Kecanduan Pinjam di Fintech Lending, Bikin Utang Menggunung

Roy Franedya, CNBC Indonesia
16 December 2019 14:40
Kecanduan Pinjam di Fintech Lending, Bikin Utang Menggunung
Foto: Infografis/10 daftar fintech baru yang terdatar di OJK/Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Kemudahan meminjam di peer-to-peer (P2P) lending bikin orang mudah terbuai. Bahkan bisa bikin kecanduan meminjam yang berujung pada utang yang menumpuk.

Hal ini menimpa Engineer Telekomunikasi Peng Jiezo. Ia merupakan pecinta smartphone baru dan sepatu kets mahal. Awalnya untuk membiayai hobinya ini ia mencoba meminjam melalui fintech lending. Pinjaman awalnya 300 yuan atau US$ 58 (Rp 812 ribu).


Namun kemudahan meminjam ini membuatnya kecanduan hingga pinjam ke 20 fintech lending dan utang naik menjadi 100.000 yuan (Rp 200,84 juta).

"Tidak peduli berapa banyak uang yang saya hasilkan, saya tidak memiliki apa pun yang tersisa untuk diri sendiri dan harus menggunakan hampir semua penghasilan melunasi utang," kata Peng Jiezo seperti dikutip dari The Strait Times, Senin (16/12/2019). Ia menyebut perangkap utang ini sebagai "jurang maut".

Tahun ini, masalah baru muncul. Pemerintah China menutup ribuan fintech lending, sebagian besar yang ditutup merupakannya tempat ia meminjam uang. Alhasil, ia harus meminta orang tuanya melunasi pinjaman lama.

Kisah lainnya diungkapkan seorang peminjam berusia 22 tahun dari provinsi Shangdong Timur. Ia mempertimbangkan bunuh diri setelah meminjam 200.000 yuan (Rp 400,66 juta). Rasa malu membuatnya enggan mempertahankan hidup.

Chen Baihua dari Zhejiang Timur China, berusia 25 tahun berutang 130.000 yuan (Rp 262 juta) dan melunasi utang dengan bantuan orang tuan. Pengalaman ini menyebabkan ia 'trauma' meminjam dan harus menelan pil pahit karena kredit ratingnya buruk, yang membuatnya kian sulit meminjam ke lembaga keuangan.

"Orang tua saya mengatakan mereka hanya akan membantu saya kali ini saja. Jika itu terjadi lagi, mereka takkan perduli lagi apakah saya hidup atau mati," katanya. "Uang mudah bisa dengan mudah membuatmu kesal."

[Gambas:Video CNBC]



Industri P2P lending China memang tumbuh dengan cepat karena memberikan pinjaman dengan persyaratan mudah. Pada 2017 pinjaman yang disalurkan fintech online mencapai US$150 miliar. Pengawasan yang lemah pada industri ini kemudian menimbulkan masalah tumpukan kredit macet dan penipuan.

Hal ini membuat pemerintah China bertindak. Pemerintah meluncurkan kampanye 2017 untuk membersihkan industri fintech lending yang menimbulkan ancaman shadow banking. 


China memangkas jumlahnya dari 5.000 menjadi 1.490 fintech lending. Menurut Moody's Investor Service, sekarang pinjaman disalurkan tinggal US$77 miliar.

Untuk bertahan hidup, kini sejumlah fintech lending memilih bermitra dengan lembaga keuangan besar atau mengalihkan produknya menjadi wealth management. Tetapi hanya 20% fintech lending yang akan bertahan. Sisanya ditutup.

"Fintech lending tidak akan mata. Mereka tetap bertahan dengan cara inovatif, hemat biaya dan memanfaatkan modal sebaik-baiknya. Tetapi mereka harus kembali ke tujuan semula untuk membiayai usaha kecil dan individu dengan data kredit yang dapat dilacak," terang Zhang Yi, Head Analis iiMedia Research.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular