Perusahaan Eropa Keluar dari Iran Karena Sanksi Trump

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
07 August 2018 19:33
AS menjatuhkan sanksi ke Iran.
Foto: REUTERS/Leah Millis
Jakarta, CNBC Indonesia - Sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran diterapkan pada hari Selasa (7/8/2018). Presiden AS Donald Trump juga berjanji perusahaan-perusahaan yang berbisnis di Teheran akan dilarang berbisnis di Negeri Paman Sam.

Iran menolak tawaran terakhir dari pemerintah Trump untuk berdiskusi.

Pihak Teheran menegaskan tidak dapat bernegosiasi ketika Washington telah mengingkari kesepakatan yang dibuat pada 2015. Isi dari kesepakatan yang dimaksud adalah pencabutan sanksi guna membatasi program nuklir Iran.
Tahun ini, Trump memutuskan untuk menarik diri dari kesepakatan itu. Ia mengabaikan permohonan dari negara-negara berpengaruh di dunia lainnya yang turut mendukung kesepakatan itu, termasuk sekutu utama Washington dari Eropa yakni Inggris, Prancis dan Jerman, serta Rusia dan China.

Negara-negara Eropa sudah berjanji untuk mencoba meredakan dampak pembaruan sanksi AS guna meminta Teheran agar terus mematuhi ketentuan kesepakatan, dilansir dari Reuters.

Namun, upaya itu terbukti sulit dilakukan. Perusahaan-perusahaan Eropa sudah keluar dari Iran dengan alasan mereka tidak bisa mengambil risiko prospek kerusakaan bisnis-bisnis mereka di AS.

"Itu adalah sanksi menggigit yang pernah dikenakan, dan pada bulan November mereka sudah ditingkatkan ke level berikutnya. Siapapun yang berbisnis dengan Iran TIDAK akan berbisnis dengan Amerika Serikat. Saya meminta PERDAMAIAN DUNIA, tidak kurang dari itu!" tulis Trump dalam kicauannya hari Selasa.

Penasehat keamanan nasional Gedung Putih, John Bolton, pada hari Senin (6/8/2018) mengatakan satu-satunya kesempatan Iran untuk lolos dari sanksi adalah mengambil tawaran bernegosiasi dengan Trump untuk kesepakatan yang lebih berat.

"Mereka bisa mengambil tawaran presiden untuk bernegosiasi dengan mereka, untuk sepenuhnya dan benar-benar dapat diverifikasi menyerah dari program senjata misil balistik dan nuklir mereka," kata Bolton kepada Fox News yang dikutip Reuters.

"Jika Ayatollah ingin keluar dari tekanan, mereka harus datang dan duduk. Tekanan tidak akan melunak sembari negosiasi berlangsung," kata Bolton, salah satu pejabat pemerintah yang memiliki sikap tegas terhadap Iran.


Cabut tusukan

Washington menerima bahwa Iran telah memenuhi ketentuan kesepakatan tahun 2015 yang dilakukan di bawah kepemimpinan pendahulu Trump, yakni mantan presiden Barack Obama.

Namun, pemerintah Trump mengatakan kesepakatan itu cacat karena tidak cukup kuat. Iran berkata akan terus mematuhi kesepakatan untuk saat ini jika negara-negara lain bisa bantu melindunginya dari dampak ekonomi keputusan Washington.

Sanksi tersebut menargetkan pembelian Iran terhadap dolar AS, perdagangan logam, batu bara, piranti lunak (software) industri dan sektor otomotifnya.

Dalam pidato beberapa jam sebelum sanksi diberlakukan, Presiden Iran Hassan Rouhani menolak segala negosiasi selama Washington tidak lagi memenuhi kesepakatan yang dicapai tiga tahun lalu itu.

"Jika Anda menusuk seseorang dengan pisau kemudian berkata Anda ingin berbicara, maka hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mencabut pisau itu," kata Rouhani dalam sebuah pidato yang disiarkan langsung di stasiun televisi milik negara.

"Kami selalu mendukung diplomasi dan diskusi. [...] Namun diskusi membutuhkan kejujuran," kata Rouhani.

Dia menolak usulan berdiskusi sebagai aksi untuk menaburkan kekacauan di Iran dan membuat para pemilih Amerika bingung menjelang pemilu sela AS di bulan November. Dia mengatakan Washington sudah dikucilkan secara internasional dan akan menyesal menerapkan sanksi yang bertentangan dengan pandangan para sekutu dan negara-negara berpengaruh di dunia lainnya.

Kesepakatan nuklir di Iran sangat diasosiasikan dengan Rouhani, pemimpin yang relatif moderat yang memenangkan dua pemilu dengan berjanji akan membuka perekonomiannya ke dunia luar.

Negara-negara Eropa khawatir dengan meninggalkan kesepakatan, Washington berisiko melemahkan Rouhani dan memperkuat cengkeraman lawannya yang lebih bergaris keras.

Para penentang Rouhani sudah lama berpendapat bahwa Barat seharusnya tidak pernah membiarkan Iran makmur.

Dalam pernyataan bersama pada hari Senin dari Inggris, Prancis, Jerman dan Uni Eropa sebagai sebuah blok, mereka berkata, "Kami sangat menyesalkan pemberlakuan sanksi kembali oleh AS".

(ray) Next Article Krisis Ekonomi, Rakyat Desak Presiden Iran Mundur

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular