
Newsletter
The Worst May Be Over, Siap-siap IHSG Bakal Melesat Lagi!
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 March 2020 06:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri akhirnya kompak menguat pada perdagangan Kamis (26/3/2020) kemarin. Penguatan bahkan bisa dikatakan impresif.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat tinggi, di perdagangan sesi I sudah menyentuh level tertinggi intraday 4.370,66, atau menguat 11%. Penguatan IHSG sedikit terpangkas, dan di penutupan perdagangan mencatat penguatan 10,19% ke 4.388,904.
Persentase kenaikan IHSG kemarin merupakan yang terbesar sejak 8 Juni 1999. Sementara rekor persentase kenaikan terbesar IHSG tercatat pada 2 Februari 1998 ketika melesat 14,03%, berdasarkan data Refinitiv.
Berdasarkan data dari RTI, nilai transaksi sepanjang perdagangan hari ini sebesar Rp 12,51 triliun, dengan investor asing melakukan aksi beli bersih Rp 670,13 miliar di pasar reguler dan non-reguler.
Selain itu, perdagangan kemarin juga mencatat rekor frekuensi transaksi terbanyak, mengalahkan rekor sebelumnya yang dibukukan pada 12 September 2019.
"Untuk perdagangan saham hari ini, tercatat rekor frekuensi transaksi tertinggi, yaitu sebanyak 879.652 kali. Rekor sebelumnya tercatat sebanyak 655.380 kali pada tanggal 12 Sept 2019 yang lalu," kata Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo, Kamis (26/3/2020).
Sementara di pasar obligasi, yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun 4,7 basis poin (bps) menjadi 8,275%.
Sebagai informasi, pergerakan yield berbanding terbaik dengan harganya, ketika yield naik berarti harga sedang turun, sebaliknya ketika yield turun artinya harga sedang naik. Ketika harga naik, itu berarti sedang ada aksi beli di pasar obligasi.
Berkat penguatan di pasar saham dan obligasi tersebut, nilai tukar rupiah kembali perkasa. Begitu perdagangan kemarin dibuka, rupiah langsung melesat 1,52% ke Rp 16.200/US$, dan memimpin penguatan mata uang utama Asia.
Tetapi sayangnya posisi tersebut gagal dipertahankan, penguatan rupiah terpangkas dan mengakhiri perdagangan di level Rp 16.275/US$ atau menguat 1,06% di pasar spot melansir data Refinitiv.
Rupiah mengakhiri perdagangan di posisi terbaik ketiga, posisi yang sama juga diraih pada perdagangan Selasa (24/3/2020) lalu.
Pada hari Selasa dan Rabu sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya, hal tersebut tercermin dari rally bursa saham global. Bursa saham AS (Wall Street) sebagai kiblat bursa saham dunia memimpin penguatan tajam selama 2 hari tersebut.
Tetapi, pasar dalam negeri libur Hari Raya Nyepi di hari Rabu, sehingga tidak bisa mengikuti pergerakan tersebut. Baru di hari Kamis, IHSG mengejar bursa lainnya, sehingga mampu mencetak penguatan lebih dari 10%.
Membaiknya sentimen pelaku pasar dipicu oleh Pemerintah dan Senat AS telah mencapai kata sepakat untuk mengucurkan stimulus jumbo senilai US$ 2 triliun, yang dikatakan terbesar sepanjang sejarah. Stimulus tersebut bahkan dua kali lipat lebih besar dari nilai perekonomian Indonesia.
Kesepakatan tersebut kini masih dalam tahap Rancangan Undang-Undang (RUU), dan sudah di-voting di Senat, dan disetujui secara mutlak. RUU tersebut kini dilemparkan ke House of Representative (DPR) guna di-voting, jika disepakati selanjutnya akan ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump dan sah menjadi Undang-undang. DPR AS rencananya akan melakukan voting pada hari Jumat waktu setempat.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat tinggi, di perdagangan sesi I sudah menyentuh level tertinggi intraday 4.370,66, atau menguat 11%. Penguatan IHSG sedikit terpangkas, dan di penutupan perdagangan mencatat penguatan 10,19% ke 4.388,904.
Persentase kenaikan IHSG kemarin merupakan yang terbesar sejak 8 Juni 1999. Sementara rekor persentase kenaikan terbesar IHSG tercatat pada 2 Februari 1998 ketika melesat 14,03%, berdasarkan data Refinitiv.
Berdasarkan data dari RTI, nilai transaksi sepanjang perdagangan hari ini sebesar Rp 12,51 triliun, dengan investor asing melakukan aksi beli bersih Rp 670,13 miliar di pasar reguler dan non-reguler.
Selain itu, perdagangan kemarin juga mencatat rekor frekuensi transaksi terbanyak, mengalahkan rekor sebelumnya yang dibukukan pada 12 September 2019.
"Untuk perdagangan saham hari ini, tercatat rekor frekuensi transaksi tertinggi, yaitu sebanyak 879.652 kali. Rekor sebelumnya tercatat sebanyak 655.380 kali pada tanggal 12 Sept 2019 yang lalu," kata Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo, Kamis (26/3/2020).
Sementara di pasar obligasi, yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun 4,7 basis poin (bps) menjadi 8,275%.
Sebagai informasi, pergerakan yield berbanding terbaik dengan harganya, ketika yield naik berarti harga sedang turun, sebaliknya ketika yield turun artinya harga sedang naik. Ketika harga naik, itu berarti sedang ada aksi beli di pasar obligasi.
Berkat penguatan di pasar saham dan obligasi tersebut, nilai tukar rupiah kembali perkasa. Begitu perdagangan kemarin dibuka, rupiah langsung melesat 1,52% ke Rp 16.200/US$, dan memimpin penguatan mata uang utama Asia.
Tetapi sayangnya posisi tersebut gagal dipertahankan, penguatan rupiah terpangkas dan mengakhiri perdagangan di level Rp 16.275/US$ atau menguat 1,06% di pasar spot melansir data Refinitiv.
Rupiah mengakhiri perdagangan di posisi terbaik ketiga, posisi yang sama juga diraih pada perdagangan Selasa (24/3/2020) lalu.
Pada hari Selasa dan Rabu sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya, hal tersebut tercermin dari rally bursa saham global. Bursa saham AS (Wall Street) sebagai kiblat bursa saham dunia memimpin penguatan tajam selama 2 hari tersebut.
Tetapi, pasar dalam negeri libur Hari Raya Nyepi di hari Rabu, sehingga tidak bisa mengikuti pergerakan tersebut. Baru di hari Kamis, IHSG mengejar bursa lainnya, sehingga mampu mencetak penguatan lebih dari 10%.
Membaiknya sentimen pelaku pasar dipicu oleh Pemerintah dan Senat AS telah mencapai kata sepakat untuk mengucurkan stimulus jumbo senilai US$ 2 triliun, yang dikatakan terbesar sepanjang sejarah. Stimulus tersebut bahkan dua kali lipat lebih besar dari nilai perekonomian Indonesia.
Kesepakatan tersebut kini masih dalam tahap Rancangan Undang-Undang (RUU), dan sudah di-voting di Senat, dan disetujui secara mutlak. RUU tersebut kini dilemparkan ke House of Representative (DPR) guna di-voting, jika disepakati selanjutnya akan ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump dan sah menjadi Undang-undang. DPR AS rencananya akan melakukan voting pada hari Jumat waktu setempat.
Pages
Most Popular