Ini Bukti PPKM Hancurkan Ekonomi dan Kasus Covid Tetap Kacau

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 February 2021 13:26
Simulasi pemberian vaksin Covid-19
Foto: Simulasi pemberian vaksin Covid-19 di Puskesmas Depok, Jawa Barat, Kamis (22/10). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) memakan korban. Dimulai pada 11 Januari 2021, kebijakan ini telah terbukti membuat ekonomi Indonesia terluka, sementara hasil yang diinginkan yaitu penurunan kasus positif corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) belum terwujud.

Dalam PPKM tahap I (11-25 Januari 2021), pusat perbelanjaan hanya boleh beroperasi hingga pukul 19:00 WIB. Kemudian diperlonggar dalam PPKM tahap II (26 Januari-8 Februari 2021) menjadi maksimal pukul 20:00.

Kemudian dalam PPKM tahap I dan II, restoran hanya boleh melayani pengunjung yang makan-minum di tempat maksimal 25% dari kapasitas. Kini dengan PPKM terbaru (yang diberi nama PPKM Mikro), kapasitas maksimal dinaikkan menjadi 50%.

Lalu ada soal kehadiran karyawan perkantoran. PPKM tahap I dan II mensyaratkan karyawan yang bekerja dari rumah (work from home) setidaknya 75%. Dalam PPKM Mikro, dikurangi menjadi 50%.

Sedikit demi sedikit pemerintah memang melonggarkan PPKM. Namun sampai akhir Januari, yang berlaku adalah PPKM tahap I dan II yang lebih ketat ketimbang PPK Mikro.

PPKM menyebabkan aktivitas dan mobilitas masyarakat terbatas. Ini membuat masyarakat jadi kurang percaya diri dalam memandang perekonomian.

Halaman Selanjutnya >> Konsumen Tak Pede Memandang Perekonomian

Bank Indonesia (BI) melaporkan, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Januari 2021 adaah 84,9. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 96,5.

IKK menggunkaan angka 100 sebagai titik mula. Kalau masih di bawah 100, maka konsumen secara umum pesimistis dalam memandang perekonomian, baik saat ini maupun enam bulan yang akan datang.

IKK dibagi menjadi dua sub-indeks besar yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Pada Januari 2021, keduanya turun dibandingkan bulan sebelumnya.



"Pada Januari 2021, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini melemah dari bulan sebelumnya, diindikasi karena diberlakukannya kebijakan PPKM di beberapa wilayah, khususnya Jawa dan Bali, yang berdampak pada kembali menurunnya aktivitas ekonomi dan terbatasnya penghasilan masyarakat. Keyakinan konsumen terhadap penghasilan saat ini melemah disebabkan penurunan penghasilan rutin (gaji/upah/honor) maupun omset usaha, yang ditengarai akibat PPKM.

"Keyakinan konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja pada Januari 2021 juga tercatat menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Sejalan dengan penurunan keyakinan terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja, keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama pada Januari 2021 juga mengalami penurunan, terutama pada jenis barang elektronik, furnitur, dan perabot rumah tangga," jelas laporan BI.

Namun tujuan dari PPKM yaitu menekan angka pasien positif corona belum tercapai. Per 7 Februari 2021,Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona adalah 1.157.837 orang. Bertambah 10.827 orang (0,94%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Selama masa PPKM yang berlangsung 28 hari, rata-rata penambahan pasien positif adalah 11.779 orang per hari. Naik tajam dibandingkan rata-rata 28 hari sebelumnya yaitu 7.507 orang setiap harinya.

Perkembangan ini tentu harus menjadi pertimbangan pemerintah. Sudah terbukti bahwa PPKM membuat ekonomi terluka. Namun sejauh ini, mengorbankan ekonomi demi mengendalikan wabah masih jauh panggang dari api. Jangan sampai ekonomi dikorbankan sia-sia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular