
Newsletter
Rupiah di Bawah 14.000/US$ & IHSG ke 5.000 Lagi Hari Ini?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 June 2020 06:11

Wall Street yang bervariasi pada perdagangan Kamis tentunya kurang membawa angin segar di Asia. Tetapi pelemahan yang terjadi akibat aksi profit taking jelang rilis data tenaga kerja AS, tentunya masih menyisakan sentimen positif.
Ekonom yang disurvei Down Jones memprediksi tingkat pengangguran AS di bulan Mei akan naik menjadi 19,5%, sementara jumlah tenaga kerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) diramal sebanyak 8,3 juta.
Meski demikian, kondisi pasar tenaga kerja di bulan Juni diprediksi akan jauh membaik. Bank of Amerika memprediksi PHK di bulan Mei sebanyak 8 juta orang, tetapi ada kemungkinan akan lebih sedikit sebab beberapa negara bagian sudah mulai melonggarkan lockdown dan memutar kembali roda perekonomian secara perlahan.
"Mei adalah bulan transisi. PHK masih sangat tinggi, tetapi di akhir bulan kembali terjadi perekrutan tenaga kerja. Data di bulan Mei bisa jadi puncak dari bencana di pasar tenaga kerja," kata Ethan Harris, kepala ekonom global di Bank of Amerika, sebagaimana dilansir CNBC International.
Adanya peluang data tenaga kerja AS akan lebih baik dari prediksi tentunya bisa mengangkat sentimen pelaku pasar Asia hari ini.
Sementara itu pelonggaran PSBB di Jakarta bisa dikatakan belum direspon penuh oleh pelaku pasar kemarin. Pengumuman pelonggaran baru dilakukan pada tengah hari, sehingga belum sempat dicermati dengan baik, akibatnya pasar terbawa arus aksi profit taking.
Kini sehari berselang, kepastian pelonggaran PSBB, meski tidak secepat yang diharapkan tentu memberikan dampak positif ke perekonomian. Kata kuncinya adalah kepastian, karena ketidakpastian adalah musuh utama pasar.
Sentimen positif lainnya datang dari Benua Biru. Bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) kembali menggelontorkan stimulus guna meredam dampak pandemi Covid-19.
ECB dalam pengumuman kebijakan moneter kemarin malam mengatakan menambah nilai Pandemic Emergency Purchase Programme (PEPP), yakni program pembelian aset (obligasi pemerintah), sebesar 600 miliar euro.
Bank Bank sentral yang dipimpin Chirstine Lagarde, mantan direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), merilis PEPP pertama pada Maret lalu, dengan nilai sebesar 750 miliar euro. Sehingga total stimulus yang digelontorkan ECB mencapai 1,35 triliun euro.
ECB mengatakan durasi program ini juga ditambah, sebelumnya berakhir pada Desember 2020, tetapi kini diperpanjang hingga Juni 2021 atau hingga ECB yakin krisis akibat Covid-19 sudah berlalu.
Stimulus moneter menjadi salah satu alasan bursa saham global mampu bangkit belakangan ini. Semakin besar stimulus yang digelontorkan, harapan perekonomian akan pulih lebih cepat semakin membuncah, dan membuat mood investor membaik. Sehingga peluang IHSG kembali menembus 5.000 pada hari ini terbuka cukup lebar.
(pap/pap)
Ekonom yang disurvei Down Jones memprediksi tingkat pengangguran AS di bulan Mei akan naik menjadi 19,5%, sementara jumlah tenaga kerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) diramal sebanyak 8,3 juta.
Meski demikian, kondisi pasar tenaga kerja di bulan Juni diprediksi akan jauh membaik. Bank of Amerika memprediksi PHK di bulan Mei sebanyak 8 juta orang, tetapi ada kemungkinan akan lebih sedikit sebab beberapa negara bagian sudah mulai melonggarkan lockdown dan memutar kembali roda perekonomian secara perlahan.
"Mei adalah bulan transisi. PHK masih sangat tinggi, tetapi di akhir bulan kembali terjadi perekrutan tenaga kerja. Data di bulan Mei bisa jadi puncak dari bencana di pasar tenaga kerja," kata Ethan Harris, kepala ekonom global di Bank of Amerika, sebagaimana dilansir CNBC International.
Adanya peluang data tenaga kerja AS akan lebih baik dari prediksi tentunya bisa mengangkat sentimen pelaku pasar Asia hari ini.
Sementara itu pelonggaran PSBB di Jakarta bisa dikatakan belum direspon penuh oleh pelaku pasar kemarin. Pengumuman pelonggaran baru dilakukan pada tengah hari, sehingga belum sempat dicermati dengan baik, akibatnya pasar terbawa arus aksi profit taking.
Kini sehari berselang, kepastian pelonggaran PSBB, meski tidak secepat yang diharapkan tentu memberikan dampak positif ke perekonomian. Kata kuncinya adalah kepastian, karena ketidakpastian adalah musuh utama pasar.
Sentimen positif lainnya datang dari Benua Biru. Bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) kembali menggelontorkan stimulus guna meredam dampak pandemi Covid-19.
ECB dalam pengumuman kebijakan moneter kemarin malam mengatakan menambah nilai Pandemic Emergency Purchase Programme (PEPP), yakni program pembelian aset (obligasi pemerintah), sebesar 600 miliar euro.
Bank Bank sentral yang dipimpin Chirstine Lagarde, mantan direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), merilis PEPP pertama pada Maret lalu, dengan nilai sebesar 750 miliar euro. Sehingga total stimulus yang digelontorkan ECB mencapai 1,35 triliun euro.
ECB mengatakan durasi program ini juga ditambah, sebelumnya berakhir pada Desember 2020, tetapi kini diperpanjang hingga Juni 2021 atau hingga ECB yakin krisis akibat Covid-19 sudah berlalu.
Stimulus moneter menjadi salah satu alasan bursa saham global mampu bangkit belakangan ini. Semakin besar stimulus yang digelontorkan, harapan perekonomian akan pulih lebih cepat semakin membuncah, dan membuat mood investor membaik. Sehingga peluang IHSG kembali menembus 5.000 pada hari ini terbuka cukup lebar.
(pap/pap)
Pages
Most Popular