
Maaf, The Fed Kali Ini Gagal Pudarkan Kilau Emas

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia di pasar spot mengalami pelemahan tipis 0,11% sepekan terakhir dan ditutup di US$ 1.850,77. Pelemahan harga emas terjadi ketika indeks dolar AS yang melacak kekuatan greenback terhadap mata uang lain menguat 0,46%.
Dolar AS memang rival terkuat dari emas. Harga kedua aset tersebut cenderung bergerak dengan arah berlawanan. Hal ini disebabkan karena emas pernah menjadi salah satu alat tukar dan digunakan sebagai acuan sistem moneter.
Kenaikan dolar AS disebabkan karena kebijakan bank sentral AS yang agresif dalam mengetatkan kebijakan moneternya. Namun kondisi sekarang berbeda dengan satu dekade yang lalu. Meskipun the Fed jauh lebih agresif dalam menaikkan suku bunga acuan dan menarik likuiditas dari sistem keuangan, harga emas sejatinya belum masuk fase bearish.
Padahal di tahun 2013, gaung normalisasi kebijakan moneter AS sangat santer terdengar harga emas tertekan hebat. Bahkan harga emas anjlok 50% lebih dalam kurun waktu 3 tahun. Hal tersebut disebabkan karena kondisi makroekonomi yang berbeda antara dulu dan sekarang terutama dari sisi risiko.
Saat ini inflasi di negara-negara maju terutama AS masih membandel. Harga berbagai kebutuhan pokok terutama pangan dan energi masih tinggi dan inflasi berada di kisaran tertingginya dalam 4 dekade. Pengetatan moneter yang agresif juga dikhawatirkan bakal menimbulkan resesi yang berarti output perekonomian akan terkontraksi.
Artinya di tengah risiko yang masih membayangi, emas tetap menjadi salah satu alternatif aset untuk lindung nilai (hedging), sehingga harga belum turun terlalu banyak.
Sebagai catatan, indeks dolar AS telah menguat 6,43% sepanjang tahun berjalan dan harga emas terpantau naik 1,22% di saat yang sama.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Geger! RI Temukan "Harta Karun" 2 Miliar Ton Emas