
Rupiah di Bawah 14.000/US$ & IHSG ke 5.000 Lagi Hari Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri melemah pada perdagangan Kamis (4/6/2020) kemarin, meski sempat terindikasi akan menghijau. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah, dan obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) kompak melemah.
Padahal, rencana pelonggaran kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta resmi diumumkan, aset-aset dalam negeri justru melemah. Sentimen new normal dan pelonggaran PSBB di Jakarta masih akan mempengaruhi pergerakan pasar keuangan dalam negeri di perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (5/6/2020).
IHSG yang sempat melesat ke atas level psikologis 5.000 di awal sesi harus mengakhiri perdagangan di level 4.916,704, melemah 0,49%. Pelemahan tersebut sekaligus mengakhiri rentetan penguatan dalam 6 hari beruntun. Total penguatan yang dicatat selama reli tersebut sebesar 8,69%.
Tetapi kabar bagusnya, investor asing kembali melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 980,12 miliar di all market. 2 hari sebelumnya, asing juga melakukan net buy sebesar Rp 1,5 triliun, dan Rp 872,35 miliar.
Kembali masuknya investor asing ke dalam negeri tentunya menjadi indikasi naiknya tingkat kepercayaan terhadap aset-aset dalam negeri.
Rupiah kemarin melemah tipis 0,07% ke Rp 14.060/US$ setelah sempat tarik-ulur antara penguatan dan pelemahan di awal perdagangan. Rupiah sempat melemah 0,71% di Rp 14.150/US$, dan menguat 0,14% tetapi sayangnya belum mampu menyentuh level psikologis Rp 14.000/US$.
Kinerja impresif rupiah dalam 2 hari sebelumnya akhirnya terhenti. Pada hari Rabu rupiah melesat tajam 2,29% di pasar spot, sehari sebelumnya sebesar 1,34%. Sementara pada periode April-Mei Mata Uang Garuda juga tercatat menguat tercatat melesat lebih dari 10%. Sehingga total penguatan rupiah pada periode tersebut lebih dari 13%.
Penguatan tajam IHSG dan rupiah tersebut memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat keduanya melemah.
Sementara itu dari pasar obligasi, yield SBN tenor 10 tahun kemarin naik 6,9 basis poin ke 7,074% setelah hari sebelumnya turun tajam 22,1 bps.
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
Daya tarik SBN juga sedang tinggi-tingginya yang membuat yield-nya turun tajam 2 hari lalu. Tingginya daya tarik SBN terlihat dari lelang yang dilakukan pemerintah Selasa lalu, penawarannya mencapai 105,27 triliun. Ada 7 seri SBN yang dilelang kemarin, dengan target indikatif pemerintah sebesar US$ 20 triliun, artinya terjadi oversubscribed 5,2 kali.
Pemerintah menyerap Rp 24,3 triliun dari seluruh penawaran yang masuk, di atas target indikatif, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.
Mood pelaku pasar global saat ini sedang sedang bagus akibat new normal atau singkatnya menjalankan kehidupan dengan protokol kesehatan yang ketat di tengah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) mulai dilakukan di seluruh belahan bumi ini. Dengan demikian, roda bisnis perlahan kembali berputar sehingga berpeluang terlepas dari ancaman resesi global.
Ketika mood investor sedang bagus, aliran modal akan kembali masuk ke negara emerging market yang memberikan imbal hasil tinggi. Hal tersebut membuat aset-aset dalam negeri melesat sebelum terkoreksi kemarin.
Terkait new normal, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, hari ini memutuskan melanjutkan PSBB meski dengan pelonggaran, atau yang disebut masa transisi.
"Kami di gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 DKI Jakarta, kita memutuskan untuk menetapkan status PSBB di DKI Jakarta diperpanjang dan menetapkan bulan Juni ini sebagai masa transisi," kata Anies dalam keterangan pers di Balai Kota, Jakarta, Kamis (4/6/2020).
Ia menjelaskan, transisi itu bertujuan untuk menuju kondisi masyarakat yang produktif dan aman Covid-19. Dalam masa ini, Anies bilang kegiatan ekonomi bertahap bisa dilakukan, namun ada batasan yang harus ditaati.
Tim Gugus Tugas dan Pemda DKI pun telah membuat roadmap untuk pembukaan fasilitas-fasilitas publik selama masa transisi ini. Pada pekan pertama (5-7 Juni) tempat ibadah bisa kembali dibuka dengan kapasitas maksimal 50%. Kemudian pada pekan kedua perkantoran, rumah makan dan lain-lain juga bisa kembali dibuka, tetap dengan kapasitas 50%. Mal dan tempat rekreasi baru akan dibuka kembali pada pekan ketiga.
Pengumuman tersebut menjadi salah satu faktor IHSG berbalik arah, sebelumnya ada harapan pusat perbelanjaan seperti mal akan dibuka pada pekan depan. Tetapi mal baru diizinkan beroperasi pada pekan ketiga.
Tetapi tetap saja dengan adanya kepastian PSBB dilonggarkan, roda perekonomian akan kembali berputar meski secara perlahan. Itu bisa berdampak bagus, mengingat Jakarta merupakan pusat ekonomi Indonesia. Kontribusi Jakarta terhadap produk domestic bruto (PDB) nasional sebesar 17,94% pada tahun 2019.
Ketika roda bisnis kembali berputar di Jakarta tentunya dapat membantu rebound perekonomian Indonesia yang sedang merosot.