Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial Indonesia cerah pada sesi perdagangan kemarin, Senin (8/11/2022) seiring dengan ekonomi Indonesia yang bertumbuh positif.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat 0,81%ke posisi 7.102,4. IHSG akhirnya berhasil menembus level psikologis 7.100.
Pada perdagangan sesi I kemarin, IHSG dibuka stagnan di posisi 7.045,53. Namun, selang 5 menit saja indeks mendadak berbalik arah dengan koreksi 0,1% ke 7.038,16. Pukul 11.11 WIB IHSG terpantau menghijau dan melanjutkan penguatan hingga penutupan perdagangan sesi I.
Sedangkan di perdagangan sesi II, penguatan IHSG pun berlanjut. Bahkan sekitar pukul 14:30 WIB atau menjelang akhir perdagangan, IHSG langsung 'tancap gas' dan berhasil ditutup di level tertinggi hariannya sekaligus berhasil menyentuh level psikologis 7.100.
Nilai transaksi indeks pada kemarin capai sekitaran Rp 13 triliun dengan melibatkan 21 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 290 saham menguat, 233 saham melemah dan 177 saham stagnan.
Sementara itu, rupiah sukses menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya dalam 6 hari perdagangan. Meski demikian, penguatan tajam rupiah di awal perdagangan terpangkas, dan kembali ke atas Rp 15.700/US$.
Melansir data Refintiv, rupiah langsung menguat 0,54% ke Rp 15.650/US$ begitu perdagangan Senin (7/11/2022) dibuka. Penguatan sempat bertambah menjadi Rp 15.645/US$ sebelum perlahan terpangkas dan mengakhiri perdagangan di Rp 15.705/US$ menguat 0,19% di pasar spot.
Pasar keuangan cenderung menyambut baik dari rilis data pertumbuhan ekonomi Tanah Air pada kuartal III-2022. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia atau Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III-2022 adalah 5,72% (year-on-year/yoy).
"Tren pertumbuhan ekonomi tahunan persisten selama empat kuartal berturut sejak kuartal IV 2021. ini menandakan pemulihan ekonomi terus berlanjut dan semakin menguat," ungkap Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (7/11/2022).
Selain itu, faktor eksternal juga mempengaruhi gerak IHSG dan rupiah. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tingkat pengangguran bulan Oktober naik menjadi 3,7% dari bulan sebelumnya 3,5%.
Kenaikan tersebut menguatkan lagi harapan bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.
Ekspektasi tersebut sebelumnya muncul setelah beberapa pejabat The Fed mengungkapkan keinginan agar laju kenaikan suku bunga dikendurkan.
Tiga indeks utama bursa saham Amerika Serikat menguat pada perdagangan Senin (7/11/2022) terdorong agenda pemilihan kongres paruh waktu.
Dow Jones Industrial Average diperdagangkan lebih tinggi sebesar 423,78 poin, atau 1,31%, menjadi 32.827,00. S&P 500 naik 0,96% menjadi 3.806,80. Nasdaq Composite naik 0,85% menjadi 10.564,52.
Pemilihan paruh waktu Selasa akan menentukan partai mana yang akan mengendalikan Kongres, dan mempengaruhi arah pengeluaran di masa depan. Demokrat saat ini mengendalikan DPR, dan memiliki mayoritas di Senat.
"Pasar berharap bahwa semacam 'sapuan' Partai Republik di Kongres akan mengarah pada semacam kebuntuan di Washington, yang mereka anggap baik, atau setidaknya tidak ada pengeluaran baru, yang akan baik untuk suku bunga dan pasokan Treasury," kata Brad Conger, wakil CIO di Hirtle Callaghan & Co.
Di sisi lain, investor mengantisipasi bahwa laporan indeks harga konsumen hari Kamis akan memberikan sinyal lebih lanjut tentang seberapa jauh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve/The Fed, menjaga agresivitas menaikkan suku bunga untuk menurunkan inflasi.
Laporan inflasi yang semakin panas dapat memberi sinyal kepada investor bahwa poros dari periode suku bunga yang lebih tinggi yang berkepanjangan mungkin tidak akan segera terjadi.
″(Agar) pasar ekuitas dan obligasi menyamai kinerja inflasi pasca-puncak yang dicatat dalam tabel, inflasi perlu terus turun - dan pada kecepatan yang lebih cepat dari yang pernah kita lihat. Sampai Fed memberi sinyal 'poros' sudah dekat, hal-hal bisa tetap menantang," tulis Ross Mayfield dari Baird dalam catatan baru-baru ini.
IHSG saat ini berada di persimpangan jalan karena berada di area resiten terdekat yakni 7.100 - 7.128. Jika berhasil menguat, resisten berikutnya berada di 7.218 dengan support di 7.000.
Angin segar bagi IHSG hari ini adalah Wall Street yang menguat pada perdagangan Senin (7/11/2022) karena investor merespon pemilu paruh musim dan jelang rilis data inflasi Amerika Serikat.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan menjadi penopang IHSG pada hari ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2022 mencapai 5,72% secara tahunan (year on year/yoy)
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 secara q to q 1,81%. Bila dibandingkan secara year on year 5,72%," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (7/11/2022).
Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III-2022 atas dasar harga berlaku Rp 5.901,2 triliun Rp dan atas dasar harga konstan Rp 2.976,8 triliun.
Sebagai informasi, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional secara kuartal ke kuartal (quarter to quarter/qtq) mencapai 1,66%.
"Pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat di tengah pelonggaran mobilitas meningkatnya aktivitas bisnis yang tercermin dalam PMI Manufaktur, serta basis perhitungan yang rendah pada kuartal III-2022," tutur ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman, dalam MacroBrief.
Selain itu, IHSG masih akan ditopang oleh jadwal pembagian dividen beberapa emiten. Seperti SMSM yang akan membagikan dividen sebesar Rp25 per saham dengan cum date pada 9 November 2022. Seperti ITMG yang akan membagikan dividen jumbo yakni Rp4.128 per saham dengan cum date pada 10/11/2022.
Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:
- Neraca Dagang Perancis (02.45 WIB)
- Penjualan Ritel Italia (16.00 WIB)
- Penjualan Ritel Eropa (17.00 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (Q3-2022 YoY) | 5,72 % |
Inflasi (Oktober 2022, YoY) | 5,71% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Oktober 2022) | 4,75% |
Surplus/Defisit Anggaran Sementara (APBN 2022) | -3,92% PDB |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q2-2022) | 1,1% PDB |
Cadangan Devisa (September 2022) | US$ 130,8 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA