
The Fed Enggan Pangkas Suku Bunga, Harga Emas Melemah Lagi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 February 2020 16:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali melemah pada perdagangan Rabu (12/02/2020), tertekan sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) yang tidak akan memangkas suku bunga lagi.
Pada pukul 14:17 WIB, emas melemah 0,2% ke US$ 1.564,32/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara Selasa kemarin melemah 0,29%.
Dalam testimoni di hadapan House of Representative (DPR) AS, pimpinan The Fed, Jerome Powell, mengatakan The Fed sedang mengamati dampak virus corona yang dapat memukul perekonomian China dan global. Tetapi ia juga mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan seberapa besar dampaknya ke ekonomi AS.
Selain itu Powell juga mengindikasikan tidak akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Emas dunia merupakan aset tanpa imbal hasil yang sensitif dengan suku bunga, khususnya suku bunga The Fed.
Penurunan suku bunga di AS memberikan keuntungan bagi investornya karena menurunkan opportunity cost atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS.
Selain The Fed, penyebaran virus corona yang mulai mereda membuat sentimen pelaku pasar membaik, dampaknya emas menjadi kurang menarik.
Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis, total korban meninggal akibat Covid-19 sebanyak 1.115 orang. Dari total tersebut, sebanyak dua orang yang meninggal di luar China. Covid-19 kini telah menjangkiti lebih dari 45.000 orang di seluruh dunia.
Meski demikian, penambahan jumlah pasien yang terjangkit virus corona tidak sebanyak beberapa pekan terakhir. Penasihat medis terkemuka di China mengatakan penyebaran virus corona atau yang diberi nama Covid-19 akan mencapai puncaknya di bulan ini. Itu artinya dalam beberapa bulan ke depan, wabah virus yang berasal dari kota Wuhan tersebut akan berakhir.
Hal tersebut diperkuat oleh Zhong Nanshan, epidemiolog China yang berhasil 'mengusir' SARS pada 2002-2003, memperkirakan penyebaran virus Corona akan selesai dalam sekitar dua bulan mendatang.
"Saya berharap kejadian ini bisa selesai sekitar April," ujar Zhong, sebagaimana diwartakan Reuters.
Meski sedang melemah, emas di tahun ini diprediksi akan menguat dua digit persentase oleh London Bullion Market Association (LBMA).
Dalam survei tahunan LBMA yang dirilis 3 Februari lalu, hasil survei terhadap 30 analis menunjukkan rata-rata harga emas di tahun ini diprediksi di level US$ 1.558,8/troy ons, naik 11,9% dibandingkan rata-rata actual tahun 2019 sebesar US$ 1.392,6/troy ons.
Dalam survei tersebut LBMA melihat ada tiga faktor utama yang menggerakkan harga emas di tahun ini. Pertama, tensi ekonomi dan geopolitik, misalnya perang dagang, Brexit, dan Pemilu AS. Faktor ini diprediksi memberikan pengaruh sebesar 38% terhadap harga emas dunia.
Kedua, dengan pengaruh 35% adalah kebijakan moneter bank sentral dunia, khususnya bank sentral AS. Ketiga, adalah permintaan dari China dan India yang akan mempengaruhi pergerakan emas sebesar 15%. 12% sisanya dipengaruhi faktor-faktor lainnya.
Ross Norman mantan CEO Sharps Pixely, salah satu broker emas terbesar di London, menjadi yang paling bullish dalam survei tersebut. Norman memprediksi harga emas dunia bisa mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.080/troy ons di tahun ini, dengan level terendah di US$ 1.520/troy ons. Rata-rata harga emas di tahun ini diramal di level US$ 1.755/troy ons.
Sementara pemenang survei harga emas tahun lalu, Rene Hochreiter dari Noah Capital Markets/Sieberana Research memprediksi rata-rata harga emas di tahun ini di level US$ 1.670/troy ons, dengan level terendah US$ 1.550 dan tertinggi di US$ 1.720/troy ons.
Pada pukul 14:17 WIB, emas melemah 0,2% ke US$ 1.564,32/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara Selasa kemarin melemah 0,29%.
Dalam testimoni di hadapan House of Representative (DPR) AS, pimpinan The Fed, Jerome Powell, mengatakan The Fed sedang mengamati dampak virus corona yang dapat memukul perekonomian China dan global. Tetapi ia juga mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan seberapa besar dampaknya ke ekonomi AS.
Penurunan suku bunga di AS memberikan keuntungan bagi investornya karena menurunkan opportunity cost atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS.
Selain The Fed, penyebaran virus corona yang mulai mereda membuat sentimen pelaku pasar membaik, dampaknya emas menjadi kurang menarik.
Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis, total korban meninggal akibat Covid-19 sebanyak 1.115 orang. Dari total tersebut, sebanyak dua orang yang meninggal di luar China. Covid-19 kini telah menjangkiti lebih dari 45.000 orang di seluruh dunia.
![]() |
Meski demikian, penambahan jumlah pasien yang terjangkit virus corona tidak sebanyak beberapa pekan terakhir. Penasihat medis terkemuka di China mengatakan penyebaran virus corona atau yang diberi nama Covid-19 akan mencapai puncaknya di bulan ini. Itu artinya dalam beberapa bulan ke depan, wabah virus yang berasal dari kota Wuhan tersebut akan berakhir.
Hal tersebut diperkuat oleh Zhong Nanshan, epidemiolog China yang berhasil 'mengusir' SARS pada 2002-2003, memperkirakan penyebaran virus Corona akan selesai dalam sekitar dua bulan mendatang.
"Saya berharap kejadian ini bisa selesai sekitar April," ujar Zhong, sebagaimana diwartakan Reuters.
Meski sedang melemah, emas di tahun ini diprediksi akan menguat dua digit persentase oleh London Bullion Market Association (LBMA).
Dalam survei tahunan LBMA yang dirilis 3 Februari lalu, hasil survei terhadap 30 analis menunjukkan rata-rata harga emas di tahun ini diprediksi di level US$ 1.558,8/troy ons, naik 11,9% dibandingkan rata-rata actual tahun 2019 sebesar US$ 1.392,6/troy ons.
Dalam survei tersebut LBMA melihat ada tiga faktor utama yang menggerakkan harga emas di tahun ini. Pertama, tensi ekonomi dan geopolitik, misalnya perang dagang, Brexit, dan Pemilu AS. Faktor ini diprediksi memberikan pengaruh sebesar 38% terhadap harga emas dunia.
Kedua, dengan pengaruh 35% adalah kebijakan moneter bank sentral dunia, khususnya bank sentral AS. Ketiga, adalah permintaan dari China dan India yang akan mempengaruhi pergerakan emas sebesar 15%. 12% sisanya dipengaruhi faktor-faktor lainnya.
Ross Norman mantan CEO Sharps Pixely, salah satu broker emas terbesar di London, menjadi yang paling bullish dalam survei tersebut. Norman memprediksi harga emas dunia bisa mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.080/troy ons di tahun ini, dengan level terendah di US$ 1.520/troy ons. Rata-rata harga emas di tahun ini diramal di level US$ 1.755/troy ons.
Sementara pemenang survei harga emas tahun lalu, Rene Hochreiter dari Noah Capital Markets/Sieberana Research memprediksi rata-rata harga emas di tahun ini di level US$ 1.670/troy ons, dengan level terendah US$ 1.550 dan tertinggi di US$ 1.720/troy ons.
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular