
Trump Mau Hapus Seluruh Ekspor Iran, Harga Minyak Cetak Rekor
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
23 April 2019 06:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mempercepat upayanya menghapuskan seluruh ekspor minyak Iran dengan mengakhiri pengecualian yang sebelumnya diberikan kepada beberapa konsumen terbesar negara Islam itu.
Trump secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir yang dibuat di 2015 pada Mei tahun lalu yang berakibat pada berlakunya kembali beberapa sanksi ekonomi terhadap Iran di November.
Namun, Negeri Paman Sam masih memberi pengecualian selama enam bulan bagi delapan negara yang membuat mereka dapat terus membeli minyak dalam jumlah terbatas dari Iran.
Pasar berharap Washington akan memperpanjang pengecualian itu untuk lima negara. Namun, pemerintah AS justru mengatakan negara manapun yang masih mengimpor minyak dari Iran akan dikenakan sanksi mulai 2 Mei mendatang.
"Presiden Donald J Trump telah memutuskan untuk tidak mengeluarkan lagi Pengecualian Penurunan Signifikan (SREs) ketika pengecualian itu kadaluwarsa awal Mei," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, dilansir dari CNBC International.
"Keputusan ini dimaksudkan untuk membuat ekspor minyak Iran menjadi nol, dan menghindarkan rezim yang berkuasa dari sumber utama pendapatannya," tambah Gedung Putih.
AS tengah memaksa Iran berunding setelah tahun lalu menyebutkan 12 permintaan yang harus dipenuhi Teheran sebelum Washington bersedia mencabut sanksi-sanksinya. Daftar tersebut meminta Iran untuk menerima pembatasan program nuklir yang baru, mengakhiri uji coba rudal balistik, menghentikan dukungan terhadap kelompok teror yang menargetkan AS, serta membebaskan warga negara AS yang tengah ditahan.
Keputusan untuk tidak lagi memberikan pengecualian itu mengancam menghapuskan sekitar 1 juta barel suplai minyak per hari dari pasar global di saat para analis mengatakan pasokan minyak tengah seret.
Harga minyak Brent melonjak 2,9% menjadi US$74,04 per barel hari Senin dan mencatatkan level tertingginya sejak 31 Oktober 2018.
Sementara itu, harga minyak WTI juga melompat 2,7% ke posisi US$65,7 per barel dan mendekati level tertingginya dalam enam bulan terakhir.
Pemerintahan Trump mengatakan akan bekerja sama dengan rival Iran, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, untuk menutupi dampak hilangnya pasokan minyak dari Teheran, kata Gedung Putih.
Kedua negara itu saat ini tengah bekerja sama dengan para anggota OPEC dan Rusia untuk membatasi pasokan minyak ke pasar global. Aliansi yang dikenal dengan nama OPEC+ itu sepakat menahan suplai 1,2 juta barel sejak Januari setelah harga minyak anjlok di akhir 2018.
Pernyataan Gedung Putih mengindikasikan aliansi itu akan segera menggelontorkan pasokannya ke pasar.
Saksikan video mengenai kenaikan harga minyak berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
(prm) Next Article Harga Minyak Sukar Lepas Dari USD 50 - USD 60 per Barrel
Trump secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir yang dibuat di 2015 pada Mei tahun lalu yang berakibat pada berlakunya kembali beberapa sanksi ekonomi terhadap Iran di November.
Namun, Negeri Paman Sam masih memberi pengecualian selama enam bulan bagi delapan negara yang membuat mereka dapat terus membeli minyak dalam jumlah terbatas dari Iran.
"Presiden Donald J Trump telah memutuskan untuk tidak mengeluarkan lagi Pengecualian Penurunan Signifikan (SREs) ketika pengecualian itu kadaluwarsa awal Mei," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, dilansir dari CNBC International.
"Keputusan ini dimaksudkan untuk membuat ekspor minyak Iran menjadi nol, dan menghindarkan rezim yang berkuasa dari sumber utama pendapatannya," tambah Gedung Putih.
![]() |
AS tengah memaksa Iran berunding setelah tahun lalu menyebutkan 12 permintaan yang harus dipenuhi Teheran sebelum Washington bersedia mencabut sanksi-sanksinya. Daftar tersebut meminta Iran untuk menerima pembatasan program nuklir yang baru, mengakhiri uji coba rudal balistik, menghentikan dukungan terhadap kelompok teror yang menargetkan AS, serta membebaskan warga negara AS yang tengah ditahan.
Keputusan untuk tidak lagi memberikan pengecualian itu mengancam menghapuskan sekitar 1 juta barel suplai minyak per hari dari pasar global di saat para analis mengatakan pasokan minyak tengah seret.
Harga minyak Brent melonjak 2,9% menjadi US$74,04 per barel hari Senin dan mencatatkan level tertingginya sejak 31 Oktober 2018.
Sementara itu, harga minyak WTI juga melompat 2,7% ke posisi US$65,7 per barel dan mendekati level tertingginya dalam enam bulan terakhir.
Pemerintahan Trump mengatakan akan bekerja sama dengan rival Iran, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, untuk menutupi dampak hilangnya pasokan minyak dari Teheran, kata Gedung Putih.
Kedua negara itu saat ini tengah bekerja sama dengan para anggota OPEC dan Rusia untuk membatasi pasokan minyak ke pasar global. Aliansi yang dikenal dengan nama OPEC+ itu sepakat menahan suplai 1,2 juta barel sejak Januari setelah harga minyak anjlok di akhir 2018.
Pernyataan Gedung Putih mengindikasikan aliansi itu akan segera menggelontorkan pasokannya ke pasar.
Saksikan video mengenai kenaikan harga minyak berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
(prm) Next Article Harga Minyak Sukar Lepas Dari USD 50 - USD 60 per Barrel
Most Popular