar.
"Pihak Rusia dan China telah mengonfirmasi minatnya untuk lebih aktif menggunakan mata uang nasional dalam transaksi bilateral. Hal ini akan meningkatkan stabilitas layanan perbankan untuk ekspor-impor di tengah berlanjutnya risiko di pasar global," kata Putin setelah pembicaraan, kantor berita Rusia melaporkan.
(prm) Next Article Bertemu Putin, Trump Tak Kejar Rusia Soal Intervensi Pilpres
"Dunia dan ekonomi global menentang segala bentuk-bentuk baru dari proteksionisme saat ini, dengan berbagai jenis hambatannnya yang meningkat," kata Putin pada sidang paripurna di Forum Ekonomi Timur (EEF) di Vladivostok, Rusia.
"Prinsip dasar perdagangan - persaingan dan keuntungan ekonomi bersama - dikesampingkan dan bahkan dirusak, mereka menjadi sandera situasi politik dan ideologis, di situ kita melihat tantangan serius bagi semua ekonomi global, terutama untuk pertumbuhan Asia-Pasifik yang dinamis dan kepemimpinannya," tambahnya.
Pernyataan Putin dianggap sebagai sindiran bagi Trump yang telah menerapkan tarif tinggi pada impor China dan juga mengancam akan menerapkan sanksi tambahan pada Moskow.
Bersatunya China dan Rusia nampaknya karena kedua negara memiliki masalah yang sama, yaitu dijatuhi sanksi oleh AS. China telah ditekan dengan tarif impor, sementara Rusia dijatuhi sanksi pada tahun 2014 akibat aneksasi Krimea, dan bahkan sanksi itu ditingkatkan karena Rusia diduga ikut campur dalam pemilihan presiden AS 2016.
Putin pada hari Rabu mengatakan Rusia dan mitra ekonomi timurnya harus bekerja sama untuk menjaga perdagangan bebas dari berbagai hambatan.
![]() Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping |
Pada hari Selasa, Putin dan Presiden Cina Xi Jinping bertemu dalam forum diskusi yang fokus pada kerja sama antarnegara. Xi juga tampak tertarik untuk membina hubungan yang lebih dekat dengan Rusia, dengan mengatakan:
"Bersama dengan rekan-rekan Rusia kami, kami akan meningkatkan kerja sama yang bermanfaat dalam urusan internasional dan mengintensifkan koordinasi ... untuk menentang kebijakan tindakan sepihak dan proteksionisme perdagangan," kata Presiden Xi, seperti dilaporkan Reuters.
Putin mengatakan kedua negara itu ingin menggunakan mata uang nasional dalam transaksi mereka dan beralih dari dolar.
"Pihak Rusia dan China telah mengonfirmasi minatnya untuk lebih aktif menggunakan mata uang nasional dalam transaksi bilateral. Hal ini akan meningkatkan stabilitas layanan perbankan untuk ekspor-impor di tengah berlanjutnya risiko di pasar global," kata Putin setelah pembicaraan, kantor berita Rusia melaporkan.
(prm) Next Article Bertemu Putin, Trump Tak Kejar Rusia Soal Intervensi Pilpres
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular