Newsletter

Waspada 'Banjir Kiriman' dari Amerika

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 June 2022 06:04
Ilustrasi Uang Dolar/CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Foto: Ilustrasi Uang Dolar/CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia berhasil menguat pada perdagangan pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah mengalami apresiasi, bahkan lumayan tajam.

Minggu lalu, IHSG naik 2,23% secara point-to-point. Ini membuat IHSG menguat selama tiga pekan beruntun. Pada perdagangan akhir pekan, IHSG finis di 7.182,96, tertinggi sejak 28 April.

Pekan lalu, perdagangan berlangsung lebih semarak ketimbang pekan sebelumnya. Volume perdagangan saham melibatkan 110,85 miliar unit, berbanding 80,15 miliar unit.

Sementara frekuensi perdagangan saham tercatat 6,19 juta kali, berbanding 5,61 juta kali. Nilai perdagangan adalah Rp 89,58 triliun, berbanding 61,55 triliun.

Sepanjang minggu lalu, investor asing membukukan beli bersih (net buy) senilai Rp 4,75 triliun. Jauh lebih baik ketimbang pekan sebelumnya yaitu net buy Rp 1,61 triliun.

Di pasar obligasi pemerintah, Bank Indonesia (BI) melaporkan terjadi net buy oleh investor asing sebesar Rp 5,94 triliun. Dengan demikian, investor asing memborong aset-aset di pasar keuangan Tanah Air lebih dari Rp 10 triliun sepanjang pekan lalu.

Derasnya arus modal asing tersebut menjadi 'obat kuat' bagi rupiah. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), mata uang Nusantara menguat 0,96% secara point-to-point di perdagangan pasar spot.

Rupiah kini mampu menguat dua pekan beruntun melawan greenback. Pekan sebelumnya, rupiah menguat 0,51%.

Halaman Selanjutnya --> Wall Street Terjungkal

Beralih ke bursa saham AS, tiga indeks utama melemah pada perdagangan pekan lalu. Secara mingguan, Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,94, S&P 500 terkoreksi 1,2%, dan Nasdaq Composite minus 0,98%.

Pada perdagangan akhir pekan, ketiganya melemah signifikan. DJIA, S&P 500, dan Nasdaq ambles masing-masing 1,05%, 1,63%, dan 2,47%.

Koreksi di Wall Street terjadi setelah rilis data ketenagakerjaan terbaru. Departemen Ketenagakerjaan AS mengumumkan perekonomian Negeri Paman Sam menciptakan 390.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) pada Mei 2022. Ini adalah pencapaian terendah sejak April 2021.

Meski demikian, realisasi tersebut jauh di atas ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan non-farm payroll berada di 325.000.

Jadi meski angka perciptaan lapangan kerja relatif rendah, tetapi tetap jauh di atas perkiraan. Artinya, pemulihan ekonomi di Negeri Adidaya masih berada di jalur yang tepat.

Oleh karena itu, pasar menilai bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) tetap akan sangat agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Pada akhir 2022, berdasarkan CME FedWatch, pelaku pasar memperkirakan The Fed akan mengerek Federal Funds Rate ke 2,75-3% dengan probabilitas 54,6%. Saat ini suku bunga acuan masih di 0,75-1%.

fedSumber: CME FedWatch

"Ekonomi memang masih cukup kuat, itu adalah berita baik. Namun ketika melihat konteks yang berbeda, kabar ini akan membuat The Fed makin yakin dalam meneruskan pengetatan kebijakan moneter," kata Shawn Snyder, Head of Investment Strategy di Citi Personal Wealth Management, seperti dikutip dari Reuters.

Suku bunga tinggi adalah 'musuh' buat pasar saham. Sebab, suku bunga tinggi akan membuat biaya ekspansi dan pembayaran bunga utang emiten ikut terkerek. Laba bakal tergerus, investor pun bakal sulit berharap cuan dan dividen tinggi.

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama adalah rilis data non-farm payroll, yang membuat Wall Street terjungkal akhir pekan lalu. Hari ini, bukan tidak mungkin sentimen tersebut menjadi pengganjal di Asia, termasuk Indonesia.

Selain di bursa saham, pasar valas juga bisa merasakan dampak rilis data tersebut. Rilis data ketenagakerjaan yang solid dan kemungkinan The Fed bakal agresif mendongrak suku bunga acuan akan menguntungkan dolar AS.

Pada perdagangan akhir pekan lalu, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) ditutup menguat 0,31%. Sepanjang pekan lalu, indeks ini menguat 0,49%.

"Angka non-farm payroll cukup solid. Data ini menjadi penyokong untuk kenaikan suku bunga pada paruh kedua 2022," ujar Minh Trang, Senior Currency Trader di Silicon Valley Bank yang berbasis di California (AS), seperti diberitakan Reuters.

Saat suku bunga acuan naik, maka niscaya imbal hasil (yield) obligasi akan ikut terungkit. Pada perdagangan akhir pekan, yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun ditutup di 2,9405%, tertinggi sejak 17 Mei.

Iming-iming yield yang tinggi akan membuat permintaan terhadap surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden meningkat. Otomatis permintaan dolar AS akan naik sehingga berisiko menekan mata uang lain, termasuk rupiah.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)

Sentimen kedua, kali ini dari dalam negeri, adalah perkembangan seputar pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Betul bahwa pandemi sudah semakin reda, tetapi bukan berarti tidak harus waspada.

Pasalnya, ada tanda-tanda kasus positif harian mulai bergerak naik. Sepanjang pekan lalu, total ada penambahan 2.385 kasus positif. Jauh meningkat ketimbang penambahan pekan sebelumnya yakni 1.825 kasus.

Angka kasus aktif pun cenderung naik. Kasus aktif adalah pasien yang masih dalam perawatan, baik secara mandiri maupun di fasilitas kesehatan. Jadi kasus aktif menggambarkan kondisi pandemi yang sesungguhnya di lapangan.

Pada 5 Juni, kasus aktif bertambah 179 orang sehingga total menjadi 3.433 orang. Ini adalah yang tertinggi sejak 21 Mei.

coronaSumber: Kemenkes, Worldometer

Jangan sampai virus corona kembali merusak kehidupan sosial dan ekonomi rakyat Indonesia. Walau kasus positif harian maupun kasus aktif masih terlihat landai, tetapi tren kenaikkannya tidak bisa dianggap sepele.

Jangan sampai kecolongan, jangan sampai kebobolan. Meski sekarang kehidupan keseharian sudah kembali normal, jangan lupakan protokol kesehatan. Tetap mawas diri, jangan beri ruang bagi virus corona untuk 'menggila' lagi.

Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Pembagian dividen PT Timah (Persero) Tbk.
  • Pembagian dividen PT Aneka Tambang (Persero) Tbk.
  • Pembagian dividen PT Surya Toto Indonesia Tbk.
  • Pembagian dividen PT Bukit Asam (Persero) Tbk.
  • Pembagian dividen PT Golden Energy Mines Tbk.
  • Pembagian dividen PT Bank Mestika Dharma Tbk.
  • Pembagian dividen PT Mega Perintis Tbk.
  • Pembagian dividen PT Triputra Agro Persada Tbk.
  • Rilis data Purchasing Managers' Index sektor jasa China periode Mei 2022 (08:45 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Link Net Tbk (09:30 WIB).
  • Rapat Kerja Badan Anggaran DPR dengan empat menteri koordinator (10:00 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Simar Mas Agro Resources Tbk (10:00 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Matahari Department Store Tbk (10:00 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Harum Energy Tbk (10:00 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Suparma Tbk (11:30 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Lippo Karawaci Tbk (14:00 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (14:00 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (14:00 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Puradelta Lestari Tbk (14:00 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular