Juara 3 Lagi di Asia, Rupiah Bisa Lanjut Menguat Besok?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 March 2020 17:33
Juara 3 Lagi di Asia, Rupiah Bisa Lanjut Menguat Besok?
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika serikat (AS) pada perdagangan Kamis (26/3/2020), bahkan sempat memimpin penguatan mata uang utama Asia.

Setelah libur Hari Raya Nyepi Rabu kemarin, rupiah langsung menguat 1,52% ke Rp 16.200/US$ begitu perdagangan hari ini dibuka. Dengan penguatan tersebut rupiah menjadi juara alias yang terbaik dibandingkan mata uang utama Asia lainnya.

Tetapi sayangnya posisi tersebut gagal dipertahankan, penguatan rupiah terpangkas dan mengakhiri perdagangan di level Rp 16.275/US$ atau menguat 1,06% di pasar spot melansir data Refinitiv.

Hingga pukul 16:43 WIB, rupiah hanya kalah dari rupee India yang menguat 1,35% dan ringgit Malaysia dengan penguatan 1,3%. Itu artinya rupiah menjadi juara ketiga pada hari ini, mengulangi prestasi pada perdagangan Selasa lalu.



Membaiknya sentimen pelaku pasar menjadi pemicu penguatan rupiah dan mata uang Asia lainnya.

Seperti diketahui sebelumnya, pada Selasa lalu Pemerintah dan Senat AS telah mencapai kata sepakat untuk mengucurkan stimulus senilai US$ 2 triliun, yang dikatakan terbesar sepanjang sejarah. Stimulus tersebut bahkan dua kali lipat lebih besar dari nilai perekonomian Indonesia.

Kesepakatan tersebut kini masih dalam tahap Rancangan Undang-Undang (RUU) dan harus di-voting di Kongres AS, sebelum ditandatangani Presiden AS, Donald Trump.

Dengan gelontoran stimulus tersebut, perekonomian Negeri Paman Sam diharapkan masih bisa berputar meski sedang mengalami pandemi virus corona (COVID-19), dan akan berakselerasi kencang begitu COVID-19 berhasil dihentikan.

Ketika sentimen pelaku pasar membaik, maka aset-aset berimbal hasil tinggi kembali menjadi target investasi, rupiah pun mendapat rejeki.

Membaiknya sentimen pelaku pasar tercermin dari rally bursa global dalam dua hari beruntun, hingga Rabu kemarin, dan disusul Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini.



IHSG pada hari ini melesat 10,19% mengakhiri perdagangan di level 4.388,904. Persentase kenaikan IHSG hari ini merupakan yang terbesar sejak 8 Juni 1999. Berdasarkan data dari RTI, investor asing melakukan aksi beli bersih Rp 670,13 miliar di pasar reguler dan non-reguler

Sementara di pasar obligasi, yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun 4,7 basis poin (bps) menjadi 8,275%.

Sebagai informasi, pergerakan yield berbanding terbaik dengan harganya, ketika yield naik berarti harga sedang turun, sebaliknya ketika yield turun artinya harga sedang naik. Ketika harga naik, itu berarti sedang ada aksi beli di pasar obligasi.

Pergerakan seperti ini sudah terjadi di awal tahun ini, ketika kesepakatan dagang AS-China membuat sentimen pelaku pasar membaik, outlook perekonomian tahun ini jadi lebih bagus dibandingkan tahun lalu, capital inflow mengalir deras ke RI dan rupiah menjadi mata yang terbaik di dunia setelah menguat lebih dari 2% di bulan Januari.

Pergerakan rupiah memang sangat bergantung dengan stabilitas eksternal yang mencerminkan sentimen pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, mengakui bahwa rupiah menjadi 'korban' kepanikan pasar akibat isu penyebaran virus corona yang semakin masif. Bukan hanya rupiah, berbagai mata uang negara lain juga mengalami hal serupa.

"Mereka (investor) tidak bisa kemudian disalahkan, karena seluruh dunia itu dua minggu terakhir panik. Fenomena (arus modal) keluar itu terjadi. Di Brasil, negara emerging, maupun di berbagi negara," kata Perry dalam briefing perkembangan ekonomi terkini, Kamis (26/3/2020).

Namun, Perry menegaskan bahwa fenomena tersebut bersifat temporer. Terbukti rupiah mampu menguat dalam dua hari terakhir setelah ada kejelasan mengenai paket stimulus fiskal di negara-negara maju, terutama di AS.

Jadi apakah rupiah akan kembali menguat besok tentunya sangat tergantung kondisi eksternal, apakah masih stabil seperti sekarang, atau malah kembali memburuk. Indikator yang paling mudah dilihat adalah pergerakan bursa saham global. Bursa Asia hari ini memerah setelah rally 2 hari beruntun, bursa Eropa juga bernasib sama.

Sementara bursa saham AS bari dibuka malam nanti, indikasi awal kiblat bursa saham dunia ini akan kembali melemah terlihat dari indeks berjangka (futures) yang berada di zona merah.

Jika bursa AS mampu membalikkan posisi dan kembali menguat, hawa positif akan datang ke Asia besok pagi dan rupiah berpeluang kembali menguat.



Setidaknya ada tiga faktor yang bisa mempengaruhi sentimen pelaku pasar malam ini. Yang pertama pengumuman kebijakan moneter bank sentral Inggris (Bank of England/BoE). Sejauh ini demi meminimalisir dampak COVID-19, BoE sudah memangkas suku bunga acuanya 2 kali di bulan ini hingga menjadi 0,1%, begitu juga dengan penambahan program pembelian aset atau quantitative easing (QE) menjadi 645 miliar poundsterling dari sebelumnya 435 miliar poundsterling.

Pelaku pasar mengharapkan aka nada stimulus lebih lanjut dari BoE, seperti yang dilakukan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB).

Kemudian yang kedua jumlah klaim tunjangan pengangguran AS yang dirilis malam ini. Pandemi COVID-19 menyebabkan beberapa wilayah di AS mengambil kebijakan lockdown, juga ada perusahaan yang melakukan PHK akibat dampak dari COVID-19. Akibatnya, jumlah klaim tunjangan pengangguran diprediksi akan meningkat tajam.

Hasil polling Reuters menunjukkan klaim tunjangan pengangguran AS akan melesat menjadi 1 juta klaim pada pekan lalu, dibandingkan pekan sebelumnya 281.000 klaim. Rilis aktual yang lebih rendah dari 1 juta klaim bisa mengangkat sentimen pelaku pasar, itu artinya jumlah warga yang dirumahkan tidak sebanyak yang diperkirakan. Semakin sedikit jumlah klaim, roda perekonomian semakin cepat berputar.

Kemudian yang terakhir adalah RUU stimulus US$ 2 triliun yang masih harus mendapat persetujuan Kongres AS. Semakin cepat RUU tersebut disahkan, tentunya akan semakin bagus. Tetapi jika masih ada tarik-ulur lagi, bisa dipastikan sentimen pelaku pasar akan memburuk, dan bursa saham AS akan kembali rontok. Akibatnya, hawa negatif akan kembali datang ke Asia, dan rupiah akan sulit untuk menguat.

Kombinasi ketiga faktor tersebut jika sesuai dengan harapan pelaku pasar maka bursa saham akan kembali ceria, dan rupiah bisa kembali berjaya. Syukur-syukur bisa men jadi yang terbaik di Asia besok.



TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular