Bos BPS: Permintaan Masih Sangat Lemah, Konsumsi Terpengaruh!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
01 February 2021 15:22
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto saat rilis Perkembangan Inflasi, IHPB, NTP, HPG, Pariwisata, dan Transportasi. (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)
Foto: Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, ada beberapa hal masih harus diwaspadai di tengah pandemiĀ Covid-19 saat ini, salah satunya adalah konsumsi domestik yang masih sangat lemah.

Suhariyanto menjelaskan, dampak pandemi Covid-19 masih membayangi perekonomian di berbagai negara, termasuk Indonesia. Selama pandemi Covid-19 pada 2020 bahkan sampai Januari 2021 di banyak negara masih mengalami deflasi.

"Inflasi di berbagai negara itu mengalami perlambatan yang signifikan bahwa banyak yang mengalami deflasi yang menunjukan bahwa sisi permintaan itu masih sangat lemah sehingga tentunya ini nanti akan berpengaruh kepada konsumsi rumah tangga," ujarnya dalam konferensi pers, Senin (1/2/2021).

Seperti diketahui, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada Kuartal III-2020 masih berada dalam zona negatif. BPS mencatat konsumsi rumah tangga saat itu negatif 4,04% secara tahunan (year on year/YoY).

Kendati demikian, jika dibandingkan dengan kuartal II-2020, sektor konsumsi rumah tangga tidak mengalami kontraksi yang cukup dalam, yang mengalami pertumbuhan -5,52%.

Adapun Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III-2020 mengalami -3,49% (YoY), mengalami perbaikan dari PDB pada kuartal II-2020 yang sebesar -5,32%.

Konsumsi rumah tangga menjadi komponen penting pada perekonomian Indonesia. Kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDB mencapai sekitar 58%.



Menelisik data BPS, sejak 2017 sampai 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia paling besar ditopang pengeluaran konsumsi rumah tangga. Secara berturut-turut sejak 2017-2019 andil pertumbuhan ekonomi dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, yaitu 2,69%, 2,74%, dan 2,73%.

Oleh karena itu, Suhariyanto berharap kerja sama dari berbagai pihak bisa membantu upaya pemulihan ekonomi Indonesia. Apalagi saat ini pemerintah sudah mulai melakukan vaksinasi. Diharapkan hal tersebut bisa membantu memulihkan kondisi perekonomian Indonesia dari dampak pandemi Covid-19.

"Kita harapkan dengan adanya vaksinasi dan dibarengi dengan kepatuhan kita semua terhadap protokol kesehatan mudah-mudahan pemulihan ekonomi berlangsung cepat. Tapi tanpa peran serta masyarakat, tanpa kepatuhan terhadap protokol kesehatan tentunya ini menjadi sulit dilakukan," ungkapnya.

Untuk diketahui, pada Januari 2021, BPS mencatat inflasi sebesar 0,26%. Secara tahun kalender atau year to date (ytd), inflasi tercatat sebesar 0,26%, sedangkan inflasi secara tahunan atau year to year (yoy) dibandingkan Januari tahun lalu adalah 1,55%.

Menurut komponennya, inflasi Januari 2021 terdiri dari inflasi inti 0,14% dengan andil 0,1%, harga bergejolak inflasi 0,15% dengan andil 0,19%, sementara harga diatur pemerintah deflasi 0,19% dengan andil deflasi 0,03%.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cabai yang Makin 'Pedas' Dorong Terjadinya Inflasi Oktober

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular