Internasional

Selain Turki, Mata Uang 3 Negara Ini Anjlok Karena Trump

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
13 August 2018 21:18
Rusia sebut serangan AS sebagai "Perang Ekonomi"
Foto: REUTERS/Kevin Lamarque
Rusia menjadi salah satu negara yang mengalami perseteruan di bidang ekonomi dengan Amerika Serikat belakangan ini. Pekan lalu, AS mengumumkan sebuah rancangan undang-undang yang diajukan para senator Partai Demokrat dan Republik untuk membatasi kegiatan bisnis beberapa bank milik negara asal Rusia di AS. 

Mereka juga mengusulkan pelarangan penggunaan mata uang dolar AS oleh Rusia.

Sehari setelah wacana itu diumumkan, rubel yang merupakan mata uang Rusia terdepresiasi hingga 3%, penurunan terdalam sejak November 2016. Pada hari Kamis (9/8/2018) pagi waktu setempat, CNBC International melaporkan US$1 setara dengan 66,71 rubel (Rp 14.318).

Berdasarkan data Reuters, rubel telah mengalami pelemahan -17,84% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini. Di hari Senin, $1 setara dengan 67,94 rubel.
Rusia pun menganggap setiap langkah AS yang menghalangi kegiatan bisnis perbankan Rusia atau berbagai kesepakatan valuta asing mereka sebagai pernyataan perang ekonomi.

"Saya tidak ingin mengomentari pembicaraan mengenai sanksi-sanksi baru, tetapi saya dapat sampaikan satu hal: Jika beberapa larangan terhadap kegiatan bank atau penggunaan satu atau beberapa mata uang terjadi, ini akan dapat disebut sebagai pernyataan perang ekonomi," kata Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev pada hari Jumat.

Untuk diketahui, rencana sanksi tersebut dijatuhkan karena Rusia menggunakan racun syaraf untuk meracuni mantan mata-mata Sergei Skripal dan putrinya Yulia di Salisbury, Inggris, bulan Maret lalu. Rusia terus mengelak tuduhan ini. 

Jika sanksi benar-benar diterapkan, Rusia menyatakan akan mengambil langkah-langkah ekonomi, politik dan upaya lain untuk membalas AS.

Meskipun begitu, nasib rancangan undang-undang terkait sanksi ini masih belum jelas. Anggota Kongres AS belum akan kembali hingga September nanti dan bahkan pada saat itu pun para staf kongres berkata mereka tidak yakin aturan itu akan lolos sepenuhnya.

(roy)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular