
Jeblok Nyaris ke US$ 1.800, Apa Benar Emas Tak Menarik Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia merosot pada perdagangan Kamis (4/2/2021) hingga nyaris menjebol level US$ 1.800/troy ons. Harga emas masih saja terus merosot meski Amerika Serikat (AS) sudah berancang-ancang menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun.
Pada pukul 16:58 WIB, emas diperdagangkan di kisaran Rp 1.814,9/troy ons, merosot lebih dari 1% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya emas bahkan sempat menyentuh US$ 1.809/troy ons yang merupakan level terendah dalam 2 bulan terakhir.
Stimulus fiskal merupakan salah satu bahan bakar utama emas untuk menguat. House of Representative (DPR) AS sudah menyepakati resolusi anggaran pada Rabu waktu setempat. Resolusi tersebut akan diserahkan ke Senat AS dan diprediksi juga akan disepakati di pekan ini. Untuk diketahui DPR dan Senat AS kini sudah dikuasai oleh Partai Demokrat.
Dengan resolusi tersebut pemerintah AS bisa mencairkan stimulus fiskal tanpa perlu persetujuan dari Partai Republik.
Meski demikian, pelaku pasar tetap menanti kepastian cairnya stimulus tersebut. Di tengah penantian, harga emas turun meski tidak terlalu besar.
Selain itu, dolar AS sedang perkasa lagi. Indeks dolar AS sore ini menguat 0,25% ke 91,384, yang merupakan level tertinggi sejak 2 Desember. Indeks dolar AS kembali menguat akibat belum stabilnya sentimen pelaku pasar. Bursa saham Asia hari ini kembali jeblok, padahal kemarin menghijau bersama bursa Eropa dan Wall Street.
Terus menurunnya harga emas menunjukkan jika logam mulia ini sedang tidak menarik, bahkan setelah adanya sinyal stimulus fiskal dan pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pekan lalu.
"Minat investor (terhadap emas) sedang menurun saat ini," kata Carsten Fritsch, analis di Commerzbank, sebagaimana dilansir Kitco, Senin (25/1/2021).
Fritsch mengatakan emas saat ini terjebak di rentang US$ 1.800/troy ons hingga US$ 1.900/troy ons, dan butuh dorongan yang besar untuk keluar dari rentang tersebut.
"Dorongan yang diperlukan untuk keluar dari rentang saat ini masih kurang, dan perlu dilihat apakah The Fed mampu memberikan dorongan tersebut saat mengumumkan kebijakan moneter," tambahnya.
Pada pekan lalu, The Fed di bawah komando Jerome Powell mempertahankan suku bunga di rekor terendah <0,25% dan program pembelian aset (quantitative easing/QE) senilai US$ 120 miliar per bulan.
Kebijakan tersebut masih dipertahankan sebab The Fed melihat pemulihan ekonomi yang nyungsep akibat pandemi penyakitr virus corona (Covid-19) di Negeri Paman Sam mengalami pelambatan.
"Perekonomian masih jauh dari target inflasi dalam kebijakan moneter kami, dan kemungkinan membutuhkan waktu beberapa lama untuk mencapai kemajuan yang substansial. Kebijakan masih akan "sangat akomodatif saat pemulihan sedang berlangsung," kata ketua The Fed, Jerome Powell, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (28/1/2021).
Selain itu, dalam konferensi pers usai mengumumkan kebijakan moneter. Powell mengatakan laju pemulihan ekonomi dan pasar tenaga kerja dalam beberapa bulan terakhir berjalan secara moderat, dengan pelemahan terjadi di sektor yang paling terdampak pandemi.
Sementara itu, "bisik-bisik" pengurangan nilai QE atau yang dikenal dengan tapering di akhir tahun ini, yang selama ini beredar di pasar, dibantah oleh Powell.
"Mengenai tapering, itu masih prematur. Kamu baru saja membuat panduan. Kami mengatakan kami ingin melihat kemajuan yang substansial menuju target kami sebelum kami memodifikasi panduan QE. Dan itu masih terlalu prematur untuk membahas kapan waktunya, kami harus fokus dalam kemajuan yang ingin kami lihat," kata Powell.
Pernyataan Powell tersebut membuat "bisik-bisik" tapering di akhir tahun ini meredup.
Sebelumnya "bisik-bisik" tapering membuat emas sulit untuk menguat, kini setelah Powell mengatakan hal tersebut terlalu prematur, emas seharusnya bisa kembali menguat, tetapi hingga saat ini harga emas masih terus menurun.
Apakah itu menjadi tanda emas tidak menarik lagi?
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas