Saham Bank Ambrol, IHSG Terjun 2%. Begini Penjelasan Analis!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
06 February 2025 16:12
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun lebih dari 2% dan mencapai level terendah pada pertengahan tahun lalu.

Sampai penutupan perdagangan Kamis hari ini (6/2/2025), IHSG ditutup ke zona merah dengan anjlok 2,12% ke posisi 6.875,54

Penurunan harian IHSG pada Kamis ini merupakan yang terparah sejak awal tahun dan menandai posisi indeks di level terparah sejak 24 Juni 2024 lalu.

Barra Kukuh Mamia, Ekonom dari Bank Central Asia (BCA) melihat penyebab dari penurunan IHSG ini adalah efek dari rilis data terbaru pertumbuhan ekonomi RI dan aliran deras dana asing yang masih berlanjut.

"Setelah data GDP dan rilis data beberapa bank, sepertinya beberapa investor asing memilih untuk mengurangi porsinya ke Indonesia" ungkap Barra kepada CNBC Indonesia pada Kamis (6/2/2025).

Sementara itu dari global masih banyak ketidakpastian akibat perang dagang yang bermula dari kebijakan tarif Trump.

Kebijakan tarif itu digunakan sebagai tekanan kepada negara lain dengan maksud negara tersebut mau mengikuti keinginan Trump.

Hal itu kemudian mendorong tekanan aliran dana keluar makin deras. Data kemarin Rabu (5/2/2025) menunjukkan asing masih keluar di pasar saham sampai Rp490,48 miliar. Dari pasar reguler masih berkontribusi paling banyak dengan net foreign sell mencapai Rp511,82 miliar, sementara dari pasar nego dan tunai masih net buy sebanyak Rp21,34 miliar.

Jika diakumulasi dalam sepekan terakhir, dana asing sudah keluar lebih Rp 1 triliun dari pasar saham.

Rully Wisnubroto, Senior Ekonom dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia juga sependapat dengan aliran dana asing yang masih banyak keluar, terutama dari saham-saham perbankan besar.

"Terutama dari asing yang cukup agresif melakukan aksi jual, sepertinya masih banyak tekanan jual terhadap saham-saham perbankan dari kemarin" terangnya kepada CNBC Indonesia pada Kamis (6/2/2025).

Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang menyatakan pendapatnya terkait merosotnya saham-saham bank ini merupakan respon investor yang profit taking pasca rilis laporan keuangan.

"Ya.. sejauh ini profit taking pasca rilis laporan keuangan FY2024 untuk sebagian emiten, sehingga investor sudah dapat memperkirakan potensi dividen, maupun potensi capital gain, seiring perkiraan dari pergerakan nilai tukar Rupiah ke depan. Hal ini tentunya menjadi perhatian investor asing" terang Hosianna ke CNBC Indonesia pada Kamis (6/2/2025).

Ekonom dari Sucor Sekuritas, Ahmad Mikai juga mengatakan bahwa kinerja perbankan yang buruk membuat capital outflow terjadi di pasar saham.

Hal ini memang kemudian tercermin pada pergerakan saham perbankan besar yang mayoritas menjadi laggard terbesar terhadap gerak IHSG.

Jika melihat dari konstituen, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada hari ini menjadi penyeret turun indeks paling besar hingga 37,98 poin. Hal ini seiring dengan saham BMRI yang anjlok sampai 7,69% ke posisi Rp5.100 per lembar.

Berikutnya, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang ambles 4,11% kembali ke level Rp3.970 per lembar. Dengan begitu, saham BBRI menyeret indeks turun sampai 24,59 poin.

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga turun menjadi pemberat dengan menekan turun IHSG sampai 16,27 poin. Sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menyeret turun sampai 6,95 poin.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation