Newsletter

The Worst May Be Over, Siap-siap IHSG Bakal Melesat Lagi!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 March 2020 06:04
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari ini (2)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Penguatan Wall Street saat data klaim tunjangan pengangguran AS melonjak ke level tertinggi sepanjang sejarah memunculkan "bisik-bisik" jika yang terburuk bagi pasar finansial sudah berakhir.

“Pasar dan perekonomian tidak berjalan secara pararel. Pasar berjalan jauh di depan perekonomian. Pasar tidak peduli pada yang terjadi saat ini, pasar peduli apa yang terjadi dalam enam bulan ke depan” kata Randy Frederick, wakil presiden trading derivatif di Charles Schwab.

Dalam beberapa pekan terakhir, berbagai prediksi tentang ekonomi AS dan global sudah dirilis, dan semuanya menggambarkan bagaimana buruknya efek dari COVID-19. Ekonomi AS diprediksi berkontraksi dalam, bahkan melebihi 20% di kuartal II-2020, hingga memasuki resesi. Hal tersebut terus memicu aksi jual di bursa saham global.

Tetapi semua prediksi tersebut juga menyebutkan perekonomian AS dan global akan segera bangkit begitu pandemi berakhir. Pelaku pasar sudah mulai melihat ke arah itu, apalagi setelah stimulus moneter dan bank sentral di dunia dan stimulus fiskal dari pemerintah di berbagai negara sudah digelontorkan. Begitu pandemi berakhir, perekonomian akan langsung terakselerasi. Aset-aset bersiko pun kembali dilirik.

Wall Street sudah mencetak penguatan tiga hari beruntun, dengan indeks Dow Jones melesat lebih dari 20%. Sementara IHSG baru menguat sekali, tetapi sudah melesat lebih dari 10%. Penguatan kiblat bursa saham dunia tersebut dapat membawa IHSG kembali ke zona hijau lagi di perdagangan terakhir pekan ini.

Jika itu terjadi, sentimen pelaku pasar bisa jadi perlahan semakin stabil, dan masuk juga ke pasar obligasi RI. Dampaknya, rupiah bisa perkasa lagi setelah membukukan penguatan 2 hari beruntun.



Kabar bagus lainnya, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), mengatakan ada tanda penyebaran COVID-19 di Eropa mulai menurun.

"Meski situasi tetap sangat serius, kami mulai melihat beberapa tanda yang menenangkan hati," kata Direktur Regional WHO untuk Eropa, Hans Kluge, dikutip dari AFP, Kamis (26/3/2020).

"Italia, yang memiliki jumlah kasus tertinggi di kawasan (Eropa), baru saja menunjukkan kenaikan yang lebih rendah (pada kasus infeksi corona)."

"Meskipun demikian, terlalu dini untuk mengatakan bahwa pandemi sudah mencapai puncaknya di negeri itu" kata Kluge.

Sementara itu dari dalam negeri, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kemarin merilis Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 23 tahun 2020 tentang pemberian insentif perpajakan bagi pelaku usaha yang terdampak corona atau Covid-19. Aturan ini akan mulai berlaku pada 1 April 2020.

Setidaknya, ada empat insentif di bidang perpajakan yang akan di berikan Sri Mulyani sebagai langkah membantu Wajib Pajak (WP) terdampak wabah Virus Corona.

"Keempat insentif tersebut terkait dengan ketentuan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21, PPh Pasal 22 Impor, PPh Pasal 25 dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)," tulis keterangan resmi Kemenkeu, Kamis (26/3/2020).

Dengan insentif tersebut diharapkan mampu meminimalisir dampak COVID-19 ke perekonomian. Dan ketika pandemi ini berakhir, roda perekonomian Indonesia bisa langsung terakselerasi. (pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular