Macro Insight

Emas Diramal Terbang ke US$ 2.200/Troy Ons, Berani Borong?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 June 2023 21:00
Gold bars are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia naik 0,67% ke US$ 1.960/troy ons di pekan ini. Eropa yang mengalami resesi, serta pelambatan ekonomi Amerika Serikat membuat harga emas mampu mencatat penguatan dua pekan beruntun.

Sebagai aset aman (safe haven) permintaan emas biasanya akan meningkat ketika terjadi resesi. Eurostat Kamis kemarin merervisi pertumbuhan ekonomi zona euro menjadi -0,1% quarter-to-quarter (qtq) pada kuartal I-2023. Pada kuartal sebelumnya, produk domestik bruto (PDB) juga tumbuh negatif, sehingga disebut mengalami resesi teknikal.

Penguatan di pekan ini pun terjadi akibat ekspektasi The Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada pekan depan. Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 70% The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% - 5,25%.

Perangkat yang sama menunjukkan ada probabilitas sebesar 34% suku bunga akan dipangkas sebesar 25 basis poin pada Januari 2024.

Dalam kondisi tersebut, emas tentunya akan diuntungkan dan bisa terbang memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa lagi.

Apalagi, bank sentral di berbagai negara sangat agresif memborong emas. World Gold Council pada Mei lalu melaporkan bank sentral di berbagai negara memborong 228,4 ton emas pada kuartal I-2023. Pembelian tersebut melesat 176% dibandingkan kuartal I tahun lalu, saat perang Rusia-Ukraina baru meletus pada Februari 2022.

Pembelian tersebut juga menjadi rekor terbesar di kuartal I, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Philip Dielh mantan direktur Mint AS, salah satu biro di Departemen Keuangan AS, menyebut pembelian oleh bank sentral tersebut tidak hanya sementara, tetapi dalam jangka panjang akan terus dilakukan.

"Mungkin dalam 20 tahun terakhir bank sentral menjual emas yang menekan harganya. Saat ini yang terjadi adalah bank sentral berada pada jalur pembelian, dan saya pikir ini bukan jangka pendek, melainkan jangka panjang," kata Dielh dalam sebuah diskusi di acara In Conversation, Money Reserve, Selasa (6/6/2023).

Banyak yang memprediksi harga emas akan terus melesat, bahkan melewati rekor tertinggi sepanjang masa. ANZ Research memproyeksikan emas bisa mencapai US$ 2.100/troy ons pada akhir 2023 dan US$ 2.200/troy ons pada September 2024.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Emas Dunia Makin Kinclong Akibat Krisis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular