CNBC Indonesia Research

Jelang Window Dressing, Ini Saham yang Bisa Kasih Cuan

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
08 November 2022 07:45
Infografis/ Amazing! 70% Investor Angkatan Corona Adalah Milenial/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ Amazing! 70% Investor Angkatan Corona Adalah Milenial/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Langit cerah di penghujung tahun yang mendung bagi investor, namanya window dressing. Ini adalah musim di mana para pelaku pasar saham sumringah karena 'panen cuan'. Namun, saham apa yang bakal memberikan keuntungan maksimal?

Mengutip laman Investopedia.com, window dressing adalah strategi dari manajer investasi untuk meningkatkan performa portfolio sebelum disajikan kepada klien atau pemegang saham. Istilah ini melekat pada akhir tahun, tapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada akhir kuartal.

Tak hanya oleh manajer investasi, window dressing juga berlaku pada perusahaan atau emiten yang mengambil tindakan untuk meningkatkan laporan keuangan mereka. Contohnya saja penjualan dengan promo di akhir tahun agar mendapatkan pendapatan.

Window dressing diharapkan mampu meningkatkan performa investasi dalam jangka pendek. Oleh karena itu, sektor-sektor 'hot' atau yang memiliki volatilitas tinggi akan menjadi pilihan. Para investor pun tidak kalah meramaikan gelaran ini dengan berburu keuntungan dalam jangka pendek. Alhasil performa indeks saham pun terdongkrak di ujung tahun.

Jika melihat performa bursa acuan dunia, Wall Street, window dressing bisa tercermin dalam performa dua bulan terakhir di penghujung tahun. Rata-rata kinerja indeks utama Wall Street pada November dan Desember selama 15 tahun terakhir berada di zona hijau alias positif.

Bagaimana di Indonesia?

Musim window dressing pun terjadi di Indonesia, setidaknya dalam 15 tahun terakhir. Pada masa tersebut Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selalu berakhir di zona hijau. Bedanya, efek window dressing tampak hanya bulan Desember.

Rata-rata kinerja IHSG pada Desember dalam 15 tahun terakhir tercatat 3,61%. Kenaikan tertinggi terjadi pada Desember 2008 yakni 9,17%. Sementara raihan terkecil yakni 0,42% pada Desember 2013.

Seasonality IHSGFoto: Refinitiv
Seasonality IHSG

Satu sektor yang mendapatkan keuntungan dari adanya window dressing adalah perbankan, khususnya saham big four. Adapun empat saham tersebut adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Kemudian PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

Kinerja harga saham BBCA selama bulan Desember dalam 15 tahun terakhir adalah salah satu yang terbaik dibandingkan dengan bulan-bulan lain.

Saham BBCA selama 15 tahun terakhir memberikan keuntungan rata-rata sebesar 5%. Bank milik Grup Djarum tersebut hanya dua kali berada di zona negatif dan 13 kali kesempatan berada di posisi positif dalam kinerja bulanan selama 15 tahun.

Seasonality BBCAFoto: Refinitiv
Seasonality BBCA

Serupa dengan BBCA, saham BBRI memiliki kinerja gemilang pada Desember selama 15 tahun terakhir. Tercatat hanya tiga kali BBRI terparkir di zona merah, sisanya cuan.

Berdasarkan rata-rata kinerja bulanan selama 15 tahun terakhir, Desember menjadi salah satu bulan tercuan BBRI dengan rata-rata pengembalian 4,75%.

Seasonality BBRIFoto: Refinitiv
Seasonality BBRI

BMRI pun turut menjadi emiten bank dengan perolehan keuntungan pada Desember. Rata-rata keuntungan BMRI selama Desember dalam 15 tahun terakhir adalah 5,84%.

Probabilitas cuan pada Desember selama 15 tahun terakhir untuk saham BMRI adalah 73%, di mana terdapat 12 kali kinerjanya positif dan sisanya saham BMRI merah.

Seasonality BMRIFoto: Refinitiv
Seasonality BMRI

Terakhir BBNI yang memiliki kinerja saham moncer pada Desember dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Bank yang berdiri pada 1946 tersebut memberikan keuntungan rata-rata 4,6%. Selama periode tersebut BBNI berhasil menorehkan sepuluh kali keuntungan, tiga kali kerugian, dan dua kali tercatat netral.

Seasonality BBNIFoto: Refinitiv
Seasonality BBNI

Kinerja saham bank selaras dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga pada Desember nanti emiten tersebut berpotensi untuk kembali menguat. Berdasarkan konsesus yang dihimpun oleh Reuters, saham 4 emiten besar bank layak untuk dibeli saat ini karena masih berada di bawah targetnya.

BBCA misalnya, dari 21 analis yang mengikuti jajak pendapat, 11 diantaranya merekomendasikan beli. Sisanya tahan dan hanya 2 analis merekomendasikan jual. Target harga BBCA berada di 9.035, sementara hingga akhir pekan lalu, Jumat (4/11/2022) harga sahamnya tercatat 8.775 per saham.

Sementara itu dari 21 analis dalam jajak pendapat Reuters, sebanyak 19 analis merekomendasikan beli untuk saham BBRI. Target harga di 5.284 dan harga saham BBRI masih berada di 4.650 pada akhir pekan lalu.

Kemudian saham BMRI di mana dalam jajak pendapat Reuters pada November, 19 dari 19 analis merekomendasikan beli. Target harga berada di 11.113, sementara harga terakhir BMRi tercatat 10.150

Analis pun mayoritas merekomendasikan beli, hanya ada 1 dari 20 analis yang mengikuti jajak pendapat Reuters memberi rekomendasi tahan. Target harga saham BBNI adalah 10.575 dan saat ini harga sahamnya senilai 9.275.

Keempat saham tersebut masih memiliki ruang untuk harganya naik sehingga masih akan menarik bagi investor. Selain itu saat ini ekonomi Indonesia tumbuh di kala ekonomi global menghadapi ketidakpastian. Hal ini menjadi sentimen positif untuk harga saham bank menguat pada Desember.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2022 mencapai 5,72% secara tahunan (year on year/yoy)

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 secara q to q 1,81%. Bila dibandingkan secara year on year 5,72%," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (7/11/2022).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular