Harga Minyak Hampir Tembus Titik Tertinggi Dalam 6 Bulan

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
22 April 2019 21:01
Sedikit lagi harga minyak mentah dunia menyentuh titik tertinggi dalam enam bulan terakhir.
Foto: File Photo: Saudi Aramco (REUTERS/Ahmed Jadallah/File Photo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sedikit lagi harga minyak mentah dunia menyentuh titik tertinggi dalam enam bulan terakhir. Pada perdagangan Senin (22/4/2019) malam, harga minyak masih terus menguat lebih dari 2%.

Hingga pukul 20:45 WIB, harga minyak Brent kontrak Juni terbang hingga 2,39% ke level US$ 73,69/barel. Sedangkan jenis light sweet (WTI) meroket hingga 2,22% ke posisi US$ 65,42/barel.



Ancaman terhadap pasokan minyak Iran kuat diduga menjadi sentimen utama yang menerbangkan harga minyak hari ini.

"Sanksi AS [atas Iran] merupakan satu dari penggerak utama, yang mempengaruhi harga," ujar Daryl Liew, mengutip CNBC International.

Sejak November 2018 AS telah melarang seluruh negara mitranya untuk membeli minyak asal Negeri Persia. Bila ada yang tetap mengimpor minyak dari Iran, AS mengancam akan memberikan sanksi kepada negara tersebut.

Namun belakangan Negeri Paman Sam memberi keringanan bagi delapan negara yaitu, China, India, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Turki, Italia, dan Yunani untuk dapat tetap mengimpor minyak Iran untuk waktu yang terbatas.

Pada hari Minggu, surat kabar The Washington post mengabarkan bahwa AS akan mengakhiri masa keringanan atas sanksi yang dijatuhkan kepada Iran.

"Mulai tanggal 2 Mei, Departemen Luar Negeri AS tidak akan lagi memberi keringanan sanksi kepada negara mana pun yang saat ini mengimpor minyak mentah atau kondensat asal Iran," tulis kolumnis Washington Post pada hari Minggu (21/4/2019), mengutip Reuters.

Berakhirnya masa keringanan sanksi berpotensi kuat membuat minyak Iran makin sulit untuk dilepas ke pasar. Apalagi sekarang ini hampir seluruh negara di dunia punya hubungan dengan AS.

Bila tak ada lagi yang bisa membeli minyak Iran, maka pasokan global akan berkurang sangat signifikan. Berdasarkan data Refinitiv, ekspor minyak Iran pada bulan Maret 2019 mencapai 1,68 juta barel. Jumlah sebesar itulah yang berpeluang hilang dari pasar. Lebih besar dari kebijakan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel/hari.

Akan tetapi pelaku pasar masih hati-hati. Sebab dengan begitu potensi OPEC dan Rusia untuk meningkatkan produksi mulai tengah tahun 2019 makin besar.

Menteri Energi Rusia, Alexander Novak mengatakan bahwa produksi minyak Negeri Beruang Merah akan ditingkatkan apabila tidak ada kesepakatan baru dengan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) hingga tanggal 1 Juli 2019, seperti yang dilansir dari Reuters.

"Tahun ini [2019] kami memperkirakan [produksi minyak] akan mirip dengan tahun lalu, mungkin sedikit lebih tinggi," ujar Novak, Jumat (5/4/2019).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(taa/miq) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular