BoE Tunda Stimulus Hadapi COVID-19, Poundsterling Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 March 2020 21:06
Di bulan ini BoE sudah memangkas suku bunga acuannya sebanyak 2 kali hingga menjadi 0,1%
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Stefan Wermuth)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) setelah bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) menahan diri untuk kembali menggelontorkan stimulus moneter. Pada pukul 20:23 WIB, poundsterling menguat 1,1% ke US$ 1,2017 di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Di bulan ini BoE sudah memangkas suku bunga acuannya sebanyak 2 kali hingga menjadi 0,1%, begitu juga dengan program pembelian aset atau quantitative easing (QE) yang jumlahnya ditambah menjadi 645 miliar poundsterling dari sebelumnya 435 miliar poundsterling. Semuanya dilakukan demi meminimalisir dampak COVID-19 ke perekonomian.

Pelaku pasar menginginkan stimulus yang lebih besar lagi, seperti yang dilakukan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Namun bank sentral pimpinan Mark Carney ini menahan dan, meski berjanji akan menambah jumlah QE jika diperlukan untuk mendukung perekonomian atau menjaga likuiditas di pasar.


Sementara itu di awal pekan ini, The Fed mengumumkan akan melakukan QE dengan nilai tak terbatas guna membantu perekonomian AS menghadapi tekanan dari pandemi virus corona (COVID-19). Aset yang akan dibeli seperti obligasi pemerintah, efek beragun aset perumahan (Residential Mortgage-Backed Security/RMBS), dan beberapa jenis efek lainnya.

The Fed mengatakan akan melakukan QE seberapapun yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran fungsi pasar serta transmisi kebijakan moneter yang efektif di segala kondisi finansial dan ekonomi.

"Tidak seperti pasca krisis finansial global (2008), saat itu nilai QE The Fed terbatas setiap bulannya, kali ini jumlahnya tak terbatas" kata Ray Attril, kepala strategi valas di National Australia Bank, sebagaimana dilansir CNBC International.

Jumlah yang tak terbatas tersebut artinya The Fed akan membeli seberapapun aset yang diperlukan guna menyediakan likuiditas di pasar. Sebelumnya di bulan ini, The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell juga telah membabat habis suku bunganya hingga menjadi 0-0,25%. 

Kebijakan The Fed saat ini sama dengan ketika menghadapi krisis finansial 2008, bahkan lebih agresif lagi mengingat QE yang dilakukan nilainya tidak terbatas. Akibatnya, ekonomi AS akan b
anjir likuiditas, dan dolar AS jadi melemah. Poundsterling mampu menguat tiga hari beruntun hingga Kamis ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular