
Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 February 2020 20:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling menguat lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (12/2/2020), melanjutkan penguatan dalam 2 hari terakhir. Pada pukul 20:42 WIB, poundsterling menguat 0,18% ke US$ 1,2974 di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Penguatan poundsterling terjadi saat pertumbuhan ekonomi Inggris dilaporkan mandek di kuartal IV-2019. Office for National Statistic (ONS) kemarin melaporkan produk domestik bruto (PDB) Inggris sebesar 0% alias tidak tumbuh di kuartal IV-2019, dibandingkan kuartal sebelumnya.
Sementara, jika dilihat secara tahunan atau year-on-year (YoY) tumbuh 1,1% sama dengan kuartal sebelumnya. Pertumbuhan tersebut lebih baik dari survei Reuters sebesar 0,8%.
"Secara keseluruhan data yang kurang bagus tidak akan mengubah posisi pasar, dan penguatan poundsterling dalam jangka panjang akan tergantung ekspektasi (pemangkasan suku bunga) bank sentral Inggris, dan perundingan dagang (Inggris dengan Uni Eropa)," kata Sam Cooper, salah satu vice president di Silicon Valley Bank, sebagaimana dilansir Reuters.
Bank sentral Inggris (Bank of Engalnd/BoE) saat pengumuman kebijakan moneter pada akhir Januari lalu mengindikasikan belum akan ada pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
Saat itu BoE mempertahankan suku bunga sebesar 0,75%, tetapi voting Monetary Policy Committee (MPC) terkait suku bunga menunjukkan hanya 2 dari 9 anggota MPC yang memilih suku bunga dipangkas. Jumlahnya sama dengan saat pengumuman kebijakan moneter akhir tahun lalu. Artinya, belum banyak perubahan mengenai outlook suku bunga BoE, dan belum ada suara tambahan yang ingin suku bunga dipangkas.
Sementara itu dari perundingan dagang antara Inggris dengan Uni Eropa sejauh ini cenderung alot. Kedua belah pihak sama-sama menunjukkan sikap yang keras.
"Inggris dan Uni Eropa belum memulai negosiasi perdagangan secara formal, tetapi kedua belah pihak terlihat saling keras satu sama lain," kata Marc Chandler, kepala ahli strategi pasar Bannockburn Global Forex LLC, sebagaimana dilansir Reuters.
Reuters melaporkan pemerintah Inggris menginginkan Uni Eropa menandatangani perjanjian agar memastikan London dapat mempertahankan akses ke pasar finansial Eropa setelah masa transisi selesai di akhir tahun nanti.
Namun hal tersebut ditolak oleh kepala negosiator Uni Eropa, Michael Barnier. Barnier mengatakan Uni Eropa tidak akan memberikan perlakuan khusus di pasar finansial kepada Inggris. Perundingan Inggris dan Uni Eropa yang diprediksi alot tersebut membuat penguatan poundsterling menjadi terbatas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lockdown di Inggris Masih Dipertahankan, Poundsterling KO
Penguatan poundsterling terjadi saat pertumbuhan ekonomi Inggris dilaporkan mandek di kuartal IV-2019. Office for National Statistic (ONS) kemarin melaporkan produk domestik bruto (PDB) Inggris sebesar 0% alias tidak tumbuh di kuartal IV-2019, dibandingkan kuartal sebelumnya.
Sementara, jika dilihat secara tahunan atau year-on-year (YoY) tumbuh 1,1% sama dengan kuartal sebelumnya. Pertumbuhan tersebut lebih baik dari survei Reuters sebesar 0,8%.
"Secara keseluruhan data yang kurang bagus tidak akan mengubah posisi pasar, dan penguatan poundsterling dalam jangka panjang akan tergantung ekspektasi (pemangkasan suku bunga) bank sentral Inggris, dan perundingan dagang (Inggris dengan Uni Eropa)," kata Sam Cooper, salah satu vice president di Silicon Valley Bank, sebagaimana dilansir Reuters.
Bank sentral Inggris (Bank of Engalnd/BoE) saat pengumuman kebijakan moneter pada akhir Januari lalu mengindikasikan belum akan ada pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
Saat itu BoE mempertahankan suku bunga sebesar 0,75%, tetapi voting Monetary Policy Committee (MPC) terkait suku bunga menunjukkan hanya 2 dari 9 anggota MPC yang memilih suku bunga dipangkas. Jumlahnya sama dengan saat pengumuman kebijakan moneter akhir tahun lalu. Artinya, belum banyak perubahan mengenai outlook suku bunga BoE, dan belum ada suara tambahan yang ingin suku bunga dipangkas.
Sementara itu dari perundingan dagang antara Inggris dengan Uni Eropa sejauh ini cenderung alot. Kedua belah pihak sama-sama menunjukkan sikap yang keras.
"Inggris dan Uni Eropa belum memulai negosiasi perdagangan secara formal, tetapi kedua belah pihak terlihat saling keras satu sama lain," kata Marc Chandler, kepala ahli strategi pasar Bannockburn Global Forex LLC, sebagaimana dilansir Reuters.
Reuters melaporkan pemerintah Inggris menginginkan Uni Eropa menandatangani perjanjian agar memastikan London dapat mempertahankan akses ke pasar finansial Eropa setelah masa transisi selesai di akhir tahun nanti.
Namun hal tersebut ditolak oleh kepala negosiator Uni Eropa, Michael Barnier. Barnier mengatakan Uni Eropa tidak akan memberikan perlakuan khusus di pasar finansial kepada Inggris. Perundingan Inggris dan Uni Eropa yang diprediksi alot tersebut membuat penguatan poundsterling menjadi terbatas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lockdown di Inggris Masih Dipertahankan, Poundsterling KO
Most Popular