Kemarin, IHSG ditutup di 6.088,16. Melemah 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Perdagangan melibatkan 17,27 miliar unit saham yang ditransaksikan sebanyak 1,22 juta kali. Nilai perdagangan tercatat Rp 9,12 triliun.
Meski IHSG merah, tetapi investor asing tetap melakukan akumulasi beli meski terbatas. Investor asing membukukan beli bersih Rp 43,7 miliar di seluruh pasar. Sepanjang tahun ini, akumulasi beli bersih investor asing adalah Rp 23,48 triliun.
Dari pasar obligasi pemerintah, hampir seluruh tenor mengalami kenaikan imbal hasil (yield). Untuk surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun, yield naik delapan basis poin (bps) menjadi 6,162%.
Koreksi IHSG dan harga Surat Berharga Negara (SBN) ini membuat nilai tukar rupiah melemah. Di pasar spot, mata uang Ibu Pertiwi terdepresiasi 0,35% terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Beralih ke bursa saham AS di Wall Street (New York), tiga indeks utama ditutup variatif. Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,76%%, S&P 500 naik 0,23%, tetapi Nasdaq Composite melemah tipis 0,07%. DJIA, S&P 500, dan Nasdaq ditutup masing-masing 34.869,63, 4.468,73, dan 15,105.58.
Akan tetapi, sejatinya investor di Wall Street belum berani terlalu agresif. Pasalnya, pelaku pasar menunggu rilis data inflasi AS yang diumumkan malam ini waktu Indonesia.
Sebagai pemanasan, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang New York merilis data ekspektasi inflasi periode Agustus 2021 untuk setahun ke depan yang sebesar 5,2%. Ini adalah yang tertinggi sepanjang sejarah modern AS. Sementara ekspektasi inflasi untuk jangka tiga tahun ke depan naik 0,3 poin persentase dari bulan sebelumnya menjadi 4%, juga merupaka rekor tertinggi.
Tekanan inflasi yang semakin nyata membuat investor makin yakin bahwa The Fed akan segera memulai proses pengetatan kebijakan moneter alias tapering off. Ini akan dilakukan dengan mengurangi pembelian surat berharga (quantitative easing) yang sekarang bernilai US$ 120 miliar per bulan. Pada saatnya nanti, suku bunga acuan akan dinaikkan dari posisi saat ini yang dekat dengan 0%.
Perkembangan ini membuat dolar AS menjadi pilihan utama pelaku pasar. Pada pukul 02:30 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,09%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini naik 0,68% secara point-to-point.
"Investor mulai berpikir mengenai masa depan ekonomi usai pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Ini membuat pelaku pasar mengalihkan portofolio dari aset berisiko seperti saham dan mengalihkannya ke aset aman seperti obligasi," kata Vivek Paul, Senior Portfolio Strategist di BlackRock Investment Institute, seperti dikutip dari Reuters.
Pada pukul 02:33 WIB, yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun berada di 1,3241%, turun 18,6 bps. Ingat, penurunan yield berarti harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu adalah perkembangan di Wall Street yang cukup melegakan. Wall Street yang cenderung hijau bisa menciptakan sentimen positif di pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.
Sentimen kedua adalah para pimpinan perwakilan Partai Demokrat di AS mencoba untuk menggulirkan kembali rencana kenaikan tarif pajak. Terutama bagi orang pribadi yang mampu dan badan usaha.
Komite Ways dan Means di US House of Representatives akan memulai proses pembahasan proposal kenaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh) untuk membiayai belanja yang membengkak akibat penanganan pandemi virus corona. Target yang ingin dicapai adaah menambah penerimaan negara sebanyak US$ 2,9 triliun dalam tempo 10 tahun.
Richard Neal, Pimpinan Komite Ways and Means, mengungkapkan rencana menaikkan PPH badan yang sekarang tarifnya 21%. Sementara tarif PPh orang pribadi berpenghasilan di atas US$ 400.000 per tahun atau pasangan dengan gabungan penghasilan di atas US$ 450.000 per tahun akan dinaikkan dari 37% menjadi 39,6%.
Sebelumnya, pemerintah Inggris juga sudah ancang-ancang menaikkan tarif pajak. Boris Johnson, Perdana Menteri Inggris, menegaskan kenaikan tarif pajak tidak terhindarkan untuk mengurangi pembengkakan utang negara.
"Adalah salah jika saya mengatakan bahwa kami bisa membiayai upaya pemulihan ini tanpa bertanggung jawab mengenai bagaimana cara membiayainya. Menjadi tidak bertanggung jawab kalau kami harus memenuhinya dengan terus menambah utang," ucap Johnson di hadapa parlemen baru-baru ini, seperti dikutip dari Reuters.
Jadi, sepertinya bukan hanya kebijakan moneter yang akan ketat. Kebijakan fiskal pun akan segera menjalani proses konsolidasi setelah ekspansi yang luar biasa sejak tahun lalu demi penanganan pandemi.
Kebijakan moneter dan fiskal yang lebih ketat sepertinya akan menjadi norma baru pada tahun depan. Pelaku pasar dan masyarakat awam harus mulai menyiapkan diri karena akan berdampak besar bagi perekonomian dan kehidupan sehari-hari.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Sentimen ketiga, kali ini dari dalam negeri, adalah perkembangan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Kemaritiman dan Investasi, mengungkapkan berbagai indikator sudah mengalami perbaikan.
Konfirmasi kasus positif corona sudah turun 93% dibandingkan posisi puncak pada pertengahan Juli 2021. Khusus di Jawa-Bali, penurunannya mencapai 96%.
Kemudian kasus aktif juga terus menurun, sekarang sudah di bawah 100.000. Kasus aktif adalah pasien yang masih dalam perawatan, baik di fasilitas kesehatan maupun secara mandiri.
"Seiring dengan kondisi Covid-19 membaik, implementasi protokol kesehatan, dan aplikasi Peduli Lindungi, ada penyesuaian yang dilakukan dalam periode minggu ini. Pembukaan bioskop dengan kapasitas 50% di kota Level 2 dan 3 dengan kewajiban aplikasi Peduli Lindungi sertra protokol kesehatan ketat. Hanya ketegori hijau yang diizinkan masuk area bioskop.
"Lokasi wisata dibuka dengan protokol kesehatan ketat dan Peduli Lindungi di kota Level 3. Namun ada penerapan ganjil-genap di tempat wisata mulai Jumat sampai Minggu," terang Luhut.
Perkembangan ini tentu positif bagi perekonomian nasional. 'Roda' ekonomi yang sempat macet karena PPKM ketat kini bisa bergulir kembali meski masih ada pembatasan di sana-sini. Ada harapan ekonomi bisa tumbuh dan rakyat kembali bekerja untuk mendapatkan penghasilan yang layak.
Akan tetapi, jangan lupa bahwa pandemi belum berakhir. Di banyak negara yang sudah merasa 'menang' melawan virus corona kini harus kembali bergulat dengan lonjakan kasus. Penyebabnya adalah masyarakat yang abai, hanyut dalam euforia, dan melupakan protokol kasehatan (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun).
"Tidak lengah protokol kesehatan, jangan jemawa, bekerja sama sebaik-sebaiknya. Kalau tidak disiplin, kita berkontribusi menghilangkan nyawa orang lain," tegas Luhut.
Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini
Berikut sejumlah agenda dan riis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Lelang Surat Utang Negara.
- CNBC Indonesia Tech Conference (10:00 WIB).
- Konferensi pers paparan kinerja industri asuransi jiwa periode semester I-2021 (10;00 WIB).
- Rapat Kerja Komisi XI DPR dengan Gubernur Bank Indonesia (11:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT PAM Mineral Tbk (14:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Falmaco Nonwoven Industri Tbk (14:00 WIB).
- Rilis data inflasi AS periode Agustus 2021 (19:30 WIB).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Untuk mengakses data pasar terkini, silakan klik di sini.
TIM RISET CNBC INDONESIA