Top Dah! Rupiah Melesat Nyaris 1% Pekan Ini

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
04 June 2022 15:00
Dolar-Rupiah
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah sepanjang pekan ini berhasil menorehkan kinerja yang cukup baik, karena ditopang oleh melandainya inflasi inti di Indonesia pada bulan Mei lalu.

Melansir dari Refinitiv pada pekan ini, rupiah melesat 0,96% secara point-to-point dihadapan dolar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan Jumat (4/6/2022) kemarin, rupiah ditutup menguat 0,31% di level Rp 14.435/US$.

Inflasi di Indonesia yang melandai memberikan sentimen positif ke rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis lalu melaporkan inflasi inti bulan Mei melambat menjadi 2,58% (year-on-year/yoy), dari bulan sebelumnya 2,6% (yoy).

Inflasi inti merupakan acuan Bank Indonesia (BI) dalam menetapkan kebijakan moneter, dengan mulai melandai maka tekanan untuk menaikkan suku bunga juga tidak besar. Dengan suku bunga acuan di tahan di rekor terendah 3,5%, tentunya akan membantu pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, indeks dolar AS pada pekan ini sejatinya menguat 0,46% secara point-to-point. Tetapi dalam periode harian, pergerakan indeks dolar AS sepanjang pekan ini cenderung bergelombang.

Naik turunnya indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini terjadi di tengah spekulasi seberapa agresif bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga di tahun ini.

Sebelumnya, pasar melihat The Fed akan terus menaikkan suku bunga hingga mencapai 2,75% - 3% di akhir tahun nanti. Tetapi, pasca rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed, pasar melihat adanya kemungkinan The Fed tidak akan seagresif itu.

Dalam notula tersebut terungkap terungkap para pejabat The Fed sepakat untuk menaikkan suku bunga 50 basis poin (bp) di bulan Juli dan Juli. Mereka melihat jika suku bunga segera dinaikkan, maka di sisa tahun ini The Fed akan berada di posisi yang bagus untuk menilai efek dari kenaikan suku bunga tersebut.

Artinya, ada peluang The Fed akan menunda kenaikan suku bunga untuk sementara setelah menaikkan setengah poin persentase di bulan Juni dan Juli.

"Pasar mulai sedikit optimistis The Fed tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga, dan beberapa aksi jual yang melanda aset berisiko, khususnya saham, mungkin telah berakhir. Hal itu memicu sedikit reli aset berisiko yang berdampak buruk bagi dolar AS," kata Ed Moya, analis senior di Oanda, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (26/5/2022).

Presiden The Fed wilayah Antlanta, Raphael Bostic sebelumnya juga menyiratkan The Fed bisa menghentikan sementara kenaikan suku bunganya di bulan September.

Namun Wakil Ketua The Fed, Lael Brainard menyatakan apa yang diungkapkan Bostic bukan pandangan utama The Fed.

Brainard sendiri melihat The Fed akan terus menaikkan suku bunga sampai ada inflasi melandai. Bahkan ia menyatakan The Fed bisa terus menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin setelah bulan Juli nanti

Seperti diketahui, bulan lalu The Fed menaikkan suku bunga 50 basis poin menjadi 0,75% - 1%, dan akan menaikkan dengan besar yang sama pada bulan ini dan Juli nanti.

"Jika kita tidak melihat penurunan inflasi bulanan, jika kita tidak melihat demand yang sangat tinggi mulai menurun, maka akan tepat jika kembali menaikkan suku bunga dengan besar yang sama di pertemuan-pertemuan selanjutnya," kata Brainard sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (2/6/2022).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Anjlok buat Money Changer Antre, Segini Harga Jualnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular