Internasional

Selain Turki, Mata Uang 3 Negara Ini Anjlok Karena Trump

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
13 August 2018 21:18
Iran jadi negara terisolasi akibat Trump
Foto: REUTERS/Raheb Homavandi
Iran adalah negara lain yang berada di ambang krisis akibat sanksi dari orang nomor satu di AS. Rial, mata uang Iran, sudah mengalami pelemahan -14,14% dari awal tahun ini. Menurut data Reuters, $1 setara dengan 42.000 rial (Rp 14.584) di hari Senin. 

Penurunan nilai mata uang Iran terus-menerus terjadi sejak Revolusi Islam di tahun 1979, ketika 70 rial mampu ditukar dengan satu dolar AS. Namun, rial semakin terjerembab ketika Presiden Trump memutuskan untuk menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran dan kembali memberlakukan berbagai sanksi untuk memutuskan negara itu dari sistem keuangan global.

Untuk diketahui, perjanjian nuklir antara Iran dengan lima anggota tetap Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yaitu AS, China, Prancis, Rusia dan Inggris ditambah Jerman dilakukan untuk mencabut sanksi yang melumpuhkan ekonomi dan memangkas ekspor minyaknya menjadi setengah. 

Agar sanksi itu bisa dicabut, Iran harus menyanggupi ketentuan pembatasan program nuklir dan mengizinkan inspektur internasional masuk ke fasilitas nuklirnya. Hengkangnya AS dari kesepakatan itu tidak terlepas dari janji kampanye "America First" milik Trump, yang tetap dia pegang teguh meski ditentang oleh para sekutunya.

Melansir dari CNBC International, berikut adalah sektor-sektor ekonomi Iran yang kembali terkena sanksi AS terhitung tanggal 6 Agustus:

- Pembelian ataupun kepemilikan dolar AS.
- Perdagangan emas dan logam berharga lainnya.
- Penjualan, pasokan ataupun perdagangan logam seperti aluminium dan baja, serta grafit, batu bara dan sejumlah piranti lunak (software) untuk "memadukan proses industri".
- Penjualan ataupun pembelian rial yang "signifikan", atau pemeliharaan dana atau rekening yang signifikan di luar negeri menggunakan rial Iran.
- Penerbitan utang Iran.
- Otomotif Iran.

Negeri Paman Sam juga berencana memotong ekspor minyak Iran di awal bulan November, serta meminta para konsumen dan importir minyak Iran mengakhiri kontrak mereka. Seakan semua sanksi itu belum cukup, Presiden Trump kembali mengeluarkan ancaman sanksi baru ke Iran yang diumumkan lewat akun Twitternya.

"Siapapun yang berbisnis dengan Iran TIDAK akan berbisnis dengan Amerika Serikat. Saya hanya meminta PERDAMAIAN DUNIA!" cuitnya di awal bulan ini.

Sanksi AS menyebabkan uang hasil ekspor kesulitan masuk ke Iran karena bank-bank internasional masih menolak membuka bisnisnya di Iran supaya tidak terkena sanksi. Masyarakat juga kesulitan mengakses mata uang yang diperkirakan hanya mencapai 5% dari keseluruhan mata uang asing di Iran, dan sisanya tersedia dalam bentuk pinjaman untuk kegiatan usaha.

Depresiasi rial dan melonjaknya inflasi di negara itu telah menimbulkan demonstrasi yang memprotes korupsi dan meneriakkan slogan-slogan antipemerintah.  Secara global, sanksi AS terhadap Iran juga diperkirakan membuat harga minyak naik di atas US$90 per barel karena adanya kekurangan pasokan. Pasalnya, ketika Iran terakhir kali terkena sanksi, separuh ekspor minyak senilai 2,4 juta barel per hari hilang dari pasar.

Jika segala masalah tidak segera diselesaikan, krisis keuangan yang dikombinasikan dengan memburuknya hubungan diplomatik dengan AS dapat memperparah kestabilan republik Islam yang dipimpin oleh Presiden Hassan Rouhani itu. Selain itu, harga minyak dunia juga bisa semakin bergejolak.

(roy)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular