Polling CNBC Indonesia
Pertanda RI Mau Resesi Muncul Lagi, Bisa Sampai Depresi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia diperkirakan kembali membukukan deflasiĀ pada September 2020. Jika terwujud, maka deflasi akan terjadi sepanjang kuartal III-2020.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi September pada 1 Oktober. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi deflasi -0,03% secara bulanan (month-to-month/MtM). Ini membuat inflasi tahunan (year-on-year/YoY) menjadi 1,43% dan inflasi inti tahunan 2%.
Institusi | Inflasi MtM (%) | Inflasi YoY (%) | Inflasi Inti YoY (%) |
ING | - | 1.43 | - |
CIMB Niaga | -0.03 | 1.44 | 2 |
Citi | -0.15 | 1.32 | 1.93 |
Maybank Indonesia | -0.01 | 1.46 | 2 |
Danareksa Research Institute | -0.01 | 1.42 | 2.19 |
BCA | -0.05 | 1.42 | 1.99 |
BNI Sekuritas | -0.03 | 1.44 | - |
Bank Permata | -0.07 | 1.4 | 1.88 |
ANZ | 0 | 1.47 | 2 |
MEDIAN | -0.03 | 1.43 | 2 |
Sebelumnya, deflasi sudah terjadi pada Juli dan Agustus masing-masing -0,1 dan -0,05%. Jadi kalau September betul-betul deflasi lagi, maka deflasi akan terjadi sepanjang kuartal III tanpa terputus.
Deflasi, apalagi sampai berbulan-bulan seperti ini, mencerminkan ekonomi sedang 'sakit'. Dunia usaha tidak berani menaikkan harga karena khawatir permintaan semakin anjlok. Konsumen pun cenderung menahan pembelian karena ketidakpastian pendapatan, apakah besok masih bisa gajian atau tidak.
Ya, tanda-tanda pelemahan daya beli memang semakin nyata. Ini terlihat dari pergerakan inflasi inti yang terus menukik.
Inflasi inti berisi harga barang dan jasa yang susah bergerak (persisten). Jadi kalau harga yang susah bergerak saja sampai turun, apalagi dalam kecepatan yang konstan, maka berarti permintaan sedang benar-benar lesu karena rumah tangga menahan belanja.
Sepertinya pelemahan konsumsi rumah tangga semakin hari kian terlihat nyata. Sementara konsumsi rumah tangga adalah penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi pengeluaran.
![]() |