Bye Tarif Ojol Murah & Curhat Pengguna yang Merasa Dirugikan

Roy Franedya, CNBC Indonesia
12 June 2019 06:15
Curhatan Pengguna
Foto: Penentuan tarif Ojek Online (CNBC Indonesia/Tias Budianto)
Rencana kemenhub melarang diskon tarif transportasi online mengundang reaksi para pengguna. Insan (31) yang biasanya bekerja memanfaatkan kereta dan ojek online merasakan dampak akibat penyesuaian tarif. Jika diskon ojek online pun dilarang, maka akan semakin memberatkannya. 

Bahkan dia memilih untuk membawa motor pribadi dari rumahnya di Tangerang Selatan (Tangsel) menuju kantornya di daerah Mampang, meski harus menerjang kemacetan.

Biasanya dari stasiun Palmerah menuju Mampang tarifnya Rp 10 ribu, setelah ada penyesuaian tarifnya Rp 16 ribu per sekali jalan, belum lagi ketika jam sibuk. Dengan diskon biasanya Insan merasakan sedikit penghematan sedikit. Jika diskon pun dihapuskan maka ongkosnya semakin mahal.

"Jakarta macet, menguras tenaga. Ojol tuh solusi banget karena cepat, relatif murah, enggak capek. Tapi kebijakan pemerintah yang ini malah menutup solusi itu," kata Insan kepada CNBC Indonesia.


Sementara Yoli (27) karyawan, yang harus bekerja dari Cileungsi ke Jakarta, membutuhkan ojol untuk kemudahan transportasi. Biasanya menuju halte bus dia menggunakan ojol dengan tarif Rp 15 ribu, setelah penyesuaian tarif menjadi di atas Rp 20 ribu.

Menurutnya terlalu mahal tarif di atas Rp 15 ribu untuk jarak dekat.

"Mungkin pilihannya ke Transjakarta, kalau naik ojol juga mahal dan enggak ada diskon lagi," katanya.

Sementara Annisa (26) yang juga bergantung pada ojol untuk mobilitas sehari-hari, juga merasakan beratnya penyesuaian tarif. Bahkan dia sampai mengirimkan motornya dari Solo, supaya tidak lagi bergantung pada Gojek ataupun Grab.

Dari Kemanggisan ke Kuningan dari yang semula Rp 20 ribu-an, menjadi Rp 31 ribu, padahal di luar jam sibuk. Untuk itu dia memilih untuk membawa motor pribadi ketimbang terdampak mahalnya ojek.


(roy/prm)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular