
Mengintip Kerasnya 'Perang' Grab & Gojek Kuasai Indonesia
Arif Budiansyah, CNBC Indonesia
26 December 2019 16:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Grab dan Gojek awalnya dikenal sebagai aplikasi yang menawarkan jasa transportasi. Gojek didirikan pada 2010 dan Grab berselang dua tahun kemudian.
Namun kini persaingan keduanya mengarah menjadi super app di kawasan Asia Tenggara dengan cara berekspansi ke lini bisnis yang baru, contohnya jasa pengiriman makanan (food delivery) dan pembayaran digital (payment).
Didukung oleh investor dengan nama besar, keduanya rajin membakar miliaran dolar selama beberapa tahun untuk menarik pelanggan. Gojek dengan Google, Temasek, Warburg Pincus dan Tencent, sementara Grab didanai oleh SoftBank, Microsoft dan Didi Chuxing. Ketika bisnisnya sudah cukup stabil, maka mereka akan fokus mengumpulkan uang.
Walau belum ada tanda-tanda melambat membakar 'uang', dalam hal ini terus mengadakan promo dan lain halnya, Grab dan Gojek mengatakan tahun ini mereka memiliki fokus pada pencapaian profitabilitas.
Ming Maa, Presiden Grab, berujar sangat sulit untuk menjadi 'menguntungkan' namun ia akan mengerahkan semua kemampuan agar perusahaan mencapai profit, salah satunya tidak memerlukan modal tambahan dari investor luar, seperti dikutip dari Financial Times, Kamis (26/12/2019)
Grab saat ini telah mengumpulkan pendanaan dari investor lebih banyak dari saingannya, mencapai US$8,7 miliar dengan valuasinya sudah menyentuh US$14 miliar.
Kemungkinan, Grab akan mengubah fokus dari pendekatan pertumbuhan dengan cara-cara untuk menjadi lebih strategis dengan seluruh dana tersebut, misalnya mengurangi promosi untuk akuisisi pengguna.
Sementara itu, Gojek juga telah mengembangkan bisnisnya di luar Indonesia, ia telah meluncurkan layanannya di Singapura pada awal 2019. Gojek menawarkan komisi yang lebih besar untuk masuk pasar Singapura.
Namun kini persaingan keduanya mengarah menjadi super app di kawasan Asia Tenggara dengan cara berekspansi ke lini bisnis yang baru, contohnya jasa pengiriman makanan (food delivery) dan pembayaran digital (payment).
Didukung oleh investor dengan nama besar, keduanya rajin membakar miliaran dolar selama beberapa tahun untuk menarik pelanggan. Gojek dengan Google, Temasek, Warburg Pincus dan Tencent, sementara Grab didanai oleh SoftBank, Microsoft dan Didi Chuxing. Ketika bisnisnya sudah cukup stabil, maka mereka akan fokus mengumpulkan uang.
Ming Maa, Presiden Grab, berujar sangat sulit untuk menjadi 'menguntungkan' namun ia akan mengerahkan semua kemampuan agar perusahaan mencapai profit, salah satunya tidak memerlukan modal tambahan dari investor luar, seperti dikutip dari Financial Times, Kamis (26/12/2019)
Grab saat ini telah mengumpulkan pendanaan dari investor lebih banyak dari saingannya, mencapai US$8,7 miliar dengan valuasinya sudah menyentuh US$14 miliar.
Kemungkinan, Grab akan mengubah fokus dari pendekatan pertumbuhan dengan cara-cara untuk menjadi lebih strategis dengan seluruh dana tersebut, misalnya mengurangi promosi untuk akuisisi pengguna.
Sementara itu, Gojek juga telah mengembangkan bisnisnya di luar Indonesia, ia telah meluncurkan layanannya di Singapura pada awal 2019. Gojek menawarkan komisi yang lebih besar untuk masuk pasar Singapura.
Next Page
Fokus ke Indonesia
Pages
Most Popular