
Mayday Mayday! Harga Emas Ambrol Nyaris 2%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia ambrol hingga nyaris 2% memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) Jumat (23/9/2022). Indeks dolar AS yang terus menanjak membuat emas ambrol.
Melansir data Refinitiv, harga emas menyentuh US$ 1.640/troy ons, terlemah dalam lebih dari 2 tahun terakhir. Sementara itu indeks dolar AS melesat 0,73% ke 112.16, tertinggi dalam lebih dari 20 tahun terakhir.
Bank sentral AS (The Fed) kemarin menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 3% - 3,25%, serta menegaskan sikap agresifnya. Hal ini membuat indeks dolar AS melesat sekaligus juga menekan emas.
Suku bunga The Fed kini berada di level tertinggi sejak awal 2008, dan masih akan dinaikkan hingga inflasi kembali ke 2%.
"FOMC (Federal Open Market Committee) sangat bertekad untuk menurunkan inflasi menjadi 2%, dan kami akan terus melakukannya sampai pekerjaan selesai," kata ketua The Fed, Jerome Powell, sebagaimana dilansir CNBC International.
The Fed kini melihat suku bunga akan mencapai 4,6% (kisaran 4,5% - 4,75%) di tahun depan. Artinya, masih akan ada kenaikan 150 basis poin dari level saat ini.
Bahkan, beberapa pejabat The Fed melihat suku bunga berada di kisaran 4,75 - 5% di 2023, sebelum mulai turun di 2024.
Kurs poundsterling yang jeblok juga membuat indeks dolar AS semakin perkasa.
Melansir data Refinitiv, poundsterling jeblok hingga 2,1% ke US$ 1,1019/GBP. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak Maret 1985.
Rekor terlemah poundsterling tercatat di US$ 1,0520 yang tercatat pada 26 Februari 1985. Artinya, poundsterling kini berjarak 4,5% dari rekor terlemah tersebut.
Pemerintah Inggris hari ini mengumumkan era baru perekonomian yang berfokus pada pertumbuhan, termasuk pemangkasan pajak serta insentif investasi untuk dunia usaha.
Paul Johnson, direktur Institute for Fiscal Studies, mengatakan pasar terlihat "ketakutan" dengan skala "hadiah fiskal" yang diberikan, apalagi pemangkasan pajak yang dilakukan menjadi yang terbesar dalam setengah abad terakhir.
Poundsterling juga mengalami tekanan setelah bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) mengatakan perekonomian sepertinya sudah mengalami resesi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Emas Bersinar Saat Dolar Menguat, Sudah Tahan Banting?