
Newsletter
The Worst May Be Over, Siap-siap IHSG Bakal Melesat Lagi!
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 March 2020 06:04

Bursa saham AS (Wall Street) kembali menguat pada perdagangan Kamis (26/3/2020), melanjutkan kenaikan 2 hari beruntun sebelumnya.
Indeks Dow Jones menguat 6,4% ke 22.552,17, dan dalam tiga hari tercatat melesat lebih dari 20%. Dow Jones juga membukukan penguatan tiga hari terbesar sejak 1931. Indeks S&P 500 menguat 6,2% ke 2.630,07, sementara Nasdaq naik 5,6% ke 7,797,54.
Wall Street masih tetap melesat naik meski data ekonomi AS mulai memperlihatkan dampak buruk dari penyebaran pandemi COVID-19. Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis kemarin melaporkan klaim tunjangan pengangguran naik menjadi lebih dari 3 juta klaim dalam sepekan yang berakhir 21 Maret.
Pandemi COVID-19 membuat aktivitas ekonomi di AS merosot drastis. Tidak hanya di AS, tetapi juga secara global.
Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE, hingga saat ini di AS jumlah kasus COVID-19 mencapai 80.021 kasus dengan korban meninggal sebanyak 1.136 dan 619 orang sembuh. AS kini menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak ketiga setelah China dan Italia, bahkan tidak menutup kemungkinan akan menjadi yang terbanyak mengingat lonjakan kasus baru terjadi belakangan ini, sementara di China sebagai tempat awal munculnya virus corona, penyebarannya secara domestik sudah terhenti.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sebelumnya sudah memperingatkan AS kemungkinan akan menjadi episentrum baru COVID-19 setelah Eropa.
Secara global, lebih dari 170 negara sudah terpapar COVID-19, dengan jumlah kasus lebih dari 500.000, korban meninggal lebih dari 23.000 orang, dan yang sembuh lebih dari 120.000 orang.
"Kita semua tahun rasa sakit yang dirasakan dan kerusakan ekonomi yang ditimbulkan oleh virus ini, tapi karena kita sudah semakin dekat untuk melewati yang terburuk dari penyebarannya, kita perlu mulai menjadi kreatif untuk memikirkan bagaimana restart itu akan terjadi" tulis Peter Boockvar, kepala investasi di Bleakley Advisory Group sebagaimana dikutip CNBC International.
Pelaku pasar sepertinya sudah mengantisipasi hal terburuk yang akan terjadi di perekonomian AS, tetapi sudah mulai sadar jika hal tersebut hanya sementara. Ekonomi AS akan segera bangkit begitu pandemi berakhir, apalagi Pemerintah AS akan menggelontorkan stimulus jumbo US$ 2 triliun.
Seperti disebutkan di halaman sebelumnya RUU stimulus US$ 2 triliun tersebut saat ini sudah disetujui oleh Senat AS dan akan di-voting di DPR pada Jumat pagi waktu setempat. Ketua DPR AS, Nancy Pelosi mengatakan, RUU tersebut akan disetujui dan mendapat dukungan penuh dari DPR.
Wall Street langsung melesat kembali merespon pernyataan Pelosi tersebut. (pap)
Indeks Dow Jones menguat 6,4% ke 22.552,17, dan dalam tiga hari tercatat melesat lebih dari 20%. Dow Jones juga membukukan penguatan tiga hari terbesar sejak 1931. Indeks S&P 500 menguat 6,2% ke 2.630,07, sementara Nasdaq naik 5,6% ke 7,797,54.
Wall Street masih tetap melesat naik meski data ekonomi AS mulai memperlihatkan dampak buruk dari penyebaran pandemi COVID-19. Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis kemarin melaporkan klaim tunjangan pengangguran naik menjadi lebih dari 3 juta klaim dalam sepekan yang berakhir 21 Maret.
Pandemi COVID-19 membuat aktivitas ekonomi di AS merosot drastis. Tidak hanya di AS, tetapi juga secara global.
Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE, hingga saat ini di AS jumlah kasus COVID-19 mencapai 80.021 kasus dengan korban meninggal sebanyak 1.136 dan 619 orang sembuh. AS kini menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak ketiga setelah China dan Italia, bahkan tidak menutup kemungkinan akan menjadi yang terbanyak mengingat lonjakan kasus baru terjadi belakangan ini, sementara di China sebagai tempat awal munculnya virus corona, penyebarannya secara domestik sudah terhenti.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sebelumnya sudah memperingatkan AS kemungkinan akan menjadi episentrum baru COVID-19 setelah Eropa.
Secara global, lebih dari 170 negara sudah terpapar COVID-19, dengan jumlah kasus lebih dari 500.000, korban meninggal lebih dari 23.000 orang, dan yang sembuh lebih dari 120.000 orang.
"Kita semua tahun rasa sakit yang dirasakan dan kerusakan ekonomi yang ditimbulkan oleh virus ini, tapi karena kita sudah semakin dekat untuk melewati yang terburuk dari penyebarannya, kita perlu mulai menjadi kreatif untuk memikirkan bagaimana restart itu akan terjadi" tulis Peter Boockvar, kepala investasi di Bleakley Advisory Group sebagaimana dikutip CNBC International.
Pelaku pasar sepertinya sudah mengantisipasi hal terburuk yang akan terjadi di perekonomian AS, tetapi sudah mulai sadar jika hal tersebut hanya sementara. Ekonomi AS akan segera bangkit begitu pandemi berakhir, apalagi Pemerintah AS akan menggelontorkan stimulus jumbo US$ 2 triliun.
Seperti disebutkan di halaman sebelumnya RUU stimulus US$ 2 triliun tersebut saat ini sudah disetujui oleh Senat AS dan akan di-voting di DPR pada Jumat pagi waktu setempat. Ketua DPR AS, Nancy Pelosi mengatakan, RUU tersebut akan disetujui dan mendapat dukungan penuh dari DPR.
Wall Street langsung melesat kembali merespon pernyataan Pelosi tersebut. (pap)
Next Page
Cermati Sentimen Penggerak Hari Ini
Pages
Most Popular