Newsletter

Wall Street Rekor Lagi! Cuan, Cuan, Cuan...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 February 2021 06:00
Matahari Department Store
Ilustrasi Department Store (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data penjualan ritel periode Desember 2020 dan proyeksi Januari 2021. Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan penjuala ritel Desember 2020 tumbuh negatif 20,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Jika terwujud, maka akan menjadi yang terendah sejak November 2008.


Data-data ekonomi domestik yang sudah dirilis kurang menggembirakan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Januari 2021 sebesar 1,55% YoY, melambat dari bulan sebelumnya yang sebesar 1,68%. Suhariyanto, Kepala BPS, menyoroti soal konsumsi yang masih lemah menjadi penyebab perlambatan laju inflasi.

Kemudian BI sudah mengumumkan data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Januari 2021 yang sebesar 84,9. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 96,5.

IKK menggunkaan angka 100 sebagai titik mula. Kalau masih di bawah 100, maka konsumen secara umum pesimistis dalam memandang perekonomian, baik saat ini maupun enam bulan yang akan datang.

"Pada Januari 2021, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini melemah dari bulan sebelumnya, diindikasi karena diberlakukannya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di beberapa wilayah, khususnya Jawa dan Bali, yang berdampak pada kembali menurunnya aktivitas ekonomi dan terbatasnya penghasilan masyarakat. Keyakinan konsumen terhadap penghasilan saat ini melemah disebabkan penurunan penghasilan rutin (gaji/upah/honor) maupun omset usaha, yang ditengarai akibat PPKM.

"Keyakinan konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja pada Januari 2021 juga tercatat menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Sejalan dengan penurunan keyakinan terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja, keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama pada Januari 2021 juga mengalami penurunan, terutama pada jenis barang elektronik, furnitur, dan perabot rumah tangga," jelas laporan BI.

Oleh karena itu, data penjualan ritel yang anjlok tentu bukan sebuah kabar gembira. Saat pemulhan ekonomi global mulai terlihat, rasanya Indonesia masih agak tertinggal.

Apalagi laju vaksinasi anti-virus corona di Tanah Air masih lambat. Per 7 Februari 2021, rata-rata tujuh harian vaksinasi hanya 58.253 dosis. Sangat jauh di bawah target pemerintah yaitu 1 juta dosis per hari.

Vaksin akan menjadi kunci, game changer, untuk mengembalikan aktivitas dan mobilitas masyarakat kembali seperti dulu lagi. Kalau vaksinasi masih lambat, maka Indonesia butuh waktu lebih lama untuk mencapai herd immunity sehingga impian hidup normal kian jauh dari kenyataan.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular