Luhut Bilang Bakal Disuntik Softank, Bos Startup Aruna: Rumor

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
08 October 2019 19:19
Luhut Bilang Bakal Disuntik Softank, Bos Startup Aruna: Rumor
Foto: Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia - CEO Aruna.id, Farid Naufal Alam mengatakan pihaknya sampai saat ini belum mendapat kejelasan soal rencana suntikan dana yang rencananya bakal diberikan oleh Softbank.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan bahwa startup tanah air akan mendapatkan suntikan dana dari SoftBank akan bertambah, salah satunya adalah Aruna, start up kelautan dan perikanan.


Ditanyai soal itu, Farid mengaku hal itu masih sebatas rumor yang berkembang di khalayak publik.

"Soalnya masih rumor pasar. Kalau terkait Aruna [mendapatkan] investor dari SoftBank belum ada pengumuman resmi," kata Farid saat ditemui di Hotel Fairmont Jakarta Selatan, Selasa (8/10/2019).

Berdiri sejak 2016, stratup yang bermitra lebih dengan 3.300 nelayan di 17 Provinsi Indonesia, pendanaan Aruna saat ini masih berasal dari para investor dalam negeri.

Kendati demikian, Farid enggan membeberkan siapa saja investor yang sudah berinvestasi di Aruna. Yang jelas, kata dia, Aruna saat ini ingin menjangkau lebih banyak lagi nelayan untuk dijadikan mitranya.

Farid mengakui, meskipun aplikasi Aruna saat ini masih terbatas hanya beberapa mitranya, permintaan sumber daya kelautan, seperti ikan dan kepiting melimpah ruah. Namun sayang supply atau ketersediaan sumber daya kelautan yang dimiliki Indonesia terbatas.

"Jadi jumlah nelayan kita ada 3.300, tapi itu berbanding terbalik [dengan supply]. Jika dibuka aplikasi kita launching ke publik, demand-nya banyak, jauh lebih besar dibanding supply yang sekarang," tuturnya.


Berlanjut ke halaman 2 >>>


Aruna mengenalkan dirinya sebagai perusahaan teknologi yang berfokus terhadap sektor kelautan dan perikanan. Misinya adalah ingin membuat kelautan bermanfaat untuk masyarakat luas. 

Farid menjelaskan, aplikasi aruna diperuntukan oleh mereka para nelayan untuk menjualnya secara langsung kepada konsumennya di dalam negeri dan luar negeri. 


Saat ini aplikasi aruna masih diperuntukan oleh kalangan terbatas, dan belum terbuka secara publik. 

Farid mengklaim bahwa pangsa pasarnya saat ini sudah berasal dari luar negeri, terutama negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura. Juga China dan Amerika Serikat. Namun, lagi-lagi Farid enggan merinci berapa nilai investasi yang sudah dihasilkan dari penjualan hasil nelayan-nelayan Indonesia oleh Aruna. 

Farid hanya menyontohkan bahwa, dalam satu kelompok kecil nelayan di Kalimantan saja, komunitas nelayan itu berhasil menjual hasil tangkapannya mencapai Rp 600 juta per bulan. 

"Satu kelompok nelayan di daerah Kalimantan Timur. Record per bulan Rp 600 juta, hampi Rp 700 juta per bulan. Itu jumlah nelayannya belasan saja," tuturnya. 

Adapun 3.300 nelayan yang menjadi mitranya tersebar di 17 Provinsi di Indonesia, tidak termasuk Pulau Jawa. Karena memang fokus Aruna saat ini hanya terfokus untuk nelayan-nelayan di luar Pulau Jawa. 

"Karena di Pulau Jawa akses marketnya tidak sesulit di daerah. Jadi kebanyakan mereka sudah banyak pabrik juga. Banyak juga kota-kota besar di Pulau Jawa, jadi tidak terlalu sulit [untuk dipasarkan]," jelasnya 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular